Ingat Ya, Tidak Semua Radang Amandel Pada Anak Harus Dioperasi

Ilustrasi Amandel. (RSUP dr Sardjito)
MerahPutih.com - Tonsilitis atau radang amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak-anak. Tonsilitis atau yang sering kita sebut radang amandel adalah peradangan pada tonsil palatina (amandel) yang sering disebakan oleh bakteri atau virus.
Data menunjukan, kasus tertinggi tonsilitis kronis terdapat pada usia anak usia 6-11 tahun (37,1 persen), diikuti anak usia 12-16 tahun (15,7 persen).
Baca Juga:
Manfaat Kolagen untuk Kesehatan Anak
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher Arie Cahyono menegaskam, tidak semua kasus radang amandel atau tonsilitis memerlukan tindakan operasi.
“Pada kasus tonsilitis menjadi mutlak dilakukan operasi ketika tonsil membesar, sehingga menyebabkan kesulitan menelan pada pasien, mengganggu saat tidur, atau tumor,” kata dokter yang praktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ini dalam sebuah diskusidaring, Kamis (18/1).
Selain itu, kondisi radang amandel yang juga memerlukan tindakan operasi, antara lain berlangsung kronis (gejala terus muncul selama lebih dari 2 minggu), obat simptomatik dan antibiotik tidak efektif dalam mengatasi radang amandel akibat infeksi bakteri, kambuh terus menerus, hingga timbul komplikasi yang sulit ditangani.
Ia menerangkan, untuk anak-anak, ada sejumlah pertimbangan saat melakukan operasi tonsilitis atau radang amandel. Misalnya, pada pasien anak-anak di bawah lima tahun daya tahan tubuhnya belum sebaik pasien anak-anak berusia 10 tahun ke atas, sehingga perlu dipastikan risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada anak.
“Operasi ini hanya indikasi, tentu perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya. Lihat juga kondisi umum pasien,” kata Arie.
Setelah operasi radang amandel, dokter akan memantau kondisi pasien selama kurang lebih enam jam di rumah sakit. Biasanya, pasien akan merasa nyeri saat menelan sesudah operasi dilakukan.
Arie menyarankan, agar pasien dapat beristirahat penuh selama 3-7 hari pasca operasi dan memakan makanan lunak untuk meminimalisir rasa nyeri. Hindari makanan panas, keras, dan pedas selama proses pemulihan diri pasca operasi.
“Belum ada penelitiannya, tapi rata-rata pasien anak pemulihannya lebih cepat kalau kita ukur dari perkembangan kesehatannya. Namun, untuk laki-laki dewasa muda, recovery-nya relatif lebih lama,” kata Arie.
Arie juga menjelaskan tindakan operasi radang amandel juga bisa terjadi terhadap pasien, sama seperti tindakan operasi penyakit lainnya. Namun, dokter akan membantu meminimalisir risiko tersebut dengan sejumlah persiapan agar operasi berjalan lancar.
Terkadang, lanjut ia, radang amandel juga disertai dengan pembesaran adenoid, yakni peradangan dan pembengkakan pada kelenjar di bagian belakang hidung (area nasofaring).
Oleh sebab itu, dokter akan melakukan prosedur adenoidektomi untuk mengangkat kelenjar adenoid agar pembengkakan adenoid tidak kambuh kembali.
“Operasi pada anak di bawah tujuh tahun seringkali disertai dengan pembesaran adenoid. Jadi, biasanya dilakukan adenoidektomi agar kemungkinan adenoid membesar kembali berkurang,” kata dia.
Arie menjelaskan. tonsil merupakan kelenjar yang terletak di rongga mulut untuk membentuk antibodi atau kekebalan. Karena letaknya ada di rongga mulut, maka (tonsil) rentan terkena infeksi.
Menurutnya, radang amandel dapat terjadi pada pasien semua umur, terlebih pada anak-anak. Radang amandel dapat terjadi akibat paparan virus, bakteri, atau daya tahan tubuh yang kurang baik.
Jika radang amandel disertai dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) karena virus, biasanya pengobatan akan dilakukan dengan pemberian obat simptomatik terlebih dulu. Obat simptomatik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gejala umum pada suatu penyakit, seperti mual dan nyeri.
Dalam laman RSUP dr Sardjito diterangkan, tonsilitis dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan), pemeriksaan rongga mulut, penilaian ukuran tonsil, pemeriksaan kelenjar getah bening dan pemeriksaan telinga dan gerakan leher.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain kultur bakteri, Rapid Antigen Detection Test (RADT), usap tenggorok antibodi streptococcus, dan pemeriksaan radiologi. (*)
Baca Juga:
Manfaat Timun untuk Kesehatan Anak, Bunda Harus Tahu
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
