Instalasi Seni Cahaya Warna-Warni di Taman Kairakuen Jepang


Taman Kairakuen di Jepang akan menjadi berwarna dengan proyek pameran terbaru dari teamLab. (Foto: teamLab)
TAMAN Karakuen yang berlokasi di Mito, Ibaraki akan menjadi lebih berwarna. teamLab, kelompok seni kolektif akan mengubah lanskap alam itu menjadi ruang seni interaktif. Lewat proyek ini, teamLab ingin memperdalam ekplorasinya mengenai bagaimana alam dapat diubah menjadi sebuah karya seni.
"Konsep dari proyek ini adalah teknologi digital non material dapat mengubah alam menjadi seni tanpa merusaknya," kata teamLab dalam sebuah pernyataan. Selama bertahun-tahun, lingkungan telah terbentuk dari interaksi antara manusia dengan alam.
Baca juga:
Durasi waktu lama itu bisa terlihat dari bentuk-bentuk alam yang muncul. "Dengan menggunakan bentuk, kami yakin kami dapat menjelajahi batas dalam persepsi kami tentang kesinambungan waktu yang lama," lanjut mereka.

Kairakuen dibuat pada akhir masa periode Edo (1842) sebagai sebuah taman yang berpusat di sekitar kolam. Arti kata Kairakuen adalah taman untuk dinikmati bersama. Tempat yang didesain sebagai special place of scenic beauty ini terkenal karena adanya tiga ribu pohon plum dari sekitar 100 varietas.
Taman tersebut dianggap sebagai salah satu dari tiga taman luar biasa di Jepang, selain Kenrokuen di Kanazawa dan Korakuen di Okayama. Sayangnya tidak seperti Kairakuen, keduanya tidak terbuka untuk publik karena hanya dapat diakses oleh penguasa saja.
Baca juga:
Seperti dilansir dari laman Hypebeast, proyek luar ruangan ini akan mengubah taman menjadi ruang seni interaktif yang merespon kehadiran pengunjung. Disebut sebagai teamLab: Digitized Kairakuen Garden, seisi taman nantinya akan dihiasi dengan karya cahaya yang semakin memperindah nuansa taman.

Dalam sejumlah gambar yang sudah dibagikan, teamLab akan menaruh karya berbentuk kelinci dan rombongan Jepang zaman kuno pada pagar taman. Ada pula batang pohon yang ditutupi dengan berbagai pantulan cahaya warna-warni. Tidak hanya pohon, teamLab juga memanfaatkan bebatuan sebagai media untuk memproyeksikan pamerannya.
Ekshibisi solo ini akan berlangsung pada 3 Februari sampai 21 Maret 2021. Pameran hanya akan dibuka dua setengah jam saja, yaitu dari pukul 18:00 hingga 20:30 waktu setempat. Hal ini disebabkan karena karya seninya menggunakan instalasi cahaya sehingga memerlukan suasana gelap.
Anak-anak berusia di bawah 12 tahun tidak dikenakan biaya. Sementara untuk pelajar berusia 13-18 tahun, harga tiketnya sebesar 800 yen (Rp108 ribu) dan bagi dewasa dikenai 1.500 yen (Rp204 ribu). (sam)
Baca juga:
Usai Lockdown, Jepang Akan Berikan Potongan Harga Tiket Pesawat untuk Pelancong Domestik
Bagikan
Berita Terkait
Kota di Jepang Usulkan Batasan Penggunaan Ponsel Dua Jam Sehari

Lirik Crystalline Echo dari TENBLANK Gambarkan Cinta dan Luka

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Grass Wonder Wafat di Usia 30, Kuda Ikonik di Balik Karakter Umamusume

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi

KBRI Tokyo Minta WNI di Jepang Siaga Tsunami, Penuhi Baterai Ponsel dan Siapkan Perlengkapan Darurat
