IDAI Minta Pemerintah Beri Perhatian Bahaya Gula, seperti pada Rokok


Kudapan dan minuman manis untuk anak. (Shutterstock)
MerahPutih.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintah untuk memberi perhatian terhadap bahaya gula. Seperti halnya rokok.
Ketua Pengurus Pusat IDAI Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A (K) juga menyarankan pemerintah mengatur pencantuman takaran gula pada kemasan setiap makanan yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak.
"Saya kira sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian, sebagaimana pada bahaya rokok, terhadap bahaya gula ini," katanya dalam diskusi daring Selasa (26/11), dikutip dari Antara.
"Misalnya, memberi setiap minuman manis (kadar gulanya) setara dengan berapa sendok gula pasir," katanya.
Piprim menjelaskan bahwa pencantuman takaran gula pada makanan dapat membantu meningkatkan perhatian orang tua terhadap kadar gula dalam makanan anak. Apalagi prevalensi diabetes pada anak cenderung meningkat.
Baca juga:
Pemerintah Diminta Tetapkan Standar Regulasi Produk dengan Kandungan Timbal Tinggi
Menurut data IDAI pada pertengahan tahun 2022 prevalensi diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat dibandingkan tahun 2010. IDAI mencatat dua kasus diabetes per 100 ribu anak.
"Kenapa gula ini begitu berbahaya? Karena gula tidak dianggap berbahaya. Berbeda dengan rokok misalkan, rokok itu dianggap berbahaya karena ada tulisan 'rokok dapat membunuhmu'," kata Piprim.
"Tapi kalau gula? Sampai saat ini kita belum melihat peringatan terhadap minuman atau makanan yang mengandung gula tinggi," tambahnya.
Ia melanjutkan bahwa makanan dan minuman di pasaran sebagian besar mengandung gula atau pemanis buatan. Jika dikonsumsi terus-menerus bisa membahayakan kesehatan.
Ketika anak mengonsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat cepat serap maka kadar gula darah anak akan cepat melonjak dan kemudian menurun secara cepat.
"Inilah yang memicu anak menjadi crancky, lapar, mengamuk, dan akan reda bila diberikan gula lagi," kata Piprim.
"Begitu terus, sehingga terjadi lingkaran setan, dan akhirnya anak menjadi adiksi, over-nutrisi, over-kalori, dan akhirnya terjadilah PTM seperti diabetes melitus, hipertensi, ginjal, dan lain sebagainya," katanya.
Piprim menekankan pentingnya mencegah anak-anak mengonsumsi gula berlebihan untuk melindungi mereka dari risiko penyakit tidak menular (PTM). (*)
Bagikan
Frengky Aruan
Berita Terkait
ID FOOD Gelontorkan Rp 1,75 Triliun Buat Serap dan Stabilkan Harga Gula Petani

IDAI Desak BGN Berikan Prioritas Penerima MBG Usai Kasus Keracunan Ribuan Siswa

Harga Gula di Tingkat Produsen Rendah, BUMN ID FOOD Percepat Pembelian

Gula Rafinasi Bocor dan Dijual Bebas di Pasar dengan Harga Sangat Murah Bikin Petani Rugi

Stok Gula Nasional Menumpuk dan Mafia Pangan Bergentayangan, Pemerintah Didesak Setop Impor Rafinasi Hingga Prioritaskan Petani Tebu Lokal

IDAI Soroti Buruknya Layanan Kesehatan dan Kurangnya Perhatian Negara di Kasus Kematian Balita di Sukabumi

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Petani Tebu Menjerit, Puluhan Ribu Ton Gula Menumpuk di Gudang Nilai Capai Ratusan Miliar Rupiah

Impor Gula Rafinasi Dikuasai 11 Perusahaan, Komisi VI DPR: Rugikan Petani Tebu

DPR Setujui Abolisi untuk Tom Lembong atas Permintaan Presiden Prabowo
