Impian Demokrasi ala Hatta: Negara Hadir Tanpa Batasi Hak Rakyat Berekspresi

Andika PratamaAndika Pratama - Rabu, 11 Agustus 2021
Impian Demokrasi ala Hatta: Negara Hadir Tanpa Batasi Hak Rakyat Berekspresi

Mantan Wakil Presiden, Mohammad Hatta. Foto: Istimewa

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Rangkaian Talk Show “Pekan Bung Hatta” merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam mengenalkan sepak terjang, kisah dan inspirasi Bung Hatta kepada masyarakat luas.

"Selama sepekan, dari 9-14 Agustus 2021, Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan akan menayangkan video-video talk show membahas Bung Hatta dalam berbagai perspektif, ditayangkan di Channel Youtube BKNP PDI Perjuangan setiap jam 16.30 WIB," kata Ketua BKNP PDIP, Aria Bima, Selasa (10/8).

Baca Juga

Marak Baliho Puan, DPP: Dibuat Atas Dasar Keputusan Rapat Fraksi PDIP DPR

Pada episode pertama, BKNP PDIP mengangkat tema “Bung Hatta dan Demokrasi” dengan menghadirkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, yang dipandu oleh aktivis kebangsaan Garda Maharsi.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima. (MP/Ismail)
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima. (MP/Ismail)

Sebelum melihat lebih jauh tentang pemikiran demokrasi Bung Hatta, Burhanuddin menilai bahwa kita harus melihat Bung Hatta lebih jernih. Sebab menurutnya di antara founding fathers Indonesia yang lain, Bung Hatta merupakan sososk yang kurang mendapatkan perhatian terutama dari sisi akademiknya.

“Bung Hatta adalah sosok yang sederhana dan cenderung ingin tampil di belakang layar sehingga menjadi kurang menarik jika dibandingkan dengan Bung Karno yang hangat dan flamboyan atau Tan Malaka yang radikal kontroversial,” papar Burhanuddin.

Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta imi menambahkan bahwa Bung Hatta memang lebih banyak dikenal sebagai ‘man of work’, sebagai orang yang bekerja di belakang layar.

“Orang seperti Bung Hatta ini merupakan pemimpin bertipe administrator, bukan solidarity maker seperti Bung Karno yang memiliki kemampuan berpidato luar biasa,” jelasnya.

Terkait dengan demokrasi, maka hal pertama yang tidak bisa dilepaskan dari Bung Hatta adalah latar belakang daerah kelahirnya di Bukittinggi Sumatera Barat. Seperti yang diungkapkan Nurcholis Majid saat menulis tentang Bung Hatta.

Cak Nur menekankan bahwa Demokrasi Bung Hatta tidak bisa dilepaskan dari setting Minangkabau.

“Minangkabau itu kan dikenal dengan pemikirannya yang dinamis, terbuka anti parokial dan tidak mengenal hirarki sehingga orang bisa berdebat dengan luar biasa,” terang Burhanuddin.

Catatan lain, Hatta lahir dari keluarga cerdik cendikia, relijius sekaligus saudagar.

“Hal ini yang membuat seorang Bung Hatta bisa menikmati jenjang pendidikan yang luar biasa.di Eropa”, ungkap Burhanuddin.

Saat menempuh pendidikan di Belanda itulah, Bung Hatta mengkritik sebuah sistem demokrasi yang ia anggap sebagai demokrasi rasial. Sebab menurut Hatta, kehidupan di Belanda sangat demokratis. Namun Belanda sendiri tidak mau menerapkan nilai-nilai ini di daerah jajahannya.

“Jadi, kritik-kritik keras Bung Hatta, justru ia sampaikan saat berada di pusatnya penjajahan,” lanjut Burhanuddin.

Yang menarik dari Bung Hatta, meskipun ia seorang aktivis yang kutu buku dan seringkali mengkritik demokrasi ala barat, namun Hatta sendiri tidak anti terhadap demokrasi Barat.

Ini berbeda dengan Syahrir misalnya yang cendrung ‘taklid buta’ terhadap demokrasi Barat, atau Bung Karno yang cenderung anti terhadap demokrasi Barat.

”Bung Hatta menerima konsep demokrasi barat tapi dengan sangat kritis. Beliau menulis banyak sekali kritik-kritik tajam terhadap demokrasi barat terutama yang disebutnya sebagai demokrasi kapitalistik,” kata doktor politik dari Australian National University itu.

Menurutnya, Hatta melihat bahwa demokrasi di Barat tidak bisa dilepaskan dari konsep liberalisme individualisme. Individualisme yang diartikan bahwa setiap orang memiliki kehendak untuk melakukan apapun yang dia lakukan dan dijamin oleh apapun.

Kritik Hatta terhadap hal tersebut adalah ketika kehendak atau individualisme ini terlalu ditekankan secara membabi buta, maka yang lahir adalah hanya demokrasi politik, namun demokrasi ekonomi dikuasai oleh pemodal.

Kritik-kritik tajam Hatta terutama pada asumsi yang dipegang oleh individualisme bahwa seakan negara hanya menjadi penjaga malam dan tidak mengurusi bagaimana proses keadilan sosial.

“Inilah mengapa konsep keadilan sosial itu menempati satu tempat yang sangat baik sekali dalam pemikiran demokrasi seorang Hatta,” tutur Burhanuddin.

Hatta mengkritik demokrasi Barat yang dianggap lalai terhadap tujuan awal berdirinya demokrasi yaitu liberte (kebebasan dan kemerdekaan), egality (persamaan) dan fraternite (persaudaraan).

“Jadi, menurut Hatta, demokrasi Barat telah tercerabut dari akarnya sendiri’,” ungkap Burhanuddin.

Dari sinilah kemudian Hatta memberikan narasi demokrasi dengan apa yang dia ambil dari nilai-nilai berdasarkan Islam.

“Tentu bukan Islam yang eksklusif, tapi Islam yang menitikberatkan pada pada kebenaran dan keadilan sosial,” lanjut Burhanuddin.

Hal kedua yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi seorang Bung Hatta, selain ditunjang oleh konsep Islam yang berkeadilan, yakni adanya nilai-nilai asli demokrasi Indonesia yang disebut kekeluargaan dan kebersamaan.

Mantan Wakil Presiden, Mohammad Hatta

Hal ketiga adalah pemikiran sosialisme yang berperikemanusiaan. “Tiga hal inilah yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi Hatta,” tegas Burhanuddin.

Pria kelahiran 15 Desember 1977 itu mengatakan, jika kita bandingkan pemikiran demokrasi Bung Hatta, gagasan-gagasan tersebut merupakan konsep yang saat ini dikembangkan oleh negara-negara berhaluan sosial demokrat.

Bung Hatta membayangkan sebuah negara yang selalu hadir dalam mewujudkan keadilan sosial bagi rakyatnya dan bukan hanya menjadi event organizer atau penjaga malam.

“Bung Hatta menginginkan sebuah negara yang hadir tapi juga tidak membatasi hak-hak rakyatnya untuk berekspresi” pungkas Burhanuddin. (Pon)

Baca Juga

Emir Moeis Jadi Komisaris Anak Usaha BUMN, Politisi PDIP: Tidak Langgar Aturan

#HUT RI #Hari Kemerdekaan #Bung Hatta #Mohammad Hatta
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Pameran Foto '1945' Resmi Dibuka di Monumen Pers Nasional, Tampilkan Jejak Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah, melainkan diperjuangkan.
Dwi Astarini - Minggu, 31 Agustus 2025
Pameran Foto '1945' Resmi Dibuka di Monumen Pers Nasional, Tampilkan Jejak Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Olahraga
Ribuan Orang Ikut Merdeka Run 8.0K, Ini Rute Dari Istana Balik ke Istana
Dalam kategori Umum 8.0K, terbagi menjadi dua kualifikasi yakni Master berumur lebih dari 40 tahun dan Umum berumur kurang dari 39 tahun.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 24 Agustus 2025
Ribuan Orang Ikut Merdeka Run 8.0K, Ini Rute Dari Istana Balik ke Istana
Fashion
Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’
Koleksi FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees ini terdiri dari 13 t-shirts yang mewakili tujuh pulau besar di Indonesia.
Dwi Astarini - Jumat, 22 Agustus 2025
Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’
Lifestyle
Bersama Indonesia Rayakan HUT Ke-80, Mattel Rilis Boneka Barbie One-of-a-Kind, Tampilan Anggun Bergaun Batik
Desainnya menampilkan motif Sawunggaling, yang dipesan Presiden Soekarno setelah kemerdekaan.
Dwi Astarini - Jumat, 22 Agustus 2025
Bersama Indonesia Rayakan HUT Ke-80, Mattel Rilis Boneka Barbie One-of-a-Kind, Tampilan Anggun Bergaun Batik
Indonesia
Sepanjang Perayaan HUT RI di Jakarta, 7,2 Ton Garam Ditabur di Langit Kendalikan Cuaca Ektrem
Hingga 19 Agustus 2025, telah dilaksanakan 9 sorti penerbangan dengan menaburkan sebanyak 7,2 ton bahan semai berupa NaCl dan CaO dengan total durasi terbang 12 jam 52 menit.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 20 Agustus 2025
Sepanjang Perayaan HUT RI di Jakarta, 7,2  Ton Garam Ditabur di Langit Kendalikan Cuaca Ektrem
Indonesia
Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen
Periode yang sama pada tahun lalu, tercatat volume keberangkatan penumpang KA jarak jauh sebanyak 75.572 penumpang.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 19 Agustus 2025
Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen
Indonesia
Puluhan Eks Karyawan Sritex Upacara di Depan Pabrik, Serukan Tuntutan Pembayaran Pesangon
Sebagai bentuk aksi keprihatinan eks buruh dalam menuntut hak-hak mereka setelah Sritex dinyatakan pailit pada Februari lalu.
Dwi Astarini - Senin, 18 Agustus 2025
Puluhan Eks Karyawan Sritex Upacara di Depan Pabrik, Serukan Tuntutan Pembayaran Pesangon
Indonesia
375 Ribu Napi Dapat Remisi saat HUT ke-80 RI, Negara Hemat Pengeluaran untuk Uang Makan Sampai Rp 639 Miliar
Pemberian remisi bukan sekadar pengurangan masa pidana, melainkan juga penghargaan negara kepada warga binaan yang telah menunjukkan perilaku positif selama pembinaan.
Dwi Astarini - Senin, 18 Agustus 2025
375 Ribu Napi Dapat Remisi saat HUT ke-80 RI, Negara Hemat Pengeluaran untuk Uang Makan Sampai Rp 639 Miliar
Indonesia
Libur HUT ke-80 RI, Tingkat Okupansi Penumpang Kereta Api Jarak Jauh Capai 85 Persen
Secara kumulatif, selama periode 15–18 Agustus 2025, KAI telah menjual 629.504 tiket atau 93,03 persen dari total kapasitas kursi.
Dwi Astarini - Senin, 18 Agustus 2025
Libur HUT ke-80 RI, Tingkat Okupansi Penumpang Kereta Api Jarak Jauh Capai 85 Persen
ShowBiz
Boris Bokir Sampai Danilla Riyadi Ikut Upacara Penurunan Bendera di Tugu Proklamasi, Usung Tema 'Titik Nol Bangsa'
Upacara penurunan bendera ini merupakan inisiasi awal Kedubes Bekasi bersama Gusti Irwan Wibowo, yang membawa semangat kebangsaan dan kolaborasi.
Dwi Astarini - Senin, 18 Agustus 2025
Boris Bokir Sampai Danilla Riyadi Ikut Upacara Penurunan Bendera di Tugu Proklamasi, Usung Tema 'Titik Nol Bangsa'
Bagikan