Indonesia Ada Karena Keberagaman, Anak Gus Dur: Kalau Tidak Ada, Tidak Perlu Ada Indonesia

Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid (Foto: antaranews)
Merahputih.com - Putri sulung mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahida atau Alissa Wahid mengatakan semasa hidup Gus Dur pernah mengatakan bahwa Indonesia ada karena keberagaman.
"Kalau tidak ada keberagaman, tidak perlu ada Indonesia," ujar Alissa saat diskusi lintas agama 'Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam kebinekaan' sebagaimana dikutip Antara, Minggu (27/12).
Baca Juga:
Hari Natal, Rutan KPK Berlakukan Kunjungan Daring
Hal itu dituliskan oleh Gus Dur dalam sebuah buku tentang pasangan Konghucu yang sedang memperjuangkan hak sipilnya.
Ia mengatakan apabila para pendiri bangsa pada saat itu tidak mampu mempersatukan diri, maka tidak akan pernah ada Indonesia.
Oleh karena itu, hingga kini tidak ada satu pun kelompok atau suku tertentu di Tanah Air yang bisa mengklaim bahasa daerah mereka merupakan bahasa asli Indonesia.

Pada kesempatan itu, Koordinator Nasional Jaringan GusDurian tersebut mengatakan jika berbicara masalah bangsa, masyarakat Indonesia agak aneh dan cenderung memaksa.
Bangsa Indonesia, ujarnya, memiliki beragam ras. Misalnya ras Melayu atau ras Melanesia khususnya di Indonesia bagian timur. "Jadi Indonesia adalah sebuah gagasan yang mempertemukan kebinekaan," kata Alissa.
Yang terjadi saat ini ialah masih ditemukannya mayoritarianisme atau merasa kelompok mayoritas di suatu daerah. "Ada perasaan saat kelompok mayoritas di tanah ini, kelompok saya yang paling berhak menentukan segala-galanya," tandas dia.
Baca Juga:
Perayaan Malam Natal di Katedral Jakarta Berjalan Kondusif, Umat Patuhi Protokol Kesehatan
Untuk itu, peran Polri dan TNI dibutuhkan dalam memecahkan masalah tersebut dan tentunya bertumpu pada hak konstitusi warga negara.
Sebab, Indonesia tidak dibangun atas dasar teori konflik. Artinya, kelompok mayoritas bisa menang di atas kelompok minoritas. "Indonesia dibangun atas kesepakatan bersama," katanya. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

Wujud Toleransi, Gereja Santa Theresia Sumbangkan Sapi Kurban ke Umat Islam Tanah Abang

Terlempar dari Daftar 10 Besar Kota Toleransi, Walkot Solo: Kami Sedang Menyusun Perda

Kirab Waisak Solo Cermin Toleransi Umat Beragama Kota Bengawan

Polarisasi Agama bisa Memecah Belah Masyarakat, Spiritualitas Universal Layak Jadi Kurikulum di Kampus

Momen Toleransi: Ucapkan Selamat Lebaran, Kardinal Suharyo Peluk Erat Menteri Agama

Aliansi Masyarakat Solo Cinta Damai Tolak Ormas Intoleran di Kota Solo

SMA di Cianjur Gelar Tes Kehamilan, PBNU: Itu Sesuatu yang Sangat Privat

Menlu: Indonesia Beri Contoh Baik Dalam Dialog Antarumat Beragama ke Dunia

Disinggung soal Toleransi, Anies ‘Pamer’ IMB Gereja yang Mandek Puluhan Tahun
