Du Anyam Bantu Pecahkan Masalah Ekonomi Sosial Perempuan Lewat Menganyam


Produk yang dihasilkan oleh Du Anyam. (Foto: Instagram/@duanyam)
DU Anyam adalah kegiatan social entrepreneurship yang mengajak perempuan-perempuan di daerah untuk produktif dan inovatif. Kegiatan ini didirikan oleh tiga perempuan : Melia Winata, Hanna Keraf, dan Azalea Ayuningtyas. Mereka berharap setiap perempuan bisa mendapatkan pendapatan yang adil dan layak.
Dilansir dari laman duanyam, banyak ibu di Flores, Nusa Tenggara Timur, kekurangan pendapatan. Mereka memang bekerja di ladang. Tapi pendapatannya tak pasti. Sebab ladang bergantung pada musim. Mereka tak punya alternatif pendapatan lain. Ini membuat posisi mereka jadi rentan. Misalnya ketika sedang mengandung atau sakit.
“Untuk bisa berobat ke Puskesmas kan harus punya fotokopi KTP, nah mereka uang seribu rupiah aja untuk fotokopi nggak ada,” ujar Hana seperti dikutip duanyam.
Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, bersama dua temannya, Hanna membentuk sebuah kegiatan social entrepreneurship yang diberi nama PT Karya Dua Anyam (Du Anyam) pada 2013.
"Dalam bahasa Flores, Du’a berarti ibu, sehingga Du Anyam bermakna ibu yang menganyam," demikian keterangan mereka dalam laman duanyam.
Baca juga:

Terdapat tiga pilar yang menjadi fokus utama dalam kegiatan mereka : pemberdayaan perempuan, peningkatan taraf hidup, dan juga mempromosikan adanya budaya anyaman dengan serat alami Indonesia.
Meski menggunakan bahan alami, produk Du Anyam bergaya modern dan tidak ketinggalan zaman. Bahan setengah jadi berupa hasil anyaman dikirim ke Jakarta untuk diolah menjadi ragam produk, seperti tas, souvenir, dan produk kerajinan lain berbahan daun lontar.
Du Anyam tak ingin dikenal semata karena menjual kemiskinan dari NTT. “Kami ingin Du Anyam dikenal karena memang kualitas dan desain produknya yang bagus,” kata Hana.
Dari NTT, sayap Du Anyam merentang ke wilayah lain seperti Papua dan Kalimantan Selatan. Mereka sudah melatih sekitar 1.400 pengrajin yang ada di 54 desa di provinsi NTT, Papua, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Kehadiran Du Anyam membuat ibu-ibu yang bekerja di ladang mendapatkan pendapatan sampingan hingga 40%. Ini membantu perekonomian keluarganya. Tak hanya itu, anak cucu dari para ibu penganyam ini juga diberikan beasiswa sebanyak 205 siswa.
Baca juga:
Kerajinan Anyaman Rajapolah yang Tembus Jepang, Italia dan Spanyol

Selain itu, para perempuan penganyam juga mulai memiliki kepercayaan diri. Mereka ikut menentukan nasib keluarga mereka. Padahal sebelumnya nasib keluarga bergantung kepada lelaki.
Kebanyakan orang tua perempuan di Nusa Tenggara Timur rata-rata sudah bisa menganyam, namun anak-anak muda hanya melanjutkan anyaman setengah jadi saja atau bahkan ada yang sama sekali tidak bisa menganyam.
Padahal menganyam merupakan salah satu tradisi yang diturunkan dari nenek moyang ke anak cucu di sana. Sampai 2016, Du Anyam datang ke desa untuk memberikan pelatihan kepada kader perempuan di desa dan saat itulah mulai banyak perempuan desa yang bergabung dan belajar menganyam.
Dengan hadirnya Du Anyam, membuat tradisi menganyam tersebut kembali hidup dan bisa diteruskan oleh anak cucu perempuan di sana. Melihat keberagaman sumber daya alam yang berbeda, bahan yang digunakan tiap desa juga berbeda-beda. Ada yang menggunakan daun lontar, gebang, kayu, dan juga purun.
Agar bahan yang digunakan untuk menganyam tidak habis, tentunya Du Anyam juga turut melestarikan bahan baku tersebut. Seperti tidak membakar lontar di perkebunan. Bahan-bahan tersebut bisa menghasilkan tas, dompet, sendal, dan barang kebutuhan lainnya.
Pada 2020, akhirnya Du Anyam mendapatkan penghargaan dari Kehati Award 2020 dengan kategori inovasi Kehati. Setelahnya Du Anyam menyabet penghargaan lain. Hingga saat ini, Du Anyam masih aktif dalam memproduksi anyaman-anyaman tersebut. Bahkan, Du Anyam semakin dikenal dan banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar. (yos)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Menilik Kerajinan Tradisional Anyaman Tikar Daun Pandan

Erupsi Gunung Lewotobi Makan Korban Jiwa, Pemerintah Tetapkan Zona Bahaya 7 KM

Hingga Pagi Ini, Pemkab Flores Timur Catat Korban Tewas Letusan Lewotobi 8 Orang

6 Orang Tewas Tertimpa Rumah Roboh Akibat Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki

Seraung Dipilih Jadi Ikon Pameran Kriyanusa 2024

Inacraft 2023 Tingkatkan Kepedulian Terhadap Ragam Budaya Sulawesi Selatan

Sandiaga Uno Hadiri Pembukaan Inacraft 2023

Aneka Kerajinan Tangan Ciamik Berbahan Eceng Gondok

Tak Cuma Stylish, FUT Shoes Fits di Kaki Orang Indonesia

UNIQLO Remake Project Adrie Basuki Bikin Pakaian Hasil Daur Ulang Lebih Bernilai
