Gubes IPB Ingatkan Ketidakstabilan Sosial Politik Akibat Lonjakan Harga


Pasar. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Pemerintah diminta segera mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok dan lainnya. Langkah pemerintah ini perlu diambil guna mengantisipasi ketidakstabilan situasi sosial dan politik kedepannya.
Guru Besar Institute Pertanian Bogor (IPB), Hermanto Siregar mengatakan, dunia internasional, termasuk Indonesia, saat ini menghadapi risiko inflasi yang cukup tinggi. Hal Ini dipicu kenaikan harga-harga energi dan pangan di pasar internasional.
Baca Juga:
Mabes Polri Ungkap Sejumlah Bahan Pokok Alami Kenaikan Harga
"Tekanan kenaikan harga BBM dan berbagai komoditas pangan sudah kita rasakan di RI akhir-akhir ini. Pemerintah harus sesegera mungkin mengantisipasi lonjakan-lonjakan harga pangan pokok dan lain-lain, yang justru bisa memicu ketidakstabilan sosial-politik," kata Hermanto Siregar, Rabu,(9/3).
Menurut Hermanto, pemerintah seharusnya dapat mengubah masalah melambungnya harga-harga komoditas pangan tersebut menjadi peluang meraih pendapatan yang signifikan.
"Untuk itu, pemerintah saya sarankan agar fokus meningkatkan produksi berbagai komiditas dan produk olahan pangan. Impornya harus mampu disubstitusi," ujarnya.
Tidak hanya itu, Hermanto menegaskan, pemerintah juga harus menggenjot ekspor sehingga dapat menandatangkan devisa yang tinggi.
"Ekspornya digenjot sehingga mendatangkan devisa yang tinggi, seiring dengan masih akan tingginya harga-harga pangan," pungkas pria yang menjabat sebagai Rektor Perbanas Institute ini.
Subsidi energi 2022 meliputi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG tabung tiga kilogram sebesar Rp77,5 triliun dan subsidi listrik Rp 56,5 triliun. Adapun subsidi BBM dan LPG tabung tiga kilogram terbagi atas subsidi jenis BBM tertentu senilai Rp 11,3 triliun dan LPG tabung tiga kilogram yaitu Rp 66,5 triliun.

Badan Pusat Statistik mencatat, nilai impor Indonesia Januari 2022 mencapai USD 18,23 miliar, turun 14,62 persen dibandingkan Desember 2021 atau naik 36,77 persen dibandingkan Januari 2021.
Impor migas Januari 2022 senilai USD 2,23 miliar, turun 34,00 persen dibandingkan Desember 2021 atau naik 43,66 persen dibandingkan Januari 2021. Impor nonmigas Januari 2022 senilai USD 16,00 miliar, turun 10,97 persen dibandingkan Desember 2021 atau naik 35,86 persen dibandingkan Januari 2021.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Januari 2022 dibandingkan Desember 2021 adalah produk farmasi USD 500,7 juta (63,35 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah serealia USD 130,3 juta (60,66 persen). (Pon)
Baca Juga:
Pemerintah Dinilai Terlalu Lamban Antisipasi Lonjakan Harga Bahan Pokok
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Berbagai Harga Pangan di Jakarta Berfluktuasi, Beras Premium, Minyak Goreng dan Gula Masih Alami Kenaikan

Dapat Pagu Anggaran Rp 40 Triliun, Mentan Teruskan Program Cetak Sawah Buat Swasembada Pangan

SPBU Swasta Berkontribui Alihkan Konsumen BBM Subsidi ke Nonsubsidi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Harga Beras Meroket, Mentan Klaim Terjadi Penurunan di 22 Provinsi

Prabowo Senang Bupati Bangun Irigasi, Produksi Pangan Tetap Naik Saat Hadapi Musim Kering

Pemerintah Akui Harga Beras Naik Dampak HPP Gabah Rp 6.500, Tapi Petani Nyaman

Pemerintah Pantau Penggilingan Padi, Harga Beras Harus Sesuai HET

Ritel Modern Diklaim Sudah Dibanjiri Beras SPHP, Harga Mulai Turun
