Kekurangan Makanan, Gajah Liar Sering Mencuri Makanan di Tempat Konservasi


Sejumlah Gajah Sumatera jinak berada di Pusat Konservasi Gajah Riau di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Minggu (11/3). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
MerahPutih.com - Kekurangan makanan membuat gajah-gajah liar sering masuk ke kawasan konservasi. Hal itu karena makanan di dalam hutan semakin sedikit akibat peralihan lahan.
Kawanan gajah Sumatera liar makin sering memasuki Pusat Konservasi Gajah Riau di Minas, Kabupaten Siak, akibat habitat hutan mereka makin menipis.
"Dahulu kita bisa perkirakan kapan gajah liar melintas, biasanya tiap enam bulan sekali. Tapi sekarang mereka makin sering masuk ke sini," kata seorang pawang (mahout) Pusat Konservasi Gajah (PKG) Riau Raden Sulaiman di Pekanbaru, Senin (12/3).
PKG Riau, yang juga disebut Pusat Latihan Gajah Minas, berlokasi di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Di tempat itu berada 16 ekor gajah jinak.
Raden Sulaiman mengatakan pada awal tahun ini, sudah tiga kali gajah liar masuk ke PKG Riau. Mereka datang berkelompok, terdiri dari 11 ekor gajah.
"Di kelompok itu ada satu gajah jantan yang paling besar, dan ada tiga gajah kecil juga," katanya dilansir Antara.
Ia mengatakan, gajah liar tersebut datang ke PKG karena tempat itu banyak terdapat makanan. Mereka tidak mengganggu gajah jinak PKG.
Namun, pernah satu kasus kawanan itu merusakan dinding warung yang berada di PKG. "Karena ada buah pisang yang digantung di dinding, mereka mengambil itu," ujarnya.
Seorang mahout lainnya, Pargaitan Nahampun, mengatakan gajah liar tersebut biasanya pergi lagi apabila sudah mendapatkan makanan. Namun, kalau dinilai agak mengganggu, mereka melakukan pengusiran dengan menyalakan api untuk menghalau.
"Kita paham mereka sebenarnya tidak mengganggu, karena hutan makin sedikit dan berganti jadi kebun kelapa sawit," katanya.
PKG merupakan area khusus di bawah pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau. Ada 16 gajah jinak yang dipelihara di tempat, itu, lima gajah di antaranya betina yang masing-masing bernama Indah, Vera, Sela, Nia dan Dayang.
Sementara, 11 gajah jantan terdiri dari Seng Arun, Bankin, Jopi, Bangsong, Doni, Giam, Reno, Budi, Pato, Angga, dan Diego.
Seng Arun, merupakan gajah tertua di pusat pelatihan gajah terbesar di Provinsi Riau tersebut. Gajah berbobot lebih dari 3,3 ton itu saat ini berusia sekitar 45 tahun. Sementara itu, gajah yang paling muda adalah Diego, berusia delapan tahun. Gajah jantan yang memiliki nama mirip pemain sepak bola itu merupakan anak dari Vera, salah satu gajah betina dewasa di sana. Seluruh gajah dirawat oleh 30 staf, baik mahout, medis dan lainnya. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Struktur Miring, Jembatan Sungai Rokan Riau Ditutup Total Selama 5 Pekan

Sikapi Karhutla Riau, Gibran Bakal Ketatkan Regulasi Hingga Pengawasan Pembukaan Lahan

Karhutla di Riau, KLH Segel 4 Perusahaan Perkebunan dan Tutup 1 Pabrik Sawit

Menteri LH Berangkatkan Tim Pemadam Karhutla Riau: Pantang Pulang Sebelum Padam

Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan Melonjak, Perusahaan Tidak Mitigasi Karhutla Bakal Ditindak

Aura Farming Jadi Viral, Tradisi Pacu Jalur Diklaim Malaysia, ini Penjelasan Dubes RI

Viralnya Video Aura Farming Tiru Gerakan Anak Kuantan Singingi Riau, Begini Sejarah Olah Raga Pacu Jalur

Riau Jadi Jalur Masuk, Politikus Apresiasi Kapolda Tindak Anggota Penyalahgunaan Narkotika

Banjir Genangi Jalan Lintas Timur Sumatera di Pelalawan Riau, Polisi Berlakukan Buka-Tutup Lalu Lintas

Profil SF Hariyanto, Wagub Terpilih Riau yang Istrinya Gemar Flexing di Sosmed
