Kemenkeu Yakin Defisit Anggaran 2024 Tidak Melebar


Ilsutrasi - Petugas bank menunjukkan lembaran uang rupiah di salah satu bank di Jakarta. (ANTARA FOTO/Putu Indah Savitri/sgd/YU/am.)
MerahPutih.com - APBN 2024 menetapkan target defisit sebesar 2,29 persen terhadap PDB. Namun, targetnya melebar hingga 2,7 persen. Pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 2.802,5 triliun, sementara belanja negara diperkirakan mencapai Rp 3.412,2 triliun.
Adapun realisasi per 31 Agustus 2024, APBN mencatatkan defisit sebesar 0,68 persen terhadap PDB dengan nilai sebesar Rp 153,7 triliun.
Realisasi pendapatan negara tercatat sebesar Rp 1.777 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 1.379,8 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 383,8 triliun. Penerimaan pajak mencapai Rp 1.196,5 triliun, sedangkan kepabeanan dan cukai Rp 183,2 triliun.
Sementara belanja negara terealisasi sebesar Rp 1.930,7 triliun. Realisasi belanja pemerintah pusat (BPP) tercatat sebesar Rp 1.368,5 triliun, terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp 703,3 triliun.
Baca juga:
Kesepakatan Sementara Postur APBN 2025, Defisit Rp 616,19 Triliun
Dan belanja non-K/L Rp 665,2 triliun. Sedangkan transfer ke daerah (TKD) terealisasi sebesar Rp 562,1 triliun. Sedangkan keseimbangan primer tercatat surplus sebesar Rp 161,8 triliun.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tetap memasang outlook defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2024.
“Kami perkirakan defisit akhir tahun tetap 2,7 persen dari PDB,” kata Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara saat konferensi pers APBN KiTa Edisi September 2024 di Jakarta, Senin (24/9).
Menurut Suahasil, penyerapan anggaran umumnya terjadi pada kuartal III dan IV. Sebagai contoh, realisasi anggaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) hingga 31 Agustus 2024 tercatat sebesar 43,1 persen dari pagu, atau Rp 18,9 triliun dari Rp44 triliun.
Baca juga:
Indonesia Alami Defisit Berdagang Dengan China
"Realisasi ini akan terakselerasi pada dua kuartal terakhir tahun ini.
“Anggaran IKN belum sampai 50 persen yang direalisasikan, tapi pekerjaan fisik jalan terus. Setelah pekerjaan fisik selesai, diserahterimakan, pembayaran akan dilakukan secara penuh. Ini terjadi di kuartal IV. Jadi, di kuartal IV memang ada percepatan dari belanja, apalagi yang sifatnya fisik,” jelas Suahasil.
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Masih Dalam Tekanan, Defisit Anggaran Negara Bakal Capai 2,78 Persen di 2025

Defisit Maret Rp 104,2 Triliun, Sri Mulyani Klaim Masih Terukur

Defisit Anggaran Sudah Capai Rp 104 Triliun, Menkeu: Tidak Jebol APBN-nya

Sri Mulyani Pastikan Defisit ABPN Tidak Jebol, Minta Rakyat Jangan Khawatir

Alarm Defisit APBN Berbunyi: Penerimaan Pajak Anjlok, DPR Desak Pemerintah Benahi Sistem Coretax!

Negara Alami Defisit di Awal Tahun, Sinyal Keras Indonesia Hadapi Tekanan Berat

Kemenkeu Yakin Defisit Anggaran 2024 Tidak Melebar

Sampai Juli 2024 Kemenkeu Telah Gunakan Duit Dari Utang Rp 266,3 Triliun

Kemenkeu Didorong Lakukan Upaya Perbaikan Tekan Defisit APBN 2024

Indef Ingatkan Risiko Utang Pemerintahan Anyar Saat Defisit APBN di Bawah 3 Persen
