Indonesia Diminta Waspada terkait Ancaman Resesi Ekonomi dalam Waktu Dekat


Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
MerahPutih.com - Indonesia diminta untuk melakukan antisipasi terhadap ancaman resesi ekonomi di tengah kondisi politik dalam negeri yang dinilai belum stabil.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, langkah preventif yang dilakukan pemerintah sangat diperlukan untuk melindungi perekonomian nasional dari gejolak ekonomi global.
Baca Juga:
Akibat Karhutla, Kerugian Ekonomi Indonesia Capai Rp 220 Triliun
"Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih tergolong cukup realistis dengan target pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen di tengah kondisi riil saat ini yang masih bertengger pada level 5,08 persen. Walaupun demikian, pemerintah tetap perlu terus mewaspadai ancaman resesi global yang mungkin terjadi pada tahun depan," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (3/10), seperti dikutip Antara.

Pingkan mengungkapkan setidaknya ada dua faktor utama yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dalam menyikapi gejolak ekonomi global yang berada di ambang resesi ini.
Pertama adalah faktor internal yang mencakup stabilitas kondisi sosial-politik yang berdampak pada pertumbuhan investasi. Hal itu dilihat dari dinamika sosial-politik dalam negeri dalam beberapa minggu belakangan ini yang ditandai dengan masih adanya gelombang demonstrasi menuntut parlemen meninjau kembali beberapa RUU yang dinilai mengandung pasal-pasal kontroversial dan merugikan masyarakat.
Masyarakat dari berbagai lapisan turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka. Sayangnya, beberapa di antara demonstrasi tersebut berujung ricuh dan mendorong sentimen negatif dalam pasar sehingga membuat investor mengambil langkah wait and see.
Baca Juga:
MAKI Klaim Revisi UU KPK Demi Dorong Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
"Faktor berikutnya adalah faktor eksternal yang mencakup kondisi perekonomian dari negara-negara mitra dagang maupun para penanam modal asing. Hal ini tentu mengancam iklim investasi di Indonesia. Pemerintah harus waspada karena resesi ekonomi dapat menyebar dengan cepat," tambah Pingkan.
Ia menuturkan memasuki kuartal terakhir tahun 2019, perekonomian global masih kian melesu. Lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) hingga Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pun kerap mengoreksi pertumbuhan ekonomi global sejak dua kuartal belakangan.
Seiringan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut, Pingkan menyebut kemungkinan akan adanya resesi global dalam waktu dekat kembali menjadi sorotan.

Setidaknya tiga negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, menjadi sangat rentan terhadap kemungkinan resesi dalam waktu dekat. Pasalnya, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang sudah bergulir lebih dari satu tahun lamanya belum memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir.
Di sisi yang lain, perekonomian di benua biru juga tidak jauh dari kemungkinan resesi yang menghantui akibat dari adanya tensi geopolitik antara Inggris dengan Uni Eropa menjelang keputusan final Brexit yang akan ditetapkan pada 31 Oktober mendatang. (*)
Baca Juga:
Sri Mulyani Prediksi Kebakaran Kilang Minyak Arab Saudi Pengaruhi Ekonomi Global
Bagikan
Berita Terkait
Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen

Komisi XI DPR: Pertumbuhan Melambat, Pemerintah Harus Segera Koreksi Arah

Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target

Pakar Nilai Indonsia Punya Prasyarat untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen

Jokowi Pamer Ekonomi RI Tumbuh Di Atas 5 Persen Selama 7 Kuartal Beruntun

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Ke-2 di Antara Negara-Negara G20

Industri Otomotif Indonesia Tumbuh 10,95 Persen pada 2022

Gubernur BI: Pertumbuhan Ekonomi India Berdampak Positif terhadap Indonesia
