Kembali ke Pancasila, Kunci Cegah Penyebaran Paham Terorisme

Luhung SaptoLuhung Sapto - Selasa, 09 Agustus 2016
Kembali ke Pancasila, Kunci Cegah Penyebaran Paham Terorisme

Mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB Lily Chodidjah Wahid (Foto Ist)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Nasional - Nilai-nilai luhur falsafah hidup bangsa Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur di kalangan generasi muda. Di sisi lain, bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman besar radikalisme dan terorisme

Padahal seharusnya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika bisa menjadi penangkal radikalisme dan terorisme. 

“Harus diakui kebangsaan dan kebersamaan bangsa Indonesia tengah luntur. Itu harus ditumbuhkan dengan memperkuat lagi nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu harus dan gak bisa tidak. Saat ini, penerapan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu seakan berada alam mimpi kita. Kalau itu tidak segera dilakukan, saya khawatir radikalisme dan terorisme akan makin mengoyak perdamaian di Indonesia,” kata mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB Lily Chodidjah Wahid di Jakarta, Selasa (9/8).

Lily menegaskan, keruntuhan nilai-nilai Pancasila itu terjadi sejak amandemen UUD 45. Karena itu bangsa Indonesia harus kembali ke landasan awal yaitu falsafah Pancasila. 

Lebih lanjut, adik kandung Gus Dur ini menilai sudah banyak program kebangsaan yang dilakukan pemerintah melalui BNPT. Tapi, belum menyentuh seluruh masyarakat. Karena itu, sosialisasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus lebih difokuskan lagi ke kelompok masyarakat, terutama masyarakat kelompok miskin, yang berpotensi mudah terpengaruh oleh propaganda radikalisme dan terorisme karena alasan ekonomi.

Sementara itu, dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Muhibbin Zuhri mengungkapkan bela negara atau kecintaan kepada Tanah Air adalah inheren dalam Islam. Mencintai negeri dan mencintai bangsa sendiri adaah bagian dari keimanan dan itu bisa didapat dengan kembali memperkuat nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Jadi, pandangan keagamaan soal kebangsaan mereka yaitu mencintai negeri, mencintai bangsa itu merupakan bagian  dari keimanan. Di tengah konteks nasionalisme yang akhir-akhir ini makin luntur seiring globalisasi, perlu ditegaskan kembali agar tidak hilang,” kata Muhibbin.

Dia tidak memungkiri bahwa belakangan ini muncul paham-paham keagamaan yang berbeda dengan komitmen ulama Indonesia di awal kemerdekaan. Paham itu sangat puritan dan ingin mengotak-kotakan atau memisahkan antara agama dan negara.

“Seolah-olah bahwa urusan negara itu bukan urusan agama.  Mereka malah berkata bahwa Indonesia itu masih perlu disyahadatkan, perlu diislamkan karena dianggap kafir atau negeri thogut. Juga pemimpin-pemimpinnya. Sehingga menurut mereka masih diperlukan perjuangan mendirikan negara Islam dan Khilafah Islamiyah di Indonesia,” ungkapnya.

BACA JUGA:

  1. Kepala BNPT Bicara Ancaman Teroris Bunuh Aparat di Pertemuan Internasional Kontra Teroris
  2. Sinergi Ulama dan Umaro Memperkuat Pencegahan Terorisme
  3. Ahmad Syafii Maarif: Klaim Teroris Santoso Mati Syahid Salah Besar
  4. Penanggulangan Terorisme Harus dari Akarnya
  5. Pengamat: Klaim Santoso Mati Syahid Bentuk Perang Opini
#Radikalisme #Terorisme #Bhinneka Tunggal Ika #Pancasila
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Lifestyle
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Isu makar kembali menjadi sorotan publik setelah Presiden RI Prabowo Subianto menyebut adanya indikasi tindakan hal tersebut dan terorisme
ImanK - Senin, 01 September 2025
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Indonesia
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Pada tahun 2025, jumlah korban yang masih aktif dalam layanan LPSK tercatat sebanyak 30 terlindung per Agustus,
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Indonesia
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Densus 88 saat ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan keras (hard approach) dan pendekatan lunak (soft approach)
Angga Yudha Pratama - Jumat, 08 Agustus 2025
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Seorang pegawai Kementerian Agama ditangkap Densus 88 atas dugaan keterlibatan jaringan terorisme.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 07 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Memastikan kementeriannya mendukung langkah Densus 88 menangkap ASN yang diduga terlibat terorisme.
Dwi Astarini - Rabu, 06 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Indonesia
ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri
MZ ditangkap di sebuah warung kopi di Kota Banda Aceh, sedangkan ZA, ditangkap di sebuah tempat penjualan mobil bekas di kawasan Batoh, Kota Banda Aceh.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 05 Agustus 2025
ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri
Indonesia
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap terduga pelaku terorisme berinisial Y di wilayah Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Frengky Aruan - Senin, 21 Juli 2025
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
Indonesia
Penetapan Hari Kebudayaan Nasional 17 Oktober Diklaim Tidak Terkait Dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo
Hasil kajian tersebut menghasilkan 17 Oktober dipilih sebagai momentum yang tepat sebagai tanggal peringatan Hari Kebudayaan yang bertepatan dengan lahirnya satu dari empat pilar yaitu Pancasila, NKRI, UUD 945 dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 18 Juli 2025
Penetapan Hari Kebudayaan Nasional 17 Oktober Diklaim Tidak Terkait Dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo
Indonesia
BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026
BNPT juga menekankan perannya dalam mewujudkan keamanan nasional yang esensial bagi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2026
Angga Yudha Pratama - Rabu, 16 Juli 2025
BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026
Indonesia
Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor
Presiden Prabowo Subianto sendiri telah menekankan pentingnya kerapian data agar program pemerintah menjangkau pihak yang benar-benar membutuhkan
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 12 Juli 2025
Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor
Bagikan