Hasil Menjanjikan Pengobatan Alergi Kacang


Reaksi dari alergi bisa ditekan. (Foto: Unsplash/Tania Melnyczuk)
PARAHNYA tingkat reaksi alergi terhadap kacang mungkin dapat dikurangi. Penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Child & Adolescent Health memberikan harapan untuk itu.
Alergi kacang menjadi penyebab utama anafilaksis terkait makanan. Laporan tersebut menyatakan sebanyak 6,1 juta orang menderita alergi di AS.
Baca juga:

Jumlah penderita juga meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dengan penelitian tahun 2017, menunjukkan prevalensi pada anak-anak telah meningkat 21% sejak 2010.
Penelitian baru itu melibatkan uji coba yang disebut uji coba Artemis, yang dilakukan di rumah sakit di seluruh Eropa. Sebanyak 175 anak-anak dengan alergi kacang tanah berusia 4 hingga 17 tahun ambil bagian dalam penelitian tersebut. Mereka diberi peningkatan jumlah protein alergen kacang atau plasebo setiap hari.
Mereka yang mengonsumsi protein kacang diberi dosis yang sedikit lebih tinggi setiap dua minggu selama enam bulan. Setelah itu, dosis yang sama akan dipertahankan selama tiga bulan.
Para peneliti menemukan 58% anak-anak yang mengonsumsi protein kacang dapat mentoleransi setidaknya tiga hingga empat kacang pada akhir percobaan. Jumlah itu dibandingkan dengan hanya 2% dari mereka yang diberi plasebo.
Melansir laman Science Alert, para peneliti menyimpulkan bahwa pengobatan tersebut menyebabkan desensitisasi cepat terhadap protein kacang tanah.
Baca juga:
Berlebihan Mengonsumsi Makanan Olahan Berakibat Tubuh Cepat Menua

Penelitian tidak menunjukkan bahwa penderita alergi kacang akan segera dapat mengonsumsi selai kacang sesendok. Namun, para peneliti berharap pengobatan ini bisa berarti reaksi yang tidak terlalu parah akibat paparan kacang yang tidak disengaja.
Seorang peserta, James Redman, 12, mengatakan kepada The Times bahwa dia sekarang dapat mentoleransi hingga total tujuh kacang. Sebelumnya, ia menderita reaksi parah terhadap jejak kacang. "Ikut serta dalam penelitian merupakan kesempatan terbesar dalam hidup saya," katanya.
Ia mengaku tidak keberatan dengan rasa protein kacang karena ia harus mencampurnya dengan puding cokelat yang sangat enak. "Saya sangat berharap penelitian ini mengarah pada pengobatan sehingga anak-anak lain yang alergi kacang bisa mendapatkan manfaatnya," ujarnya. (lgi)
Baca juga:
Orang yang Makan di Larut Malam Cenderung Mengonsumsi Kalori dan Junk food Lebih Banyak
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
