Kabar Baik bagi Busui, Antibodi dari Vaksin COVID-19 Ditemukan di ASI


antibodi pada ASI (Sumber: Today's Parent)
ANGKA pengidap COVID-19 pada anak-anak Indonesia tertinggi di dunia. Salah satu penyebabnya ialah anak-anak yang belum bisa memakai masker dengan baik. Pemakaian face shield kerap kali tidak efektif karena mereka enggak betah saat karet face shield menekan kepala. Hal tersebut semakin diperburuk dengan tidak tersedianya vaksin COVID-19 untuk anak-anak dan bayi. Akibatnya, para ibu pun dibuat galau. Bagaimana ya cara melindungi anakku?
Kabar baik untuk para busui. Ibu menyusui ternyata mendapat manfaat ganda dari vaksinasi COVID-19. Jika para ibu menyusui sudah divaksinasi, antibodi tidak hanya milik mereka, tetapi juga ikut dirasakan si kecil lewat proses menyusui.
BACA JUGA:
Vaksin COVID-19 Bagi Anak Tersedia, Menteri PPPA Percepat Koordinasi Vaksinasi

Berdasarkan informasi yang dilansir BKA, antibodi dari vaksin COVID-19 terdeteksi di semua busui yang sudah mendapatkan vaksin. Proses transfer antibodi dari ibu ke anak optimal terutama dua hingga enam minggu setelah ibu menyusui divaksin. "Penelitian terbaru menunjukkan vaksin ini aman untuk ibu menyusui bahkan antibodinya pun muncul di dalam ASI," ujar dokter Adam Prabata, PhD. Ketika antibodi sudah ditransfer, tubuh bayi berpotensi kebal terhadap virus COVID-19.

Kendati demikian, masih banyak ibu menyusui yang khawatir jika pemberian vaksin dapat menurunkan kualitas atau kuantitas ASI mereka. dr. Devia Irine Putri pun punya jawaban. Menurutnya, vaksin tidak akan memberi efek buruk bagi ASI. "Yang digunakan itu ialah inactivated virus. Artinya, vaksin menggunakan virus yang sudah mati atau tidak aktif sehingga risiko munculnya efek samping tergolong rendah," urainya.
Walaupun relatif aman bahkan menguntungkan, pemberian vaksin COVID-19 kepada ibu menyusui tidak dapat diberikan secara sembarangan. Ibu menyusui yang akan divaksin harus melewati serangkaian pemeriksaan. Ibu tersebut perlu diskrining untuk memastikan kondisinya sebelum vaksinasi.
"Apabila suhu tubuhnya normal, tekanan darahnya baik, dan tidak memiliki riwayat penyakit tertentu seperti autoimun, pemberian vaksin bisa dilakukan," tuturnya. Ia juga menyarankan para ibu menyusui untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika ada kondisi medis tertentu. Hal tersebut guna memastikan apakah kondisi medis yang dialami ibu akan 'bentrok' dengan senyawa vaksin atau tidak.(Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
