Impor Beras Coreng Muka Jokowi, PDIP: Nusantara Begitu Kaya
Stok beras. Foto: ANTARA
Merahputih.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyatakan menolak kebijakan impor beras. Kebijakan itu tidak hanya bertentangan dengan politik pangan Presiden Jokowi, namun mencoreng muka Jokowi yang belum lama mengkampanyekan gerakan cinta produksi dalam negeri.
Bahkan, setahun lalu DPP PDIP memelopori gerakan menanam tanaman pendamping beras seperti sagu, ketela, umbi-umbian, jagung, pisang, talas, porang, sukun, dan lainnya oleh struktural partai, eksekutif, dan legislatif Partai.
Baca Juga:
Stok Berkurang, Indonesia Berpotensi Impor Beras 2,25 Juta Ton Seperti di 2018
"Karena Nusantara begitu kaya dengan aneka rupa makanan, kekayaan hortikultura, yang seharusnya membuat menteri perdagangan percaya bahwa impor beras tidak perlu dilakukan," kata Hasto kepada wartawan, Senin (22/3).
Rencana impor kini menjadi polemik setelah Menteri Perdagangan M Luthfi bersikeras melakukannya walau Kepala Bulog Budi Waseso sudah menyatakan tak diperlukan.
Bagi PDIP, keputusan Menteri Perdagangan berarti melupakan basis politik Presiden Joko Widodo dan PDIP dari petani. Selain itu, impor itu juga sangat tidak tepat mengingat perekonomin nasional sedang tertekan akibat pandemi.
Menteri Perdagangan dinilai hanya menghambur-hamburkan devisa negara untuk satu produksi pangan yang sebenarnya bangsa Indonesia bisa memproduksi pangan tersebut.
"Dalam situasi kontraksi ekonomi seperti saat ini penting untuk hemat devisa negara," ulas Hasto.
Selain mendorong diversifikasi pangan, PDIP juga mengajak seluruh simpatisan, anggota, dan kader partai untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional secara swadaya masyarakat.
Kader partai diberi tugas untuk memberi teladan serta mengajak simpatisan dan masyarakat luas untuk secara sadar mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras.
Sehingga konsumsi beras yang digantikan oleh makanan lain sekitar 5%. Jumlah tersebut kelihatan sepele, tapi itu akan mengurangi kebutuhan nasional setara dengan 1,5 juta ton. "Kalau ini terjadi maka, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi eksportir beras," ulas Hasto.
Baca Juga:
Ganjar Pertanyakan Rencana Impor Beras saat Masuki Masa Panen
Cara ini jauh lebih terhormat dan akan mampu meningkatkan martabat bangsa. Hasto menyindir orang-orang yang terlalu berpikir pragmatis sehingga melanggengkan ketergantungan terhadap impor.
"Diperlukan cara berpikir baru yang disertai dengan langkah strategis yang konsisten agar kita bisa membalik keadaan, dari importir menjadi eksportir beras," tegas Hasto. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Harga Beras Satu Harga, Tekan Disparitas Harga Antarwilayah
Harga Beras Masih Dijual Melebihi HET di 51 Daerah
Bapanas Jamin Kualitas Beras, Perputaran di Stok Per 6 Bulan
[HOAKS atau FAKTA]: Menkeu Purbaya Tarik Rp 71 Triliun dari Program MBG, Mau Dialihkan ke Beras Gratis
DPR Tegaskan Tumpukan Beras Bulog 3,8 Juta Ton Seharusnya Cukup untuk Tameng Subsidi, Bukan Jadi Alasan Cabut Izin Pedagang
Satu Juta Ton Usia Simpanan Beras Pemerintah Hampir 12 Bulan, DPR Minta Kurangi
Prabowo Inginkan ASEAN Plus Tree Tingkatkan Cadangan Beras, Perkuat Respons Darurat Antarnegara
Pemprov DKI Beri Surat Teguran Pedagang yang Jual Beras di Atas HET, Pelanggaran Berulang Berujung Izin Usaha Dicabut
Pedagang Beras yang Jual di Atas HET Diberi 'Kartu Kuning' dan Waktu Seminggu untuk Tobat, Kalau Masih Bandel Sanksi Menanti
Badan Pangan Nasional Temukan Beras Premium Sudah Dijual di Bawah HET