Frekuensi Banjir di Jawa Timur Makin Meningkat


Petugas memeriksa kesehatan pengungsi di tempat-tempat penampungan sementara di Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, Senin (24/10/2022) (ANTARA/HO - Foto warga)
MerahPutih.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat frekuensi kejadian banjir yang melanda wilayah Jawa Timur, mulai meningkat seiring dengan keruksakan lingkungan di wilayah tersebut dalam 10 tahun terakhir.
Beberapa wilayah dengan frekuensi banjir terbanyak yakni Kabupaten Bojonegoro, Gresik, Pasuruan, Ponorogo, dan Jember. Lalu, Kota Pasuruan, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Malang.
Baca Juga:
Puluhan Rumah di Kota Solo Terendam Banjir
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, tren banjir di Jawa Timur akan sama selama belum ada perbaikan lingkungan.
"Selama belum ada perbaikan dari sisi lingkungan, daya dukung, dan daya tampung lingkungan secara signifikan, maka bencananya akan terus berulang," katanya, Senin (24/10).
Ia mengingatkan, bencana hidrometeorologi basah adalah bencana yang sangat dipengaruhi bagaimana kita mengelola lingkungan.
Tercatat, dalam sepekan, 17-23 Oktober 2022, banjir terjadi di sejumlah lokasi di Jawa Timur, yakni Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Malang, Blitar, dan Banyuwangi. Di mana, dalam sepuluh tahun terakhir, frekuensi kejadian banjir di Jawa Timur menurut data BNPB semakin meningkat.
Abdul mengingatkan Provinsi Jawa Timur agar tetap waspada, karena pada akhir Oktober 2022 masih belum memasuki puncak musim hujan.
"Waspada jika terdapat faktor-faktor regional, atau faktor global yang mempengaruhi perubahan puncak musim hujan, yang dapat bergeser ke bulan Februari atau Maret 2023," kata Abdul.
Ia menegaskan, dari peta bahaya banjir Provinsi Jawa Timur, ada beberapa tempat yang sebenarnya bukan di daerah berisiko tinggi terjadi banjir, seperti Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo.
"Wilayah tersebut secara topografi dan kerentanan, bukan menjadi daerah yang rawan banjir, atau dominan atau rutin dihantam banjir. Namun sekarang sudah mulai terdampak," katanya.
BNPB mencatat tujuh orang meninggal dunia, akibat terjangan bencana hidrometeorologi basah di Indonesia selama pekan 17-23 Oktober 2022.
Dalam sepekan tersebut, telah terjadi 74 kali bencana di seluruh Indonesia, mulai bencana hidrometeorologi basah, kering, hingga geologi.
Bencana tersebar di 20 provinsi dan 59 kabupaten/kota yang terjadi dan menyebabkan warga yang mengungsi dan terdampak mencapai 104.000 jiwa. (Asp)
Baca Juga:
Heru Budi Diminta Tuntaskan Masalah Banjir hingga Polusi Tinggi di Jakarta
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Jumlah Korban Tewas Banjir Bali Capai 18 Orang, 2 Orang Masih Hilang

Prakiraan BMKG: Hujan Guyur Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Jumat, 12 September

Korban Tewas dan Hilang Banjir Bali Terus Bertambah, Denpasar Jadi Wilayah Paling Banyak

15 Korban Meninggal Akibat Banjir Bali Ditemukan, Gubernur Fokus Pembersihan

Puan Maharani Mendorong Pemerintah untuk Fokus pada Pemulihan Ekonomi Masyarakat Kecil di Bali

Banjir Bali Disebabkan Kerusakan Lingkungan, AHY Khawatirkan Sektor Pariwisata Jadi Terganggu

Drainase Diduga Jadi Penyebab Banjir di Bali, DPR: Jika Dibiarkan Bisa Rugikan Masyarakat

Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Selama 4 Hari di Provinsi Banten

Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar Masih Akan Diguyur Hujan pada Kamis, 11 September 2025

Prakiraan BMKG: Hujan Guyur Jakarta Sejak Kamis Sore hingga Malam
