Kecerdasan Emosional Penting di Dunia Kerja

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Senin, 20 Juli 2020
Kecerdasan Emosional Penting di Dunia Kerja

Pekerja harus memiliki kecerdasan emosional (Sumber: Pixabay/Free-Photos)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

EMOSI manusia adalah salah satu kekuatan paling hebat di planet ini. Dengan emosi, manusia bisa memulai perang atau menciptakan kedamaian serta memicu cinta dan perceraian.

Meskipun tidak dapat dihindari, emosi juga merupakan sumber orientasi yang sangat diperlukan dan mendorong kita untuk mengambil tindakan. Tetapi emosi yang tidak terkendali dapat membuat kita dan orang-orang di sekitar kita bertindak tidak rasional.

Baca juga:

Boleh Enggak Sih Mengkhayal Punya Kantor Seasyik Ini!

Kecerdasan emosional pun menjadi konstruksi baru dalam masyarakat. Berikut alasan mengapa kecerdasan emosi menjadi hal penting dalam dunia kerja menurut laman entrepreneur.com :

1. Kebutuhan manusia paling dalam

Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan (Sumber: Pixabay/Free-Photos)

Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu manusia memenuhi kebutuhan makanan, air, dan tempat berlindung, mereka kemudian akan berusaha diterima untuk siapa mereka, dan akhirnya belajar dan tumbuh untuk menjadi diri terbaik mereka. Supaya lebih terkontrol dengan baik dan terarah, dibutuhkan kecerdasan emosional.

2. Teknologi akan mengasah sisi Kemanusiaan

Era Informasi membutuhkan pekerja berpengetahuan (Foto: Pexels/Pixabay)

Revolusi Industri membutuhkan pekerja yang kuat. Era Informasi membutuhkan pekerja berpengetahuan. Usia kerja di masa depan akan membutuhkan pekerja yang cerdas secara emosional.

Saat dunia dipenuhi dengan teknologi yang lebih canggih seperti artificial intelligent, keterampilan manusia seperti belas kasih dan empati akan menentukan keunggulan kompetitif pekerja dan seluruh organisasi.

Selain itu, ketika dunia menjadi lebih canggih, keinginan untuk mendapat sentuhan lebih besar. Sebagai contoh, jika kecerdasan buatan dapat mendiagnosis penyakit dengan akurasi lebih besar daripada dokter, dokter harus memberikan elemen empati dan belas kasih manusia yang sangat dibutuhkan kepada pasien.

3. Bercampurnya kehidupan personal dan profesional

Emosi tidak selayaknya ditempatkan di dunia kerja (Foto: Pexels/Snapwire)

Ada mitos yang tersebar luas emosi tidak selayaknya ditempatkan di dunia kerja. Ini sering membawa kita pada kesalahan menyamakan profesionalisme dengan sikap dingin.

Batas-batas antara pekerjaan dan kehidupan terus kabur. Orang-orang membawa lebih banyak pekerjaan ke rumah dan lebih banyak kehidupan pribadi tumpah di kantor. Cobalah sekuat mungkin untuk tidak bisa meninggalkan rasa sakit, kegembiraan, kesedihan dan kegembiraan di pintu kantor.

Baca juga:

Bikin Pekerja Betah, Kantor Perusahaan ini Kerennya Kebangetan, Nomor 4 dan 5 Ada di Indonesia

4. Berkembang hubungan atasan dan karyawan

Hubungan Pemimpin dan Karyawan lebih dinamis (Sumber: Pixabay/Free-Photos)

Di masa lalu, hubungan atasan dan karyawan sangat transaksional. Punch in, punch out dan kumpulkan cek. Namun dalam budaya kerja saat ini yang begitu aktif, batas-batas hubungan karyawan-atasan semakin meluas.

Semakin banyak pengusaha yang condong ke aspek yang sangat emosional dalam kehidupan karyawan mereka. Misalnya Facebook menawarkan kepada karyawan cuti berkabung hingga 20 hari jika anggota keluarga meninggal dunia. Dengan pemimpin yang lebih peduli pada sisi humanis karyawan semakin besar pula loyalitas yang bisa diberikan

5. Tuntutan dari Generasi Z

Pekerja dari generasi z (Sumber: Monster Lounge)

Perusahaan berjuang untuk beradaptasi dengan kebutuhan emosional yang berkembang dari tenaga kerja mereka. Hal ini terutama berlaku di kalangan pekerja generasi Z. Itu muncul karena menurut National Institute of Mental Health anak berusia 18 hingga 25 tahun memiliki prevalensi penyakit mental serius tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Selain itu, Gen Z adalah generasi yang paling kesepian di tempat kerja dengan 73 persen melaporkan kadang-kadang atau selalu merasa sendirian. Maka tidak mengherankan bahwa lebih dari generasi mana pun, Gen Z ingin manajer mereka bersikap empatik. (avia)

Baca juga:

Manjakan Karyawan dengan Makanan Gratis, Raksasa Teknologi ini Punya Kantin Keren

#Kecerdasan Buatan #Respon Emosional #Dunia Kerja
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Lifestyle
ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa
Sebagai upaya memperlakukan pengguna dewasa sebagai orang dewasa.
Dwi Astarini - Jumat, 17 Oktober 2025
ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa
Indonesia
Pemerintah Pacu Regulasi AI, Rancangan Perpres Ditargetkan Selesai September 2025
Jadi nanti akan ada harmonisasi, akan ada pengujian-pengujian lagi terutama dalam soal pengaturannya
Angga Yudha Pratama - Kamis, 25 September 2025
Pemerintah Pacu Regulasi AI, Rancangan Perpres Ditargetkan Selesai September 2025
Lifestyle
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
AI hadir bukan untuk menggantikan manusia, melainkan menjadi alat bantu yang membuat pekerjaan lebih efisien.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
Lifestyle
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Manusia menjadi pilot yang pegang kendali.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Lifestyle
Chatbot Grok Puji-Puji Hitler, Elon Musk Sebut Ada Modifikasi tak Sah dan sudah Melakukan Perbaikan
Musk mengunggah di X bahwa Grok telah mengalami ‘peningkatan signifikan’.
Dwi Astarini - Rabu, 09 Juli 2025
 Chatbot Grok Puji-Puji Hitler, Elon Musk Sebut Ada Modifikasi tak Sah dan sudah Melakukan Perbaikan
Fun
Cara Pakai Gemini CLI: Tool AI Gratis Google untuk Developer
Google menghadirkan Gemini CLI, sebuah agen AI open-source yang menghadirkan kecerdasan Gemini langsung ke dalam terminal kamu
ImanK - Kamis, 26 Juni 2025
Cara Pakai Gemini CLI: Tool AI Gratis Google untuk Developer
Indonesia
Belajar AI Mulai Akan Diterapkan Pada Anak Kelas 5 SD, Sekolah Tidak Ada Internet dan Listrik Pakai Unplug
Untuk durasi pembelajaran di setiap jenjangnya, naskah tersebut merekomendasikan alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu untuk koding dan kecerdasan buatan sebagai mata pelajaran pilihan.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 18 Juni 2025
Belajar AI Mulai Akan Diterapkan Pada Anak Kelas 5 SD, Sekolah Tidak Ada Internet dan Listrik Pakai Unplug
Indonesia
Karya Kolaborasi Manusia-AI Berpeluang dapat Hak Cipta dalam Revisi UU Baru
AI dapat diibaratkan sebagai alat untuk menghasilkan sesuatu.
Wisnu Cipto - Kamis, 22 Mei 2025
Karya Kolaborasi Manusia-AI Berpeluang dapat Hak Cipta dalam Revisi UU Baru
Lifestyle
Catatan Sejarah 11 Mei: Dari Lahirnya Ismail Marzuki hingga Duel Catur Manusia vs Komputer
Setiap tanggal memiliki cerita. Tanggal 11 Mei mencatat banyak momen penting, dari perubahan nama sebuah kota yang kelak jadi jantung dua kekaisaran besar, hingga benturan antara teknologi dan kecerdasan manusia.
ImanK - Sabtu, 10 Mei 2025
Catatan Sejarah 11 Mei: Dari Lahirnya Ismail Marzuki hingga Duel Catur Manusia vs Komputer
Indonesia
Bill Gates Ingatkan AI Bisa Gantikan Sejumlah Profesi di Dunia dalam Waktu Dekat
Bill Gates mengatakan saat ini dunia memiliki banyak inovasi, terutama di bidang teknologi dengan kemajuan kecerdasan buatan.
Dwi Astarini - Rabu, 07 Mei 2025
Bill Gates Ingatkan AI Bisa Gantikan Sejumlah Profesi di Dunia dalam Waktu Dekat
Bagikan