DPR Sebut Kalung Anti-COVID-19 Kementan Mirip Balsem


Produk antivirus berbahan tanaman eucalyptus hasil inovasi Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (ANTARA/Badan Litbang Pertanian)
MerahPutih.com - Sejumlah pihak mendesak Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan penelitian lanjutan terkait dengan kalung antivirus corona yang hendak diproduksi. Pasalnya, kalung tersebut sampai sejauh ini disinyalir belum dapat dipastikan keampuhannya.
Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengatakan, banyak peneliti dan lembaga penelitian yang masih meragukan temuan tersebut.
Baca Juga
“Saya sudah melihat dua contoh produknya. Saya diberi oleh teman. Bentuknya roll on dan balsem. Saya sudah coba dua-duanya. Modelnya seperti obat gosok. Kalau digosokkan ke leher atau kulit, rasanya sedikit panas. Baunya seperti minyak kayu putih,” ungkap Saleh kepada wartawan, Selasa (7/7).
Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, temuan kalung antivirus corona itu masih perlu didalami lagi.
“Kementan harus melibatkan lembaga riset lain. Orang-orang belum yakin atas temuan itu. Jika banyak yang belum yakin, tentu belum tepat jika diproduksi massal,” tegasnya.

Saleh mengungkapkan, kalung tersebut dikatakan terbuat dari bahan eucalyptus yang mampu membunuh virus corona.
“Namun, virus corona yang dimaksud bukan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Karena itu, belum bisa diklaim sebagai antivirus corona,” jelasnya.
Baca Juga
Kementan Diingatkan Jangan Main-main Produksi Kalung Anti-Corona
Jika benar kementan berhasil menemukan antivirus corona, lanjut Saleh, tentu ini adalah satu temuan besar. Sebab, banyak negara yang sampai hari ini masih berusaha mempelajari dan mencari vaksin, obat, ataupun antivirus corona ini.
“Kalau para peneliti telah mengakui, Indonesia bisa berkontribusi dalam pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19 secara global,” harap Wakil Ketua MKD DPR RI ini.
Saleh mengaku, setelah mencoba kalung tersebut, dirinya tidak tahu apakah itu efektif sebagai antivirus corona atau tidak.
“Yang saya tahu, banyak peneliti yang masih meragukan. Merekalah yang paling bisa memberikan justifikasi terhadap temuan-temuan seperti ini,” terang mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu.
Saleh pun menambahkan, apabila terbukti benar temuan ini bisa menjadi temuan besar, namun sebaliknya jika tidak benar, Indonesia bisa diolok-olok negara lain.
Baca Juga
“Makanya,sebelum produksi massal, pastikan dan uji kembali. Libatkan sebanyak mungkin para ahli. Terutama mereka yang nyata-nyata masih meragukan,” pungkas legislator asal Dapil Sumut 2 ini. (Knu)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Gula Rafinasi Bocor dan Dijual Bebas di Pasar dengan Harga Sangat Murah Bikin Petani Rugi

Dugaan Beras Oplosan, 212 Perusahaan Produsen Beras Premium Diperiksa Bareskrim

Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian

Indonesia Berikan Bantuan Kemanusiaan 10.000 Ton Beras untuk Palestina

Dari Lumbung Padi ke Teknologi Greenhouse: RI-Belanda Resmikan Era Baru Pertanian Berkelanjutan

Stok Cadangan Beras Pemerintah Tembus 3,7 Juta Ton, Tertinggi Sepanjang Sejarah

RI Punya 64 Balai Rahasia, Wamentan: Kita Bisa Kuasai Pangan dan Energi Dunia

Korupsi 20 Sapi Hasil Hibah Kementan, Kerugian Negara Tembus Rp 269 Juta

DPR Dorong Pemerintah Manfaatkan Penundaan Tarif AS untuk Negosiasi dan Perkuat Daya Saing Produk

Jual di Atas HET Saat Ramadan, Izin Pengusaha Komoditas Pangan Bakal Dibekukan
