#KaburAjaDulu Cermin Gagalnya Sistem Pemerintahan dan Jaminan Masa Depan Bagi Anak Muda Indonesia


Tangerang Digital Festival hadirkan job fair. Foto: Humas Pemkot Tangerang
MerahPutih.com- Tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial dan menjadi tren. #KaburAjaDulu dinilai mencerminkan keresahan anak muda akan kondisi Indonesia belakangan.
Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai, fenomena ini bukan sekadar tren iseng atau guyonan belaka. #KaburAjaDulu adalah ekspresi dari ketidakpuasan, kelelahan, dan kehilangan harapan terhadap masa depan di Indonesia.
Tagar ini menunjukkan betapa semakin banyak anak muda yang mempertimbangkan untuk meninggalkan negeri sendiri dan mencari peluang di luar negeri.
Keinginan ini bukan semata-mata didorong oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh ketidakpercayaan terhadap sistem pemerintahan, kurangnya transparansi, hingga merosotnya kepercayaan terhadap kepemimpinan negara.
Baca juga:
Ramai #KaburAjaDulu Ini Kata Wamen Kementerian Pekerja Migran Indonesia
“Fenomena ini menjadi ironi besar bagi visi Indonesia Emas 2045, yang justru membutuhkan peran aktif generasi muda dalam membangun negeri,” jelas Achmad.
Achmad menyebut, generasi Z adalah kelompok yang tumbuh di era digital, memiliki akses luas terhadap informasi, dan lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kebijakan pemerintah justru semakin menjauhkan mereka dari rasa percaya terhadap negara.
"Mereka melihat ketidakadilan yang terus terjadi dan merasa bahwa suara mereka tidak didengar," sebut Achmad.
Ia meegaskan, alasan di balik keinginan untuk “kabur” bukan sekadar soal ekonomi. Banyak anak muda merasa bahwa kesempatan untuk berkembang di dalam negeri semakin sempit.
Hal ini akibat rpah rendah, biaya hidup yang semakin tinggi, persaingan kerja yang ketat, serta sistem meritokrasi yang lemah.
"Di sisi lain, banyak negara yang justru membuka pintu lebar-lebar bagi tenaga kerja muda dan terampil,” jelas ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.
Beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, hingga Australia menawarkan berbagai program imigrasi yang menarik, dengan gaji yang lebih layak, jaminan sosial yang kuat, dan lingkungan kerja yang lebih profesional.
Ketika perbandingan ini begitu mencolok, tidak mengherankan jika banyak anak muda berpikir bahwa pergi adalah pilihan.
"Ini lebih masuk akal daripada bertahan dalam ketidakpastian," jelas Achmad. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Indonesia Butuh 3 Juta Lowongan Kerja Per Tahun, Pengusaha Minta Deregulasi Sektor Ketenagakerjaan

Kurangi Angka Pengangguran, Penyandang Disabilitas di Jakarta Harus Diberi Kesempatan Bekerja

Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diprediksi Capai 5,4 Persen, Prabowo Pede Angka Pengangguran dan Kemiskinan Turun

Pemprov Jakarta Gelar Festival Lowongan Kerja Jakarta 19 - 20 Agustus 2025, Ada 40 Perusahaan Buka Lowongan

Komisi IX DPR: Skema Magang Solusi Strategis Pangkas Pengangguran

Prabowo Bilang Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan Absolut Turun, BPS Sebut Masih Validasi

Bukan Sekadar Gelar! Puan Maharani Ungkap Fakta Pahit Pengangguran Sarjana di Indonesia

Menperin Klaim Kembangkan Pendekatan Baru Industrialisasi Buat Serap Pengangguran

1 Juta Sarjana Nganggur, Ini Strategi Pemerintah Kurangi Pengangguran

Kemenaker Kampanye Hentikan Percaloan Tenaga Kerja di Kawasan Industri, Bikin Sekolah Vokasi Dekat Pabrik
