Hujan Uang Upacara Mesuryak Bali, Bekal Bagi Leluhur Menuju Swargaloka


Tradisi Mesuryak asal Bali. (Instagram/@infogrambali)
SORAKAN masyarakat memecah keheningan Desa Bongan, Kabupaten Tabanan, Bali. Mereka tampak gembira menyambut hari Raya Kuningan dalam kalender Saka. Tradisi ini rutin dilakukan 210 hari sekali atau 6 bulan sekali. Namanya, Mesuryak.
Tradisi Mesuryak dalam bahasa indonesia berarti bersorak, bertujuan untuk memberikan bekal berupa beras dan uang kepada leluhur yang akan kembali Swarga Loka (alam baka). Warga Bali percaya leluhur mereka turun pada hari raya Galungan dan kembali ke Nirwana pada hari raya Kuningan.
1. Pelaksanaan Masuryak

Tradisi Masuryak dilakukan pada hari Raya Kuningan, atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan. Upacara ini dilaksanakan pada pukul 9 pagi hingga 12 siang waktu setempat. Waktu tersebut dipilih karena lewat jam 12 siang atau sesaat para leluhur telah kembali ke surga.
Sebelum upacara ini dimulai, biasanya semua warga yang akan mengikuti upacara Mesuryak terlebih dahulu melakukan sembahyang di pura keluarga atau pura kahyangan tiga yang berada di desa setempat.
2. Hujan uang pada acara Mesuryak

Pada upacara adat yang sangat unik ini, sebagian masyarakat akan melemparkan uangnya ke angkasa dengan jumlah yang mampu mereka lakukan. Baik uang recehan, uang kertas 2000-an, hingga Rp100 ribuan. Yang penting ikhlas dan bersuka cita.
Sebagian lainnya akan menunggu uang itu jatuh dari awang-awang. Meski berdesakan saling dorong, dalam tradisi ini tak pernah ada pertengkaran saat merebutkan uang.
Seperti dilansir kintamani.id, selain memberi bekali kepada leluhur, tradisi Mesurya juga bertujuan untuk berbagi rasa bahagia dan kegembiraan pada sesama, dan menambah keakraban antar warga.
3. Pelakon Tradisi Mesuryak

Tradisi Mesuryak diikuti masyarakat beragam usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan berbaur menjadi satu berdesakan memperebutkan uang-uang yang bertebaran dengan diselimuti suasana kegembiraan.
Tidak semua warga ikut “panen uang”. Bagi warga yang ikut wajib bersorak riang. Zaman dahulu, Tradisi Mesuryak menggunakan uang logam kini dapat digantikan dengan kepingan uang kertas. Selain uang, leluhur yang telah dilepas kepergiannya dibekali dengan sesajen pangadegan. Yakni sesajen yang berisi telur, pis bolong, beras dan bekal lainnya. (*)
Baca Juga: Makepung, Tradisi Balap Kerbau di Bali
Bagikan
Berita Terkait
Akhirnya Pengelola GWK Hancurkan Tembok Pembatasan Yang Halangi Akses Warga

5 Pesisir di Bali yang Berpotensi Alami Banjir Rob pada 7-11 Oktober

2 Maskapai China dan Korea Anyar Terbang ke Bali, Wisatawan Diharapkan Makin Banyak

Basarnas Perluas Pencarian WNI Inggris Diduga Hanyut di Pantai Legian, Lewat Jalur Laut dan Udara

Gempa Bawah Laut Magnitude 5,7 di Banyuwangi, Getaran Dirasakan Sampai Denpasar, Bali

Gempa Bumi Dengan Magnitudo 5,7 Landa Pulau Bali

Tanggapi Kasus Jantung WNA Australia yang Tertinggal di Bali, Komisi IX DPR: Pelanggaran Serius dan Harus Diusut!

Status Tanggap Darurat Bali Dicabut, BPBD Ingatkan Warga Tetap Waspada Bencana

Operasi SAR untuk Korban Banjir di Bali Sudah Dihentikan, Tidak dengan Bencana Tanah Longsor

15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya
