27 Hari Bebas COVID-19, Selandia Baru Laporkan Kasus Baru
Merupakan kasus positif terkonfirmasi pertama setelah nyaris sebulan (Foto: Unsplash/Sulthan Auliya)
SELANDIA telah mengklaim nol kasus baru COVID-19 selama 27 hari ketika tiba-tiba kasus baru merebak. Awal bulan ini, dua perempuan dari Inggris yang melakukan perjalanan ke Selandia Baru terbukti positif COVID-19. Mereka jadi kasus pertaman setelah berakhirnya kasus positif di negara itu.
Kedua perempuan bersaudara itu dites positif terkena virus corona di Wellington. Kasus itu terkonfirmasi setelah mereka melakukan perjalanan ke Selandia Baru untuk mengunjungi kerabat yang sekarat. Demikian dilaporkan BBC.
Baca juga:
Selandia Baru Melonggarkankan Lockdown, Tetap dengan 'Physical Distancing'
Seorang perempuan berusia sekitar 30 dan yang lain berusia 40-an. Tidak diketahui apakah mereka warga negara Inggris atau bukan.
Selandia Baru belum lama ini menjadi sorotan dunia karena berhasil memimpin langkah dalam menanggapi wabah COVID-19.
Pekan lalu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan pemerintah telah berhasil menumpas virus. Sebelumnya, negara itu berhasil mengurangi jumlah kasus yang terkonfirmasi menjadi nol. Keberhasilan itu dilanjutkan dengan langkah untuk menghapus semua penerapan lockdown skala nasional.
Secara total, sebanyak 22 orang di Selandia Baru meninggal setelah terinveksi COVID-19. Angka itu merupakan jumlah yang jauh lebih rendah daripada kebanyakan negara lain.
Baca juga:
Travel Bubble, Berwisata Gaya Baru ala Selandia Baru dan Australia
Namun, kontrol perbatasan yang ketat tetap dilakukan di negara ini. Orang-orang yang bukan warga negara Selandia Baru atau pekerja sektor esensial tidak diizinkan masuk. Kecuali mereka memiliki situasi keadaan yang istimewa.
Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru Ashley Bloomfield mengatakan ada rencana untuk mengizinkan kedua perempuan dari Inggris memasuki Selandia Baru untuk melihat kerabat mereka yang sekarat.
Kedua perempuan itu tiba di Kota Auckland pada 7 Juni. Mereka dikarantina di sana sampai mendapatkan izin untuk melakukan perjalanan ke Wellington pada 13 Juni. Kerabat mereka meninggal pada 12 Juni.
Saat tinggal di Wellington bersama kerabat, salah satu perempuan itu melaporkan mengalami gejala COVID-19 ringan. Keduanya diuji positif pada Selasa (16/6).
Di lain hal, tidak seperti Selandia Baru, Inggris terus mengikuti langkah-langkah penguncian dengan lebih dari 1.000 kasus virus yang terkonfirmasi pada pekan lalu. Jumlah korban di Inggris mencapai 41.786 Selasa (16/6) pagi. Itu menjadikan mereka salah satu yang terbesar di dunia.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berharap untuk menyetujui 'koridor perjalanan' dengan negara-negara lain untuk membiarkan orang-orang di Inggris berlibur di negara-negara lain. Demikian juga sebaliknya.
Namun, beberapa negara enggan membentuk koridor dengan Inggris karena virus di negara tersebut amat menonjol.
Pekan lalu, pemerintah Slovakia membuka perbatasan mereka untuk kedatangan dari 16 negara yang dianggap aman, tapi tidak termasuk Inggris. Kedatangan dari sana harus melalui proses karantina dan mengikuti tes coronavirus. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Dari APEC 2025, Prabowo Tegaskan Selandia Baru Sahabat Mitra Strategis RI
Kebutuhan terhadap Dokter dan Dokter Gigi, Prabowo Ingin Kirim Lebih Banyak Mahasiswa ke Selandia Baru
Ingin Tambah Sekolah dan Kursus Bahasa Inggris untuk Pekerja, Prabowo Minta Tenaga Pengajar Selandia Baru
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Australia dan Negara Eropa Bakal Akui Negara Palestina, Selandia Baru Menyusul
RI-Selandia Baru Sepakat Kejar Target Kerja Sama Dagang Rp 58 T, Termasuk Program MBG
Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi Hijau dengan Selandia Baru
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa