Garuda Indonesia Ubah Rute Kepulangan 46 Kloter, Jemaah dan Petugas Haji Kerepotan


Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid. (Foto: dok Kemenag)
MerahPutih.com - Kementerian Agama (Kemenag) menyebut maskapai Garuda Indonesia mengubah rute penerbangan 46 kelompok terbang (kloter) jemaah haji Indonesia gelombang I.
Jemaah yang seharusnya pulang dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, berubah menjadi pulang melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid menilai, Garuda Indonesia gagal menyediakan slot time di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Akibatnya ada perubahan slot time kepulangan untuk 46 kloter gelombang pertama yang seharusnya melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, menjadi melalui Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah. “Perubahan slot time tersebut (membuat) merepotkan," kata Subhan di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (25/6).
Baca juga:
Penerbangan Pulang Jemaah Haji Delay Lima Jam Lebih, Kemenag Minta Maskapai Profesional
Menurut Subhan Cholid, perubahan rute penerbangan bukan hal yang sederhana. Ada dampak sistemik yang ditimbulkan.
Pertama, jemaah kelelahan karena kembali harus menempuh perjalanan panjang dari Makkah ke Madinah. Jarak Makkah ke Jeddah kurang lebih 1,5 jam waktu tempuh. Sementara Makkah ke Madinah bisa lebih 8 jam. “Ini tentu merepotkan dan melelahkan jemaah," ujar Subhan.
Kedua, memecah konsentrasi petugas. Dalam kondisi normal, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara, semestinya terkonsentrasi pemulangan jemaah haji gelombang I di Jeddah. Akibat perubahan rute, petugas harus membagi pelayanan di Madinah.
"Ini jelas berdampak pada kekuatan petugas untuk melayani jemaah secara lebih optimal," jelas Subhan.
Baca juga:
Jemaah Haji Lansia dan Risiko Tinggi Bisa Atur Jadwal Pemulangan ke Indonesia
Ketiga, perubahan rute pemulangan mengharuskan penyiapan layanan di Madinah di luar jadwal yang telah direncanakan. Layanan tersebut mencakup akomodasi, konsumsi dan transportasi.
Selain itu, perubahan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan ta'limatul hajj yang mengharuskan perjalanan haji satu rute. Jika kedatangan melalui Madinah, maka kembali melalui Jeddah, dan sebaliknya. “Ini semua diatur secara sistem di e-hajj,” ungkap Subhan.
Maka, pada hari pertama kepulangan, ada enam kloter yang semuanya terjadi keterlambatan karena tim e-hajj dari Kementerian Haji dan Umrah harus mengubah sistem khusus untuk 46 kloter tersebut.
“Waktu keberangkatan juga harus dimajukan 24 jam lebih cepat agar jemaah memiliki waktu untuk beristirahat," tegasnya.
Baca juga:
Sekadar informasi, pergerakan jemaah haji Indonesia terbagi dalam dua gelombang. Pertama, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara AMAA Madinah, lalu ke Madinah, Makkah, baru pulang melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Kedua, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, lalu ke Makkah, Madinah, baru pulang melalui Bandara AMAA Madinah. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Rekrut 200 Orang Pegawai Kementerian Agama, Kementerian Haji dan Umrah Jadikan Kabid di Daerah Kepala Wilayah

KPK Cecar Eks Sekjen Kemenag Proses Terbitnya SK Kuota Haji Tambahan Era Menag Yaqut

Ungkap Modus Jual Beli Kuota Haji, KPK: Tidak Secara Langsung

Khalid Basalamah Penuhi Panggilan KPK, Jadi Saksi Kasus Korupsi Kuota Haji Kementerian Agama

KPK Sita 2 Rumah di Jaksel terkait Korupsi Kuota Haji, Nilainya Sekitar Rp 6,5 Miliar

Merepresentasikan NU dan Muhammadiyah, Kepala dan Wakil BP Haji Dinilai Cocok Naik Jabatan Sebagai Menteri-Wakil Menteri

Rampung Diperiksa KPK, Eks Menag Gus Yaqut Bungkam soal Aliran Fee Kuota Haji ke Kemenag

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ditangani Kementerian Baru, Komisi VIII DPR Minta Transisi tak Ganggu Layanan Jemaah

Evaluasi Haji 2025: Gus Irfan Soroti Data tak Sinkron dan Tingginya Kematian Jemaah

Kementerian Haji Diminta Negosiasi Harga dan Lobi Arab Saudi untuk Calon Jemaah, Antrean Panjang Bisa Jadi Pendek
