IHSG Anjlok, Analis Sarankan Aksi Beli Saham Perusahaan yang Beri Dividen Besar


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan tajam, melemah 502,14 poin atau 7,71 persen ke posisi 6.008,48. (Foto: MerahPutih.com/Didik Setiawan)
MerahPutih.com - Pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (8/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan tajam, melemah 502,14 poin atau 7,71 persen ke posisi 6.008,48.
Budi Frensidy, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, menyarankan para investor untuk melakukan aksi beli (net buy) pada saham-saham perusahaan yang akan memberikan dividen besar.
"Beli saham-saham yang akan membagikan dividen dengan yield lebih dari 6 persen dan yang laporan keuangan kuartal I-2025-nya bagus, serta yang turunnya sangat besar. Dengan dana yang tidak akan terpakai minimal 1 sampai 2 tahun ke depan," ujarnya seperti dikutip Antara, Selasa.
Menurut Budi, IHSG berpotensi mengalami rebound saat momentum pembagian dividen pada April 2025, serta saat rilis laporan keuangan kuartal I-2025 oleh berbagai perusahaan.
Baca juga:
Bukan Hanya IHSG, Kondisi Nilai Tukar Melemah Jadi Rp 16.846 Per Dolar AS
Selain itu, penundaan tarif impor oleh Presiden AS, Donald Trump, juga bisa menjadi faktor yang mendorong penguatan pasar saham.
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy & Planning di Kiwoom Sekuritas, memperkirakan tekanan terhadap IHSG masih akan berlanjut sepanjang hari.
"Estimasi kami IHSG mampu bertahan di atas level support psikologis 6.000, dengan asumsi ditopang perubahan ARB menjadi 15 persen untuk seluruh fraksi," katanya.
BEI sempat melakukan penghentian sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 09.00.00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS), setelah IHSG mengalami penurunan lebih dari 8 persen.
Sebelumnya, BEI dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyesuaikan ketentuan pelaksanaan trading halt dan batasan persentase Auto Rejection Bawah (ARB). (*)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?

Semprot Dewan PSI, Ketua Dewas PAM Jaya: Kita Mau Kerja, Bukan Cari Benar atau Salah

Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025

Prabowo Berencana Tarik Utang Rp 781,87 Triliun di 2026, Jadi yang Tertinggi setelah Pandemi

IHSG Meledak Tembus Rekor All Time High 8.000 Saat Prabowo Sampaikan Pidato Kenegaraan

Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain
