Kesehatan Mental

Efek Mengerikan Gangguan Depersonalisasi, Kecanduan Gawai dan Sosmed

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Selasa, 18 Januari 2022
Efek Mengerikan Gangguan Depersonalisasi, Kecanduan Gawai dan Sosmed

Dampak buruk sosmed dalam hidupmu (Foto: Pexels/Flora Westbrook)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DIGITALISASI, khususnya perkembangan sosial media, sejatinya diciptakan untuk tujuan sosial. Namun pada akhirnya, itu justru membuat orang jadi anti sosial. Perangkat berbasis digital dapat membuat seseorang merasa hampa.

Mereka tampak menjalani hidup seperti robot. Orang-orang dengan jiwa yang hampa semacam itu terindikasi mengalami gangguan depersonalisasi. Berikut gejala umum gangguan depersonalisasi.



Tidak memperhatikan tubuh

Tidak peduli fisiknya
Orang dengan depersonalisasi sering merasa dirinya seperti manekin daripada manusia. (Foto: Pexels/Kat Smith)


Dalam sebuah penelitian terhadap pasien yang didiagnosis dengan gangguan depersonalisasi, psikolog menemukan korelasi yang signifikan antara ukuran kesadaran dan gejala depersonalisasi, depresi, dan kecemasan. Orang dengan gangguan depersonalisasi cenderung berhenti memperhatikan bentuk fisik sendiri, otot-otot serta organ-organnya yang luar biasa kompleks.

Orang dengan depersonalisasi sering merasa dirinya seperti manekin daripada manusia. Para peneliti percaya bahwa kesadaran diri dapat berfungsi sebagai komponen berharga dalam pengobatan gangguan tersebut. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai terapi misalnya, memijat sendiri, meditasi dan lain sebagainya.



Cenderung menekan emosi

fisik
Ada kemungkinan bahwa orang dengan gangguan ini mungkin tidak mampu merasakan emosi khas yang dimiliki orang normal. (Foto: Pexels/Khoa Vo)


Ketika ada amarah yang timbul, tidak ada yang akan mengetahuinya. Mereka melihatmu tetap tenang. Walaupun hatimu dipenuhi amarah, kata-kata kasar, dan membuat jantung berdebar kencang, kamu mengabaikannya. Itu dsebut hypoemotionality.

Hypoemotionality adalah ekspresi emosi yang kurang pada orang dengan gangguan depersonalisasi. Orang-orang dengan gangguan depersonalisasi dapat dengan sengaja menekan respons emosional mereka. Ada kemungkinan bahwa orang dengan gangguan ini mungkin tidak mampu merasakan emosi khas yang dimiliki orang normal. Mungkin juga mereka tidak menyadari bahwa tubuh mereka merespons secara fisiologis terhadap suatu stimulus.

Para peneliti yang mempelajari gangguan depersonalisasi dan respons emosional menemukan bahwa kemampuan untuk mengatur emosi pada partisipan yang mengalami depersonalisasi meningkat. Dengan kata lain, orang-orang yang mengalami depersonalisasi sangat pandai dalam mengatur tekanan darah dan detak jantung mereka. Mereka menenangkan diri dengan cepat.

Pasien yang mengalami depersonalisasi tidak dapat meningkatkan detak jantung mereka walaupun mereka mencoba. Sebaliknya, mereka dapat menurunkannya. Penemuan ini memberikan harapan bagi orang-orang yang merasa mati rasa karena jika mereka dapat belajar merespons emosi secara fisiologis, mereka juga dapat meningkatkan kesehatan mental mereka.



Tampak tidak nyata

gangguan
Lingkungan sekitarnya tampak tidak nyata (Foto: Pexels/Yaroslav Shuraev)


Orang yang mengidap gangguan depersonalisasi melakukan rutinitas harian dengan autopilot. Ketika sedang menjalani aktivitas sehari-hari, mereka tampak seperti sedang menonton film, tidak menjalani peristiwa dalam hidupnya secara langsung. Jika kamu merasa seperti sedang menonton saluran Youtube-mu sendiri, itu bisa menjadi salah satu tanda depersonalisasi.

Baca Juga:

Tips dari Dokter Kulit untuk Kulit Wajah Lebih Sehat di 2022



Sedikit tertekan

orang
Orang dengan gangguan depersonalsasi mungkin mati rasa terhadap perasaan sedih yang sebenarnya. (Sumber: Pexels/Inzmam Khan)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, orang dengan gangguan depersonalisasi akan menekan emosinya. Sekilas hal tersebut tampak baik karena mengindikasi emosi yang stabil. Padahal, emosi yang ditekan justru dapat menjadi episode depresi besar. Orang dengan gangguan depersonalsasi mungkin mati rasa terhadap perasaan sedih yang sebenarnya.



Toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit

vova
Mati rasa fisik maupun emosional mungkin terjadi pada orang yang merasa terpisah dari tubuh mereka. (Foto: Pexels/Ron Lach)


Mati rasa sering dikaitkan dengan depersonalisasi. Kamu mungkin benar-benar menjadi pahlawan super dalam hal toleransi terhadap rasa sakit. Ini mungkin tampak seperti hal yang baik, tetapi normal bagi manusia untuk mengalami rasa sakit.

Mati rasa fisik maupun emosional mungkin terjadi pada orang yang merasa terpisah dari tubuh mereka. Mereka mungkin dapat mengangkat lebih banyak beban di gim, berlari meskipun mengalami cedera, atau menepisnya ketika pergelangan kaki mereka terkilir saat bermain basket. (avia)

Baca Juga:


#Kesehatan #Kesehatan Mental #Sosmed #Medsos #Bijak Bersosmed
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Diharapkan mempermudah para pengguna moda transportasi publik, komuter, pekerja, dan warga sekitar dalam mengakses layanan kesehatan yang cepat, nyaman, dan profesional.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Oktober 2025
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Bagikan