Kebijakan Timbal Balik 32 Persen Trump, Sektor Pakaian hingga Mebel Indonesia Kena Dampaknya


Sektor industri tekstil disebut akan terpukul kebijakan tarif Donald Trump. (Foto: PT Sri Rejeki Isman Tbk)
MERAHPUTIH.COM - KEBIJAKAN Amerika Serikat mengenakan bea masuk 32 persen untuk produk asal Indonesia akan berdampak pada sektor usaha padat karya, khususnya yang memproduksi pakaian dan aksesori baik rajutan maupun bukan rajutan serta kelompok mebel, furnitur, dan perabotan.
Komoditas utama lain yang terkena imbas paling besar yakni produk olahan dari daging, ikan, krustasesea (kelompok udang-udangan) dan moluska atau hewan bertubuh lunak semacam siput dan cumi-cumi.
Pengumuman tarif timbal balik atau reciprocal tariff, yang hari pengumumannya disebut sebagai Hari Pembebasan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tersebut mulai diberlakukan pada 9 April 2025.
"Kebijakan tarif Amerika ini menimbulkan risiko yang cukup signifikan bagi Indonesia, karena memukul industri padat karya," kata Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/4).
Baca juga:
Christiantoko mengatakan, dari hasil riset NEXT Indonesia, tiga komoditas dari sektor usaha padat karya yang terpukul yakni pakaian dan aksesorinya - rajutan (HS 61), pakaian dan aksesorinya bukan rajutan (HS 62), serta mebel, furnitur, dan perabotan (HS94).
Secara keseluruhan, nilai ekspor tiga komoditas tersebut ke Amerika Serikat pada 2024 mencapai USD 6,0 miliar. Adapun nilainya selama periode 2020-2024 mencapai USD 30,4 miliar.
Alasan sektor-sektor tersebut paling terpukul, kata Christiantoko, karena sepanjang periode 2020-2024, Amerika Serikat menyerap lebih dari separuh dari total ekspor tiga komoditas asal Indonesia tersebut yang dikirim ke seluruh dunia. Untuk pakaian dan aksesorinya, rajutan misalnya, diserap pasar Amerika mencapai 60,5 persen atau senilai USD 12,2 miliar selama lima tahun tersebut.
Sementara itu, daya serap Amerika untuk komoditas pakaian dan aksesorinya yang bukan rajutan asal Indonesia, sepanjang lima tahun di periode yang sama, bernilai USD 10,7 miliar atau 50,5 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia. Begitu pun dengan komoditas mebel, furnitur, dan perabotan, Amerika menyerap 58,2 persen atau sekitar USD 7,5 miliar.
"Jadi kalau pengiriman ke Amerika Serikat terhambat gara-gara tarif, ekspor komoditas-komoditas tersebut bisa terganggu atau bahkan mungkin tumbang. Lebih daripada separuh produk-produk tersebut diserap pasar Amerika," ucapnya.
Dampak lanjutannya yakni keamanan tenaga kerja di sektor tekstil dan produk tekstil yang jumlahnya lebih dari 3 juta orang. "Ini masalah serius yang harus dipikirkan pemerintah, apalagi saat ini sedang ramai-ramainya informasi tentang PHK," paparnya.
Selain tiga komoditas utama tersebut yang sebagian besar penjualan ekspornya diserap pasar Amerika, produk lainnya yakni produk olahan dari daging, ikan, krustasesea, dan moluska. Sepanjang 2020-2024, pasar Amerika menyerap USD 4,3 miliar atau 60,2 persen dari total ekspor Indonesia untuk komoditas tersebut.
Dari 10 komoditas yang dianalisis NEXT Indonesia, Christiantoko menguraikan, yang terbesar diekspor ke Amerika memang komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), yakni senilai USD 4,2 miliar pada 2024 atau USD 14,7 miliar untuk periode 2020-2024.
Namun, dari total ekspor Indonesia ke dunia untuk komoditas tersebut, rata-rata daya serap pasar Amerika hanya 22,6 persen. “Jadi, walaupun ada pengaruhnya, ya tidak sebesar yang terjadi pada empat komoditas lainnya, yang lebih daripada separuhnya diserap pasar Amerika,” jelas Christiantoko.
Christiantoko mengingatkan hal yang paling mendesak untuk dilakukan saat ini oleh Indonesia yakni diplomasi. Bisa saja melalui Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat yang melakukan perundingan bilateral dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memperjuangkan penurunan tarif timbal balik yang sudah diumumkan, sebelum pemberlakuannya jatuh tempo.
"Jangan sampai terlambat. Saatnya untuk diplomasi segera," saran dia.
Apalagi, lanjutnya, dalam lima tahun terakhir (2020-2024), Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama yang menjadi penyerap terbesar komoditas ekspor Indonesia, setelah China. Menurut catatan NEXT Indonesia, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terus mengalir surplus dalam 27 tahun terakhir, yakni periode 1998-2024.(Asp)
Baca juga:
Prabowo Hapus Regulasi yang Ribet untuk Tarik Investor Menyusul Kebijakan Tarif Baru Impor AS
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Hakim Batalkan Kebijkan Pemotongan Dana untuk Harvard oleh Donald Trump, Pemerintah akan Ajukan Banding

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Kesehatan Presiden AS Donald Trump Jadi Bola Panas di Media Sosial, Tetap Menyebar meski sudah Dibantah

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

Presiden China, Rusia, dan Pemimpin Korea Utara Akrab di Parade Militer, Donald Trump Singgung Konspirasi Melawan AS

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

Taylor Swift Umumkan Pertunangan, Presiden AS Donald Trump hingga Anggota Kerajaan Inggris Ucapkan Selamat
