Kesehatan

Genom Gelap di DNA Terkoneksi dengan Skizofrenia dan Bipolar

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Jumat, 14 Januari 2022
Genom Gelap di DNA Terkoneksi dengan Skizofrenia dan Bipolar

Penelitian ini mengidentifikasi area yang terkoneksi dengan dua gangguan kesehatan mental itu. (Foto: Unsplash/Camila Quentero)

Ukuran:
14
Audio:

SEBUAH studi baru yang diterbitkan dalam molecular psychiatry oleh para peneliti di University of Cambridge Inggris melaporkan, area yang terletak di genom gelap DNA tampaknya punya tautan dengan skizofrenia dan gangguan bipolar. Protein ini dapat berfungsi sebagai target obat potensial selain indikator biologis untuk membedakan antara dua gangguan tersebut di masa depan.

Skizofrenia dan gangguan bipolar adalah gangguan mental yang paling diturunkan secara genetis dengan perkiraan faktor heritabilitas 70 persen, menurut penulis penelitian. Para peneliti berhipotesis bahwa komponen skizofrenia dan gangguan bipolar disebabkan oleh evolusi spesifik garis keturunan manusia yang belum ditemukan dalam genom gelap.

Skizofrenia dikenal sebagai penyakit mental yang serius tanpa obat yang diketahui yang sering diturunkan dalam keluarga, menurut Johns Hopkins Medicine. Gejalanya termasuk masalah berpikir jernih, mengelola emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain.

Baca juga:

Skizofrenia, Gangguan Kejiwaan yang Sering Diabaikan

Menjelajahi genom gelap

Genom Gelap di DNA Terkoneksi dengan Skizofrenia dan Bipolar
Skizofrenia dan gangguan bipolar adalah gangguan mental yang paling genetis. (Foto: Unsplash/CDC)

Genom gelap, juga kadang-kadang disebut sebagai DNA sampah, terdiri lebih dari 98 persen dari urutan genetik di dalam setiap sel yang bukan bagian dari sekitar 20.000 gen penyandi protein. Dalam studi ini, para peneliti menyebut area genom ini sebagai Open Reading Frames atau nORFs baru.

Menurut para peneliti, Open Reading Frames baru dapat diatur secara biologis dan berpartisipasi dalam proses penyakit. Secara khusus, dalam penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam Genome Research pada tahun 2021, para ilmuwan menunjukkan bahwa protein yang dikodekan oleh genom gelap terlibat dalam proses 22 jenis kanker dan 150 penyakit langka.

“Dalam penelitian kami sebelumnya, kami telah menunjukkan bahwa nORF dapat diatur secara biologis dan mungkin berperan dalam kanker dan penyakit langka. Lebih penting lagi, kami telah menunjukkan bahwa nORF dapat muncul di wilayah genom yang dipercepat sehingga memunculkan fungsi spesifik spesies,” tulis para peneliti seperti diberitakan Psychology Today.

Dalam studi ini, para peneliti berhipotesis bahwa genom gelap mungkin berperan dalam skizofrenia dan gangguan bipolar. Untuk mempersempit pencarian, para peneliti berfokus pada elemen transposable (TE) dan wilayah yang dipercepat manusia (HAR).

Elemen transposable membentuk sedikit kurang dari setengah genom manusia dan penyisipannya berdampak pada penyakit dan diversifikasi genetik. TE mengatur ekspresi gen menurut para peneliti. Daerah yang dipercepat manusia di Homo sapiens, tidak seperti kebanyakan organisme, memiliki tingkat mutasi yang lebih tinggi, yang mungkin memberikan keuntungan evolusioner.

Terlepas dari namanya, wilayah yang dipercepat manusia dapat ditemukan dalam genom semua vertebrata, menurut posting blog NIH yang ditulis oleh Dr. Francis Collins, seorang dokter-genetika Amerika dan mantan direktur NIH yang bukan bagian dari penelitian ini.

Baca juga:

Perilaku Tak Terduga Ini Indikasi Gangguan Bipolar

Penemuan studi

Genom Gelap di DNA Terkoneksi dengan Skizofrenia dan Bipolar
Genom gelap dapat dianalisis mengarah pada target obat baru untuk diagnosa dan perawatan medis. (Foto: Unsplash/National Cancer Institute)

Dalam studi ini, para ilmuwan melakukan penilaian evolusi genom-wide. Mereka mulai menganalisis tumpang tindih dalam genom gelap antara Open Reading Frames baru yang ada di human accelerated regions (HARs) dan area yang terkait dengan skizofrenia dan gangguan bipolar. Para peneliti memindai seluruh genom dan mengidentifikasi area yang membuat protein yang tampaknya terkoneksi dengan dua gangguan kesehatan mental tersebut.

“Ketika kita melihat di luar wilayah DNA yang diklasifikasikan sebagai gen, kita melihat bahwa seluruh genom manusia memiliki kemampuan untuk membuat protein, bukan hanya gen,” kata Chaitanya Erady, penulis pertama studi tersebut dalam rilis University of Cambridge, “Kami telah menemukan protein baru yang terlibat dalam proses biologis dan tidak berfungsi dalam gangguan seperti skizofrenia dan gangguan bipolar,” jelas Erady.

Berdasarkan temuan mereka, para peneliti menyarankan bahwa genom gelap adalah area untuk dianalisis dalam sistem penyakit yang dapat mengarah pada target obat baru untuk diagnosa dan perawatan medis di masa mendatang. (aru)

Baca juga:

Langkah untuk Atasi Gangguan Skizofrenia

#Kesehatan #Kesehatan Mental #Penelitian
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan