Kebiasaan Sepele yang dapat Memperparah Pemanasan Global


Pemanasan global (Foto: Pexels/loa manegarium)
KITA terbuai dengan gaya hidup yang serba cepat, praktis dan mudah. Tanpa menyadari ada ancaman besar yang mengintai: pemanasan global.
Bukan hanya Indonesia, seluruh dunia berpotensi pemanasan global. Verena Puspawardani, Direktur Program Koaksi menyebutkan di Indonesia kenaikan suhu rata-rata 3 derajat celcius. Dengan semakin hangatnya Bumi, es yang ada di Kutub mulai mencair. "Satu bongkahan es yang mencair menghasilkan satu triliun air," jelasnya.
Baca Juga:

Jika hal tersebut terjadi, ada kenaikan air laut yang berpotensi menyebabkan 115 pulau di Indonesia tenggelam. "Indonesia punya 17 ribu pulau, 115 dianggapnya kecil. Tapi coba pikirkan bagaimana dengan populasi manusianya," kata perempuan yang akrab disapa Ve.
Belum lagi dengan adanya pemanasan yang kita rasakan sendiri. Perubahan cuaca. Ada populasi yang berpotensi mengalami kesusahan dan kehilangan nyawa karena heat wave yang bisa jadi mengancam anak-anak kita. "Yang memotivasi itu kan anak anak kita. Mereka perlu nutrisi salah satunya ikan. Kalau laut memanas bagaimana kita bisa dapat asupan nutrisi untuk anak dari ikan yang baik?" jelas Ve.
Dia menegaskan jikalau laut panas, terumbu karang akan mati. Padahal terumbu karang itu sumber makanan ikan. Maka bila tidak ada makanannya, ikan pergi ke tempat lain. "Kita enggak bisa lagi dapat ikan," tegasnya.
Tindakan pencegahan bisa dilakukan dari sekarang. Tapi apakah usaha kecil yang kita lakukan bisa mengubah keadaan?
Baca Juga:
Koleksi Pakaian Terbaru Ini Terbuat dari Sampah Botol Plastik

"Bisa. Kalau secara masif berkolaborasi. SDM dikuatkan, teknologinya ada. Kita hemat listrik, bisa hemat bahan bakar fosil, pakai transportasi umum, pengurangan sampah pengurangan plastik dan lain-lain. Kalau semua orang melakukan itu kita tidak sendirian, dampaknya lebih dahsyat lagi. Kolaborasi masif itu akan jauh lebih terasa dalam menurunkan emisi," ujarnya.
Di masa pandemi, ternyata keadaan bisa jadi jauh memburuk kalau kita tidak cermat memilih pola hidup. Kita jadi tergantung hal praktis. Apa-apa online. Belanja online, makan pesan ojek online. Implikasi banyak sampah. Bagaimana mensiasati kebiasaan tersebut
"Kita bisa pesan sekali banyak atau porsi besar untuk teman satu kantor sekalian. Kemasan besar tapi lebih sedikit. Selain itu ada pilihan di aplikasi untuk mengurangi plastik misalnya tidak pakai sendok plastik, bubble wrap diganti atau kemasannya kardus ramah lingkungan. Kita bisa pilih toko. Kita punya kendali atas diri kita," jelas Ve. (avia)
Baca Juga:
Ekonomi Sirkular sebagai Solusi Banjir Sampah Plastik di Indonesia
Bagikan
Berita Terkait
Menhut Raja Juli Ditantang Buka Kembali Kasus Pembalakan Liar Aziz Wellang

Komisi IV DPR Sesalkan Menhut Raja Juli Foto Bareng Tersangka Pembalakan Liar

4 Hotel di Puncak Cemari Ciliwung Disegel, 18 Lainnya Masih Diperiksa KLH

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Bumi makin Panas, Penduduk Dunia Hanya Punya 3 Tahun sebelum Kenaikan Suhu Melebihi 1,5 Derajat Celsius

Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemberi Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Rekam Jejak PT ASP Pengelola Nikel Raja Ampat, Terafiliasi dengan Raksasa Tambang Asal China yang Punya Proyek Besar di Indonesia

Komisi XII DPR Singgung Pemulihan Kawasan setelah Izin 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat Dicabut

Langgar Aturan dan Merusak Alam, Prabowo Akhirnya Hentikan Langsung Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Kerusakan Alam Raja Ampat akibat Tambang Nikel: Merusak Sumber Pangan Biru Masyarakat Lokal
