Hasil Survei, Komunikasi Pemerintah Tangani COVID-19 Mengecewakan

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Jumat, 21 Agustus 2020
Hasil Survei, Komunikasi Pemerintah Tangani COVID-19 Mengecewakan

Presiden Jokowi . (Foto: Antara)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Lembaga survei Indikator Politik melakukan survei pada sejumlah pemuka opini (opinion leaders) terkait sosok kepemimpinan dan kelembagaan di masa pandemi COVID-19. Hasilnyaa, banyak responden yang menilai DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sumetera Barat memiliki kemampuan menekan angka kematian virus Corona.

Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, daerah Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, memiliki posisi tertinggi terkait efektivitas pelaksanaan PSBB. Sementara, daerah Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mendapat skor rendah terkait efektivitas pelaksanaan PSBB.

"Kalau kita tanya kemampuan pemerintah provinsi dalam menekan tingkat kematian, DKI dengan Jawa Barat skornya tipis bedanya, Sumatera Barat juga tipis bedanya. DKI, Jawa Barat, Sumatera Barat dianggap sebagai provinsi yang relatif berhasil dalam penanganan Covid. Kemudian Jawa Timur rendah," ucap Burhanuddin dalam keteranganya krpada wartawan, Kamis (20/8).

Baca Juga:

Bahas Vaksin COVID-19, Erick dan Retno Terbang ke Tiongkok

Sementara itu, terkait penyaluran bantuan sosial di masa pandemi Corona, Burhanuddin mengatakan, sekitar 60 persen responden mengatakan penyaluran bansos dari tingkat pemerintah provinsi terkesan lambat. Namun, daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah memiliki skor yang tinggi terkait penyaluran bansos.

"Kalau kita tanya bagaimana dengan DKI? Itu penyaluran bansosnya paling tinggi kemudian di susul Jawa Barat dan Jawa Tengah. Yang lainnya Papua, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan itu relatif di paling bawah," imbuhnya.

Tak hanya itu, Burhanuddin juga mengatakan mayoritas pemuka opini menganggap alokasi dana dari pemerintah masih belum cukup guna menangani COVID-19. Tercatat sebanyak 43,8 persen responden yang mengatakan kurang dan 12,8 responden yang mengatakan sangat kurang.

"Kemudian kecukupan alokasi dana. Secara umum meskipun pemerintah sudah komitmen menggelontorkan 600an triliun ya, tapi secara umum elit opinion maker merasa kurang sangat kurang terkait alokasi dana yang diperlukan dalam meringankan beban hidup bagi yang terdmapak COVID- 19," tutur Burhanuddin.

Menkes Terawan
Menkes Terawan. (Foto: Antara)

Sementara terkait penggunaan rapid tes, juga mengatakan mayoritas pemuka opini menganggap rapid tes tidak efektif. Menurutnya, sekitar 56 persen responden mengatakan rapid tes tidak efektif dalam mengidentifikasi virus COVID-19.

Selain itu, survei menunjukkan pemerintah daerah memiliki komunikasi yang lebih baik ketimbang pemerintah pusat. "Secara umum pemerintah daerah lebih baik membangun komunikasi dibandingkan pemerintah pusat," ujar dia

Ada 67,1 persen responden setuju pemerintah daerah baik dalam berkomunikasi. Sementara, hanya 56,9 persen yang setuju pemerintah pusat baik dalam berkomunikasi. Hanya 3,6 persen dari ratusan responden setuju pemerintah pusat dan daerah memiliki komunikasi yang sangat baik ihwal COVID-19.

"Saya justru terkejut, ada elite yang menganggap pemerintah pusat membangun komunikasi yang baik. Di awal (penyebaran COVID-19) lebih parah lagi, ada inkonsistensi (informasi) antara pejabat," tuturnya.

Penilaian responden kepada komunikasi pemerintah pusat yang buruk sebanyak 34,5 persen. Hanya 26,3 persen responden menyatakan komunikasi pemerintah daerah buruk.

Penilaian sangat buruk untuk pemerintah pusat jika dibandingkan pemerintah daerah juga lebih tinggi. Masing-masing 4,9 persen dan 2,6 persen responden menyatakan komunikasi keduanya sangat buruk.

Berkaca dari hasil survei itu, mayoritas menginginkan adanya pergantian di posisi Menteri Kesehatan.

"Kalau misal presiden masih mempertahankan, tentu pertanyaan wajib kita arahkan kenapa masih mempertahankan?," ujar Burhanuddin

Menurutnya, persoalan reshuffle muncul setelah video Presiden Jokowi tampak marah-marah terhadap jajaran menterinya, hingga mengeluarkan ancaman akan melakukan perombakan kabinet.

"Lama kelamaan ketika presiden marah terkait kinerja menteri, publik tidak lagi menanyakan kinerja menterinya tapi kemarahan itu kembali ke alamat pengirim," papar Burhanuddin.

"Artinya kemarahan makin lama makin kehilangan kredibilitas kalau tidak diikuti langkah konkret," sambungnya.

Dalam survei Indikator Politik Indonesia terhadap pemuka opini yang terbaru misalnya, hanya 37,2 persen elite yang percaya Terawan bisa bekerja baik dalam menangani COVID-19. Sementara 37,1 persen tidak percaya, 25 persen biasa saja, dan 0,7 tidak menjawab.

Survei ini digelar pada Juli 2020 di 20 kota yang dapat merepresentasikan topik efek kepemimpinan dan kelembagaan dalam penanganan COVID-19. Terdapat 304 responden yang dilibatkan.

Responden berasal dari akademisi, redaktur politik dan redaktur kesehatan media massa, pengusaha, pengamat kesehatan, sosial, politik, tokoh organisasi, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi profesi.

Pemilihan responden tidak dilakukan secara random, melainkan purposif. Hasil survei mencerminkan penilaian responden yang bukan mewakilkan populasi Indonesia. Namun, hasil survei cukup menyuarakan penilaian pemuka opini pada umumnya. Jumlah responden survei dari pemuka opini yang sering menjadi rujukan cukup banyak. (Knu)

Baca Juga:

Warga Berkerumun, Laju Pertambahan Pasien COVID-19 Masih Melejit

#Jokowi #Reshuffle Kabinet #Terawan Agus Putranto
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Pilih Langsung Rektor UGM untuk Beking Dirinya dari Tudingan Ijazah Palsu
Tidak ditemukan informasi valid yang membenarkan klaim 'rektor UGM dipilih langsung oleh Jokowi'.
Dwi Astarini - Senin, 15 Desember 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Pilih Langsung Rektor UGM untuk Beking Dirinya dari Tudingan Ijazah Palsu
Indonesia
Gelar Perkara Khusus Kasus Dugaan Ijazah Palsu, Kubu Jokowi Minta Tersangka Segera Disidang
Kubu Jokowi meminta tersangka kasus tudingan ijazah palsu segera disidang. Polda Metro Jaya telah menjadwalkan gelar perkara khusus kasus tudingan ijazah palsu.
Soffi Amira - Minggu, 14 Desember 2025
Gelar Perkara Khusus Kasus Dugaan Ijazah Palsu, Kubu Jokowi Minta Tersangka Segera Disidang
Indonesia
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
Founder dan Chairman Mayapada Group, Dato Sri Tahir, menemui Jokowi di Solo. Ia mengatakan, Museum Sains dan Teknologi diresmikan Maret 2026.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Ingin Dicap sebagai Pahlawan, Jokowi Datangi Lokasi Bencana di Sumatra
Beredar video yang menampilkan Presiden ke-7 RI Joko Widodo tengah mengunjungi lokasi bencana alam Sumatra. Cek fakta lengkapnya.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 05 Desember 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Ingin Dicap sebagai Pahlawan, Jokowi Datangi Lokasi Bencana di Sumatra
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Larang Jokowi Pergi ke Luar Negeri karena Kasus Dugaan Ijazah Palsu
Larangan itu disebut terkait dengan kasus dugaan ijazah palsu yang menimpa Jokowi.
Dwi Astarini - Senin, 01 Desember 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Larang Jokowi Pergi ke Luar Negeri karena Kasus Dugaan Ijazah Palsu
Indonesia
Disebut Resmikan Bandara IMIP Morowali, Jokowi: Semua yang Tidak Baik Dikaitkan dengan Saya
Jokowi disebut pernah meresmikan bandara ilegal. Namun, ia menegaskan tidak pernah meresmikan bandara tersebut.
Soffi Amira - Jumat, 28 November 2025
Disebut Resmikan Bandara IMIP Morowali, Jokowi: Semua yang Tidak Baik Dikaitkan dengan Saya
Indonesia
Polda Metro Terima Aduan Roy Suryo, Gelar Perkara Khusus atas Kasus Hoax Ijazah Jokowi
Polda Metro menerima aduan Roy Suryo. Polisi pun segera menggelar perkara khusus dalam kasus hoaks ijazah Jokowi.
Soffi Amira - Jumat, 28 November 2025
Polda Metro Terima Aduan Roy Suryo, Gelar Perkara Khusus atas Kasus Hoax Ijazah Jokowi
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Jokowi Marahi Menkeu Purbaya karena Menolak Membayar Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Beredar video yang menyebut Presiden ke-7 RI Joko Widodo marah kepada Menkeu Purbaya karena menolak bayar utang Whoosh menggunakan APBN.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 November 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Jokowi Marahi Menkeu Purbaya karena Menolak Membayar Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Indonesia
ANRI Pastikan tak Terima Salinan Ijazah Jokowi
ANRI menegaskan tidak berwenang untuk meminta dokumen yang bakal diarsipkan. ?
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
ANRI Pastikan tak Terima Salinan Ijazah Jokowi
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Bobby Nasution Sebut Hanya Iblis yang Tak Bisa Dipanggil Penegak Hukum
Bobby Nasution viral di medsos karena pernyataan menyinggung ke aparat. Cek kebenaran infonya!
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 24 November 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Bobby Nasution Sebut Hanya Iblis yang Tak Bisa Dipanggil Penegak Hukum
Bagikan