Gratis Atau Tidak, Jembatan Suramadu Dibutuhkan Masyarakat

Jembatan Suramadu (MP/Budi Lentera)
Merahputih.com - Tak ada perbedaan mencolok antara Jembatan Suramadu pada seminggu lalu, dengan jembatan Suramadu saat ini. Angin di atas selat Madura masih terasa kencang. Jika malam hari, rasanya seperti menembus tulang.
Sementara, Lalu lalang pengendara di jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa bagian timur dengan Madura itu juga berjalan seperti biasa. Bedanya, dulu bayar tiket, kini sudah gratis.
Pengendara roda 4 atau lebih, boleh melintas tanpa harus berhenti membayar tol. Loket pembayaran pun dibiarkan tanpa ada penjaga. Kosong. Hanya sebagai pembatas masuk antara roda dua dan roda empat atau lajur kiri dan lajur kanan. Sisa-sisa spanduk bertuliskan bebas bayar atas kebijakan Presiden Joko Widodo juga masih terpampang.

Bebasnya tarif tol Suramadu menjadi poin penting bagi pengendara roda empat atau lebih, khususnya para pelaku usaha atau perdagangan.
"Kalau kita beli barang dan dijual lagi, kita selalu menghitung ongkos tol setiap harinya untuk mempertimbangkan laba. Sekarang tidak lagi. Alhamdulilah gratis." kata Sofyan, salah satu pengendara asal Bangkalan, Madura, yang melintas di Suramadu setiap harinya.
Maklum, sebelumnya untuk melintas di Suramadu, pengendara roda 4 atau lebih dikenakan tarif antara Rp 15.000 hingga 45.000, tergantung jenis golongan kendaraan.

Kasubdiv Humas Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS), Faisal Yasir Arifin, menjelaskan gratisnya tol Suramadu, sebenarnya tidak dampak yang signifikan terhadap kuantitas pengendara yang melintas. Jumlahnya tetap sama.
"Seandainya tidak gratis, dan semisal tiketnya dinaikkan, saya yakin juga tidak ada dampak," kata Faisal.
Faisal juga mencontohkan ketika diberlakukan pembayaran masuk tol Suramadu, jumlah kendaraan roda roda empat atau lebih, mencapai 2000 sampai 3000 kendaraan per hari. Ketika digratiskan, kata Faisal, jumlahnya juga masih tetap sama.

Faisal tidak menampik, kendatipun tanpa bayar ini masih berlangsung beberapa hari, pada hari hari berikutnya diyakini juga tidak ada perubahan jumlah kendaraan roda empat yang melintas.
Sebab, pengalaman pada kendaraan roda dua yang sebelumnya dikenakan bayar dan kemudian digratiskan pada beberapa tahun lalu, juga tidak perubahan jumlah.
Gratis atau tidak, Jembatan Suramadu tetap menjadi idola pedagang kaki lima dan anak anak muda. Pasalnya, setiap malam, berjajar pedagang dengan gaya lesehan di samping jembatan mengadu nasib. Bahkan, ada yang nekat membuka warung disamping laut, persis di bawah jembatan sisi Surabaya.
"Kalau buat nongkrong lumayan enak. Anginnya kencang. Kalau enggak terbiasa, biasanya pulang langsung masuk angin." kata salah satu pengunjung yang menikmati lesehan di samping jembatan.
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Budi Lentera, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya. Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Ribuan Warga Ponorogo Berebut Berkah dalam Prosesi Grebeg Suro
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Demi Percepat Pembangunan, Komisi V DPR Usulkan Pembentukan Badan Otorita Pengembangan Madura

Ibu-Anak Kurir Jaringan Madura Pasok Sabu ke Kampung Boncos Jakarta Barat

Dibayar Rp 15 Juta, Ibu-Anak Kurir Sabu Madura-Jakarta Terancam Vonis Mati

Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala khas Madura

Pakaian Adat Pesa'an, Simbol Keberanian dan Kebebasan Masyarakat Madura

Menaruh Harap Kerukunan dalam Sajian Tajhin Ressem khas Madura Pontianak

Renyah Gurih Kerupuk Tette Khas Madura, Cocok Jadi Pelengkap Menu Makan

Segar dan Menyehatkan, Nikmatnya Wedang Kobbhu Khas Madura

Lorjuk, Kerang Kecil yang Jadi Kuliner Unik Khas Madura

Uniknya Kaldu Kokot Khas Madura
