Hadapi Virus Marburg, Rwanda Mulai Uji Klinis Vaksin


Rwanda memulai uji klinis vaksin virus marburg.(foto: pexels-chokniti-khongchum)
MERAPUTIH.COM - RWANDA bergerak cepat menangani virus marburg yang mulai menyebar di negara itu. Pejabat pemerintah mengatakan negaranya akan memulai uji klinis vaksin dan pengobatan penyakit virus marburg.
"Kami akan segera memulai uji klinis vaksin dan pengobatan untuk melindungi kelompok berisiko tinggi. Mari bekerja sama untuk menahan penyebaran ini," ujar Menteri Negara Kesehatan Yvan Butera melalui platform X, dikutip ANTARA, Kamis (3/10).
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Rwanda Brian Chilombo mengatakan Rwanda termasuk salah satu dari 17 negara Afrika yang diidentifikasi organisasi tersebut pada Januari lalu sebagai negara yang siap dan bersedia untuk menjalani uji klinis. "Kami telah bekerja sama dengan Rwanda untuk mempersiapkan para ilmuwan mereka. Ada beberapa obat dan vaksin yang belum disetujui tetapi menjanjikan. Jadi, dalam beberapa hari mendatang, kami akan membawa beberapa pengobatan dan vaksin tersebut, bekerja sama tidak hanya dengan pemerintah, tetapi juga dengan produsen, negara lain, dan para donor," ungkap Chilombo.
Ia mengharapkan beberapa pengobatan dan vaksin untuk virus marburg dapat dihasilkan lewat uji klinis Sejak wabah penyakit ini diumumkan akhir bulan lalu, Rwanda telah mencatat 36 kasus dengan 11 kematian, menurut Kementerian Kesehatan.
Baca juga:
Setidaknya 25 orang masih dalam isolasi dan menjalani perawatan pada Rabu (2/10). Butera mengatakan pejabat kesehatan sedang memantau 410 kontak dengan tujuan memutus rantai penularan. Ia juga menyebut lima pasien saat ini dinyatakan negatif, tetapi masih menunggu pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut.
Otoritas Rwanda telah menetapkan serangkaian langkah untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini di negara tersebut, termasuk melarang kunjungan ke pasien yang dirawat di rumah sakit dan membatasi pertemuan dalam hal terjadi kematian akibat virus Marburg.
Virus marburg punya tingkat kematian hingga 88 persen. Virus ini berasal dari keluarga virus yang sama dengan Ebola. Penyakit yang disebabkan virus marburg dimulai secara tiba-tiba dengan gejala demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang hebat. Banyak pasien mengembangkan gejala pendarahan yang parah dalam tujuh hari.
Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, permukaan yang terpapar virus dan bahan-bahan yang terkontaminasi.(*)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
