Waspadai GERD, Berpotensi Menimbulkan Kanker


Penyakit komplikasi yang bisa timbul oleh gerd (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)
POLA makan yang buruk kerap menimbulkan kondisi GERD. Gastro esophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit saluran cerna dengan gejala dan komplikasi yang mengganggu. Hal itu diakibatkan refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan.
GERD bisa disebabkan melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah, sehingga tidak mampu menutup dengan baik. Kondisi tersebut ditandai sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit.

Penyakit ini memang tidak mengancam jiwa secara langsung tetapi dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang harus diwaspadai seperti komplikasi peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus serta kanker esofagus. "Apabila tidak diobati dengan tepat, GERD dapat menyebabkan kekambuhan dan komplikasi sehingga menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya," tutur Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUIRSCM.
BACA JUGA:
Bahaya di Balik Makanan Ultra Processed Food
Beberapa penyakit komplikasi yang perlu diwaspadai antara lain esofagitis, ulkus esofagus, striktur esofagus, pneumonia aspira, Barrett’s Esophagus, dan kanker tenggorokan. "Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan yang disebabkan oleh refluks asam lambung," tutur Ari. Lebih lanjut, ia mengatakan gejala yang muncul dari esofagitis misalnya sakit tenggorokan dan sulit menelan.
Sementara ulkus esofagus adalah kondisi asam lambung yang kembali naik dan merusak lapisan kerongkongan. Ini menimbulkan tukak atau luka menyakitkan. Jika kondisi ini tidak diobati, ulkus esofagus dapat menyebabkan komplikasi serius seperti perforasi esofagus atau lubang di kerongkongan serta perdarahan.
Berikutnya, striktur esofagus. Apabila gerd tidak diobati bisa memicu peradangan dan munculnya jaringan parut pada tenggorokan atau striktur esofagus. "Kondisi ini akhirnya membuat kerongkongan lebih sempit dan kencang yang akan menyebabkan sulit dan sakit saat menelan," urainya. Selain itu, makanan dan cairan dari kerongkongan ke perut juga akan sulit mengalir sehingga pernapasan terasa sempit. Pada beberapa kasus, zat serta makanan padat dapat tersangkut di kerongkongan dan meningkatkan risiko tersedak. Parahnya, striktur esofagus juga bisa menyebabkan kekurangan gizi serta dehidrasi.
BACA JUGA:
Batasi Konsumsi Empat Jenis Makanan Penyebab Diabetes
Penyakit komplikasi keempat yang bisa ditimbulkan oleh gerd adalah pneumonia aspira. Kondisi ini terjadi saat asam lambung naik ke tenggorokan atau mulut, dan terhirup hingga ke paru-paru. "Untuk mengatasi kondisi ini, perlu mendapatkan antibiotik dari dokter. Jika kasusnya parah, perlu dirawat inap dan diberikan terapi pendukung untuk pernapasan," ucapnya. Pneumonia aspira yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian.
Penyakit komplikasi lain yang bisa timbul akibat gerd adalah Barrett’s Esophagus. Kerusakan pada kerongkongan karena GERD bisa membuat struktur lapisan organ tersebut berubah. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, kondisi ini terjadi pada 10–15 persen orang yang mengalami GERD. "Saat terjadi barrett’s esophagus, sel skuamosa yang melapisi esofagus bagian bawah akan digantikan oleh sel-sel kelenjar. Sel-sel kelenjar ini dapat tumbuh tidak terkendali dan menyebabkan kanker kerongkongan," terang Ari.
Jenis penyakit komplikasi terakhir dari gerd tentu saja kanker Kerongkongan/esofagus. GERD dapat meningkatkan risiko kanker kerongkongan meski risikonya cenderung rendah. Jenis kanker kerongkongan yang bisa terjadi akibat GERD, misalnya adenokarsinoma. Kanker jenis ini biasanya akan memengaruhi kerongkongan bagian bawah. "Gejala yang dapat dirasakan saat mengalami kanker kerongkongan adalah sulit menelan, penurunan berat badan tanpa sebab, hingga sakit maag parah. Gejala ini biasanya diketahui saat kanker telah berada pada stadium lanjut," paparnya.

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyakit komplikasi akibat gerd? Ari merekomendasikan untuk
melakukan perbaikan gaya hidup seperti menurunkan berat badan jika memiliki berat badan yang berlebih (obesitas), tidak merokok. meninggikan kepala saat tidur, tidak berbaring atau tidur setidaknya dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah makan, menghindari makanan atau minuman yang memicu asam lambung naik, seperti minuman yang mengandung alkohol, susu, cokelat, mint, kopi serta makanan yang pedas dan berlemak serta tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
