H&M Mulai Kenakan Biaya untuk Retur Belanja Online


H&M berambisi tekan emisi karbon akibat retur barang online. (Foto: H&M)
H&M telah bergabung dengan sejumlah besar merek pakaian yang mulai mengenakan biaya kepada pelanggan untuk pengembalian/retur pembelian online mereka. Mereka melakukannya dengan mengurangi dari biaya pengembalian total mereka.
Praktik itu pertama kali diuji di AS pada bulan September tahun lalu, tetapi sekarang telah diperluas ke Inggris, dengan toko-toko lokal lain, termasuk Zara dan Uniqlo, juga mengenakan biaya serupa untuk mengurangi biaya pengembalian.
Di Inggris, pelanggan sekarang diharuskan membayar biaya pengembalian sebesar 1,99 euro (Rp 32 ribu) untuk setiap paket yang mereka kembalikan. Namun, biaya itu masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya pengembalian sebesar USD 5,99 (Rp 98 ribu) yang harus dibayar oleh pelanggan H&M di AS.
Baca juga:
Solar Panel Jadi Solusi Pengurangan Emisi Karbon dalam Produksi Air Minum

Perubahan itu bukan berlaku di dalam toko saat melakukan pengembalian atau untuk member H&M, dan awalnya diterapkan untuk mengurangi biaya pengembalian. Perusahaan tersebut telah menyatakan sebelumnya bahwa mereka akan menguji konsep pengembalian berbayar di beberapa pasar.
"Semuanya tergantung pada bagaimana pelanggan menerimanya. Oleh karena itu, kami melakukan uji coba untuk melihat apakah ini bisa diadopsi dengan cepat," kata Helena Helmersson, CEO H&M, seperti dikutip Gizmodo, Rabu (20/9).
Ia juga menyatakan bahwa jika mereka memutuskan untuk mengadopsinya secara luas, proses itu akan membutuhkan waktu yang lama dan tidak ada batas waktu yang pasti. Keputusan itu akan bergantung pada hasil evaluasi uji coba tersebut.
Baca juga:
Gandeng Bumiterra, CATUR Coffee Company Targetkan Nol Emisi Karbon Mulai 2023

Dengan membebankan biaya pengembalian, H&M memiliki potensi untuk mengurangi jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh proses pengembalian, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pengembalian besar-besaran yang meningkatkan polusi.
"Menariknya, banyak perusahaan tampaknya menerapkan kebijakan ini secara diam-diam, meski secara ekonomi kebijakan itu adalah langkah yang masuk akal," kata ahli ritel Jonathan De Mello kepada BBC.
Dirinya menyatakan bahwa ini juga memiliki nilai ekonomi, karena memotivasi pembeli untuk tidak berbelanja secara berlebihan secara online dan kemudian mengembalikan sebagian besar produk. Menurutnya, itu adalah masalah nyata bagi perusahaan. (waf)
Baca juga:
Tanam Pohon Bersama TemanBumi untuk Kurangi Emisi Karbon
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Adidas dan Tim Audi F1 Umumkan Kerja Sama, Koleksi Terbaru Debut 2026

Wondherland 2025: Fashion & Fragrance Festival dengan Pengalaman Belanja Paling Personal

Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan
