Ilmuwan Sebut Bulan Pernah Ditutupi Lautan Magma

Soffi AmiraSoffi Amira - Selasa, 27 Agustus 2024
Ilmuwan Sebut Bulan Pernah Ditutupi Lautan Magma

Bulan pernah ditutupi oleh lautan magma. Foto: Unsplash/ Marc Szeglat

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Ilmuwan mengungkapkan, jika Bulan pernah tertutup oleh lautan lava yang mendidih. Mereka juga telah menemukan bukti baru yang mendukung teori lain.

Selain memiliki “lautan magma”, Bulan kemungkinan besar terbentuk setelah sebuah planet kuno menabrak Bumi. Bukti baru ini diperoleh dari Pragyan, yakni kendaraan penjelajah yang dikirim untuk menyisir permukaan Bulan sebagai bagian dari misi Chandrayaan-3 India musim panas lalu.

Penjelajah itu dikerahkan lebih jauh ke arah selatan dibanding penjelajah lainnya sebelumnya. Sejak itu, Pragyan melakukan perjalanan dengan melintasi kutub selatan Bulan. Lalu, mengumpulkan sampel tanah dan mengumpulkan informasi soal atmosfer Bulan.

Berkat penjelajah kecil yang ajaib itu, para ilmuwan akhirnya menemukan petunjuk tentang sejarah satelit alami terdekat Bumi.

Baca juga:

NASA Batalkan Proyek Pencarian Es di Kutub Selatan Bulan

Permukaan Bulan pernah ditutupi gelembung magma setelah terbentuk
Permukaan Bulan pernah ditutupi gelembung magma setelah terbentuk. Foto: Dok/NASA

Sebuah makalah yang diterbitkan minggu lalu di Nature mengungkapkan hasil analisis data sampel tanah. Hal itu mendukung teori, bahwa permukaan Bulan mencair tidak lama setelah terbentuk.

Mengutip The Sun, para ilmuwan juga memeriksa data radiasi yang dikirim kembali dari spektrometer sinar-X partikel alfa rover. Selanjutnya, penjelajah mengirimkan informasi tentang susunan regolit bulan, lapisan batuan lepas, dan debu yang berada di atas batuan dasar.

Kemudian, 23 sampel tersebut sebagian besar terdiri dari batuan putih yang disebut ferroan anorthosite. Data sensor dari proyek lain telah mendeteksi material yang sama di wilayah itu, termasuk zona khatulistiwa dan garis lintang tengah.

Para peneliti menganggap hal ini sebagai bukti, bahwa adanya lapisan material seragam yang menutupi benda langit. Hal ini juga memperkuat teori, jika seluruh permukaan Bulan ditutupi oleh gelembung magma setelah pembentukannya.

Baca juga:

Tubuh Manusia Bakal Alami Perubahan Drastis saat Tinggal di Mars

Teori yang sama juga menyatakan, bahwa Bulan terbentuk ketika benda seukuran Mars menghantam Bumi, kemudian meluncurkan puing-puing ke luar angkasa. Materi tersebut pun bersatu untuk membentuk Bulan.

Lalu, hal itu menimbulkan dampak yang cukup besar dan cukup menjelaskan apa yang disebut sebagai “lautan magma” itu. Teori tersebut juga menjelaskan, mengapa banyak batuan di Bulan memiliki susunan yang mirip dengan yang ada di Bumi.

Para ilmuwan percaya, lautan magma sudah ada selama ratusan juta tahun. Namun, mendingin dan mengkristal, serta membentuk ferroan anorthosite. Teori ini muncul setelah sampel kembali dari misi Apollo 11 pada 1969 silam.

Meskipun tanahnya sebagian besar terdiri dari batuan basaltik gelap atau mirip dengan material yang dihasilkan oleh gunung berapi di Bumi, tanah tersebut juga mengandung pecahan yang disebut ferroan anorthosite.

Baca juga:

China Usulkan Peluncur Magnetik Bulan, Bisa Kirim Sumber Daya dengan Biaya Murah

Batu putih di Bulan mewakili pecahan kecil dari kerak Bumi kuno
Batu putih di Bulan mewakili pecahan kecil dari kerak Bumi kuno. Foto: Dok/NASA

Para peneliti berhipotesis, bahwa batu putih tersebut mewakili pecahan kecil dari kerak Bumi kuno. Saat magma mendingin, mineral yang lebih padat tenggelam membentuk lapisan lebih dalam yang disebut mantel Anorthosite Ferroan, karena kepadatannya kurang dan melayang ke atas.

Komposisi yang diukur dalam penelitian terbaru bukanlah ferroan anorthosite murni. Faktanya, ini mengandung lebih banyak magnesium dari yang diperkirakan.

Para penulis juga yakin, pengukuran mereka mungkin mewakili campuran material dari kerak Bumi kuno dan lapisan batuan di bawahnya.

Lapisan-lapisan yang berbeda ini akan bergejolak selama terjadinya kawah tumbukan, ketika benda-benda seperti asteroid dan meteorit menghantam Bulan sepanjang sejarahnya. (sof)

#Sains #Bulan #Penelitian #Luar Angkasa
Bagikan
Ditulis Oleh

Soffi Amira

Berita Terkait

Indonesia
Bulan Raksasa Sambangi Langit Indonesia: Supermoon Cold Moon Puncak di 4 - 5 Desember 2025
Supermoon Cold Moon akan menghiasi langit Indonesia pada 4–5 Desember 2025, muncul 14% lebih besar dan 30% lebih terang. Simak waktu terbaik untuk mengamatinya.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 05 Desember 2025
Bulan Raksasa Sambangi Langit Indonesia: Supermoon Cold Moon Puncak di 4 - 5 Desember 2025
ShowBiz
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menyebut popularitas mempersingkat usia hingga 4,6 tahun.
Dwi Astarini - Jumat, 28 November 2025
 Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Indonesia
Kronologis Tewasnya Pekerja Lepas BRIN di Lokasi Penelitian Sesar Aktif Demak
Galian berukuran sekitar panjang 7 meter, lebar 1,5 meter, dengan kedalaman 2 meter itu tiba-tiba ambruk diduga karena struktur tanah yang labil.
Wisnu Cipto - Sabtu, 27 September 2025
Kronologis Tewasnya Pekerja Lepas BRIN di Lokasi Penelitian Sesar Aktif Demak
Indonesia
Pekerja Lepas Tewas di Lokasi Penelitian Sesar Aktif, Polres Demak Pastikan Bakal Periksa BRIN
Pekerja lepas Ahmad Zaedun (55), warga Desa Sumberejo, tewas tertimbun longsor di lokasi penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Wisnu Cipto - Sabtu, 27 September 2025
Pekerja Lepas Tewas di Lokasi Penelitian Sesar Aktif, Polres Demak Pastikan Bakal Periksa BRIN
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Bagikan