Ini Alasan Teroris Bom Kampung Melayu Incar Polisi
Personel Inafis dan Puslabfor Mabes Polri melakukan olah TKP bom Kampung Melayu, Rabu (24/5). (ANTARA/Risky Andrianto)
Aksi terorisme di halte Transjakarta di Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu (24/5) lalu tetap menimbulkan kekhawatiran meski efeknya tidak terlalu besar.
Pengamat intelijen Prayitno Ramelan mengungkapkan ada tiga unsur yang mendasari teror bom Kampung Melayu.
Pertama mereka tetap menjadikan polisi sebagai sasaran. Kedua serangan itu, mereka menempatkan diri sebagai instrumen yang melakukan balas dendam karena banyak teman mereka telah jadi korban dan ditangkap di kasus Cicendo, Purwakarta, dan Tuban. Dan ketiga, mereka ingin menunjukkan eksistensinya kepada sel-sel terorisme lainnya di Indonesia dan di luar negeri.
"Ini orang-orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah. Dengan aksi ini mereka ingin menunjukkan bahwa mereka masih ada dan mungkin saja untuk menimbulkan ketakutan jelang bulan Ramadan," kata Prayitno yang juga pensiunan bintang dua angkatan udara ini di Jakarta, Selasa (30/5).
Kendati demikian, lanjut Pray, panggilan karib Prayitno Ramelan, potensi ancaman terorisme di bulan Ramadan ini tidak terlalu besar, meski potensi itu tetap ada. Itu karena para pelaku teror di Indonesia, seperti di Kampung Melayu itu, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham dengan strategi besar ISIS, di mana mereka terkesan takut melakukan aksi bom di bulan Ramadan, apalagi bila korbannya orang muslim.
"Intinya, ISIS takut dimusuhi orang Islam sehingga mereka sangat hati-hati dalam melakukan aksi. Makanya mereka menjadikan polisi sebagai target. Inilah yang saya sebut potensi ancaman itu tetap ada karena para pelaku, khususnya yang tergabung dengan JAD itu menggunakan ideologi ISIS yang mereka katakan islam, walaupun islam gak jelas," terang Pray.
Pray menyebut ISIS sebagai Islam gak jelas karena faktanya mereka menggunakan kekerasan dan perang untuk mewujudkan tujuannya. Sementara islam bukanlah agama kekerasan, tapi agama yang damai dan melindungi yaitu agama rahmatan lil alamin.
Pray mengaku sempat memperkirakan potensi ancaman kelompok ISIS di bulan Ramadan cukup besar. Pertimbangannya, selama ini ISIS sering melakukan aksi terornya sembarangan. Itu berbeda dengan kelompok Al Qaeda yang sangat berhati-hati memilih sasarannya agar tidak dimusuhi rakyat Indonesia, khususnya umat muslim. Namun seiring berjalannya waktu, ISIS kelihatannya juga akan melakukan hal yang sama agar tidak dimusuhi masyarakat, apalagi mereka selama ini sering bersembunyi di tengah masyarakat.
Bagikan
Berita Terkait
Teror Bom di Sekolah, DPR: Serangan terhadap Institusi Pendidikan dan Rasa Aman
Polisi Lacak Pelaku Teror Bom 3 Sekolah Internasional, Lokasinya di Luar Negeri
Menko Yusril Sebut Pengadilan Militer AS Akan Adili Hambali Bulan Depan
Tim Siber Polda Dilibatkan Ungkap Teror Bom di Sekolah Internasional Jabodetabek
Marak Teror Bom Sekolah Internasional, DPR: Alarm Serius Keamanan Dunia Pendidikan
Polisi Cari Pelaku Teror Bom di Sekolah NJIS Kelapa Gading, Akun Kripto tak Terdaftar di Indonesia
Marak Teror Bom, Kapolres Imbau Orangtua Siswa 6 Sekolah Internasional di Jakut Jangan Panik
Peneror Bom Sekolah Internasional NJIS Kelapa Gading Minta Tebusan Bitcoin US$ 30 Ribu
Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Masih Diburu, Siswa Tetap Belajar Saat Kejadian
Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Minta Tebusan US$ 30 Ribu