Indikator Ekonomi Indonesia Diklaim Masih Kuat


Suasana Gedung di Jakarta. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Bank Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto Indonesia secara keseluruhan akan tumbuh 4,5 sampai 5,3 persen di 2023 dan meningkat pada 2024 dan inflasi tetap pada sasaran yaitu 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S Budiman mengatakan Indonesia mampu menjaga momentum pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian dan gejolak ekonomi global.
Baca Juga:
Pj Walkot Cimahi Dicopot Karena Tidak Bisa Kendalikan Inflasi
"Di tengah berbagai tantangan tersebut Indonesia tetap mampu menjaga pemulihan ekonomi dengan baik," kata Aida.
Aida menuturkan, ada sejumlah tantangan utama yang dihadapi perekonomian global antara lain pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan melemah, eskalasi geopolitik, dan suku bunga kebijakan negara maju termasuk Fed Fund Rate (FFR) yang bertahan tinggi dalam waktu lama.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan kedua 2023 tumbuh 5,17 persen, dan capaian itu menandai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama tujuh triwulan berturut-turut.
Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong terutama oleh permintaan domestik dan keyakinan konsumen yang tetap tinggi.
Sementara itu, indikator-indikator ekonomi terkini juga masih menunjukkan perkembangan yang baik. Kuatnya daya tahan ekonomi Indonesia juga didukung oleh stabilitas perekonomian yang terjaga.
Inflasi pada September 2023 tercatat 2,28 persen, yang berada di bawah target 3 plus minus satu persen. Selain itu, stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit yang tetap kuat yakni per September 2023 tercatat 8,96 persen, dan kondisi likuiditas perbankan (alat likuid per DPK) baik yakni di posisi 25,83 persen per September 2023.
Kualitas kredit terjaga, tercermin dari Non Performing Loan (NPL) yang tercatat 2,5 persen untuk yang bruto dan 0,79 persen untuk yang neto, sedangkan rasio kecukupan modal juga berada di level yang tinggi pada 27,62 persen.
"Selain itu, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital juga tetap kuat didukung sistem pembayaran yang aman, lancar dan handal," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Beras Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?

Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025

Prabowo Berencana Tarik Utang Rp 781,87 Triliun di 2026, Jadi yang Tertinggi setelah Pandemi

Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain
