Din Syamsuddin Bicara Pancasila di Universitas Oxford


Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
MerahPutih.com - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin berbicara mengenai Pancasila di Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris.
Din menyampaikan materi bertajuk The Middle Path: Islam and Pancasila for the World Civilization (Jalan Tengah: Islam dan Pancasila untuk Peradaban Dunia) kepada hadirin yang terdiri dari para guru besar dan akademisi.
Seperti dilansir Antara, di forum pada Senin (18/12) waktu setempat itu, Din menjelaskan walaupun berbeda kategori, yaitu Islam sebagai agama berdasarkan wahyu Tuhan dan Pancasila sebagai ideologi buatan manusia, tapi keduanya menekankan prinsip jalan tengah.
"Hal itu terjadi adalah karena Pancasila itu sendiri merupakan kristalisasi nilai-nilai Islam dalam lingkup kehidupan bernegara," kata dia sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (20/11).
Menurut Din yang juga Guru Besar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Jakarta itu Islam sebagai agama wahyu terakhir dan membawa prinsip kesempurnaan wahyu keseimbangan dan kemaslahatan kemanusiaan.
Prinsip jalan tengah Islam, kata dia, membuat muslim sebagai umat tengahan yang menekankan prinsip keseimbangan, moderasi, toleransi, dan antiekstrimitas.
Ide jalan tengah, lanjut dia, juga terdapat dalam Pancasila. Posisi tengahan itu antara lain dijelaskan oleh adanya nilai keseimbangan antara orientasi ketuhanan dan kemanusiaan.
Dia mengatakan, jalan tengah juga menawarkan keseimbangan pada orientasi kemanusiaan itu sendiri yaitu antara individualisme dan kolektivisme yang bermuara pada pentingnya keadilan bagi semua.
Jalan tengah Pancasila, lanjut Din, menjelma pada paradigma politik yang menekankan permusyawaratan untuk adanya kesepakatan dan paradigma ekonomi yang tidak kapitalistik dan tidak sosialistik.
Din mengatakan wawasan jalan tengah dalam Pancasila sangat cocok untuk peradaban dunia yang rusak dewasa ini lantaran terjebak ke dalam ekstrimisme.
Sistem dunia selama ini, kata dia, sangat berwajah antroposentristik, yaitu menjadikan manusia sebagai pusat kesadaran dan kurang berwajah teosentristik yaitu menjadikan Tuhan sebagai pusat kesadaran.
Akibatnya, lanjut dia, peradaban manusia sepi dari nilai-nilai etika dan moral, yang pada giliran berikutnya menciptakan berbagai bentuk ketiadaan damai, seperti kemiskinan, kebodohan, ketakadilan, kerusakan lingkungan hidup dan berbagai bentuk kekerasan.
Maka, kata Din, wawasan jalan tengah dapat menjadi solusi untuk masyarakat global. Perlu ada perubahan sistem dunia dan turunannya menuju ke arah yang berorientasi jalan tengah, yaitu menekankan keseimbangan, keadilan dan kemaslahatan kemanusiaan.
Dalam kaitan itu, Din menawarkan prinsip jalan tengah dari Islam dan Pancasila sebagai ideologi baru dunia untuk adanya tatanan dunia baru yang berkemajuan, berkeadilan, dan berkeadaban. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Eks Ketum Muhammadiyah Minta Presiden Prabowo Kendalikan Situasi, Imbau Ulama Tenangkan Warga

Penetapan Hari Kebudayaan Nasional 17 Oktober Diklaim Tidak Terkait Dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo

Lagu Indonesia Raya dan Pembacaan Naskah Pancasila Diputar Setiap Hari di Kabupaten Bogor

DPR Mulai Cari Masukan dan Pandangan Buat Bahas RUU BPIP

Pembubaran Retret Pelajar Kristen di Sukabumi Cederai Pancasila, DPR Desak Semua Pelaku Ditangkap

Prabowo-Mega Mesra Saat Upacara Hari Pancasila, Jokowi Absen karena Alergi

Ingatkan Pancasila Bukan Slogan, Prabowo Imbau Pejabat: Jangan Anggap NKRI Bisa Ditipu

Prabowo: Tidak Boleh Ada Kemiskinan di Indonesia

Momen Akrab Prabowo-Megawati di Hari Pancasila, Presiden Sampai Pindah Kursi

Prabowo Tuding Asing tidak Mau Indonesia Maju, Biayai LSM Adu Domba Bangsa
