Kesehatan

Kontroversi Ivermectin, Obat Keras yang Disebut Bisa Sembuhkan COVID-19

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Rabu, 07 Juli 2021
Kontroversi Ivermectin, Obat Keras yang Disebut Bisa Sembuhkan COVID-19

Kontroversi Ivermectin (Sumber: Reuters)

Ukuran:
14
Audio:

SETELAH kehebohan Susu Beruang yang disebut-sebut bisa mencegah virus COVID-19, kini muncul kabar jenis obat yang bisa 'menjinakkan' virus tersebut. Obat itu bernama Ivermectin. Ivermectin adalah obat untuk mengobati infeksi akibat parasit dalam tubuh. Obat itu juga sering digunakan untuk mengatasi scabies.

Menurut informasi yang dilansir Hellosehat, obat ini memiliki efek antiviral yang berhasil menekan laju perkembangan virus sebanyak 99,8 persen dalam kurun waktu 48 jam. Dengan mencomot informasi itu, tiba-tiba saja muncul rumor yang menyebutkan obat keras tersebut mampu menyembuhkan COVID-19.

Kabar itu bermula dari penelitian terbaru yang dilakukan Monash University dan University of Melbourne, Australia, yang menyebut obat tersebut berpotensi membunuh virus corona. Selain kedua universitas 'Negeri Kanguru' itu, sebuah universitas ternama Inggris, University of Oxford, juga turut meneliti lebih lanjut tentang efektivitas Ivermectin untuk pengobatan COVID-19. "Kami berharap dapat menghasilkan bukti kuat untuk menentukan seberapa efektif pengobatan tersebut terhadap COVID-19 serta adakah manfaat atau bahaya yang terkait dengan penggunaannya," tutur ketua penelitian, Chris Butler.

Penelitian obat
Penelitian lebih lanjut Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 (Sumber: Pexels)

Meskipun hal tersebut membutuhkan penelitian lebih lanjut, masyarakat kadung percaya akan khasiat obat ini. Mereka berbondong-bondong memburu obat tersebut bahkan tanpa resep. Padahal, sebagai golongan obat keras, Ivermectin hanya bisa ditebus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Sejumlah apotek dan penjual alat kesehatan membanderol harga obat tersebut dengan begitu fantastis. Walau demikian, masih saja ada orang yang rela bayar mahal untuk produk yang belum teruji secara klinis.

Saat melihat hal itu, Ketua Satgas COVID-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat tersebut. Ia menyebut sejumlah negara seperti Amerika, India, dan negara-negara Eropa telah melarang penggunaan Ivermectin kecuali untuk uji klinis.

"Kementerian Kementerian Kesehatan India telah mengubah pengobatan yang diresepkan untuk pasien COVID-19. Penggunaan Ivermectin telah dihapus sepenuhnya," demikian pernyataan resmi Zubairi.

obat
Pengobatan COVID-19 (Sumber: Pexels/Pixabay)

Ia mengklarifikasi penurunan pasien COVID-19 di India bukan disebabkan obat tersebut. "Kasus COVID-19 di India tidak turun karena Ivermectin. Itu disebabkan mereka melakukan lockdown yang intens," tuturnya.

Bukan hanya di negara lain, Zubairi mengungkapkan di Indonesia penggunaan Ivermectin masih harus ditinjau kembali. "Badan POM masih melakukan uji klinis terhadap obat Ivermectin dan belum mengizinkan penggunaan obat tersebut sebagai obat COVID-19," tegasnya.

Zubairi juga mengungkapkan dokter-dokter di Indonesia pun dilarang memakai obat Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 sebelum izin Badan POM keluar. "Dokter saja tidak boleh apalagi masyarakat. Ingat Ivermectin adalah obat keras," ujarnya memberi peringatan.

"Mari kita tunggu dan awasi tahapan uji klinis sebagai obat COVID-19. Semoga hasilnya sesuai harapan," tukasnya.(Avia)

#Kesehatan #Obat Covid #COVID-19 #Satgas COVID-19 #Test Covid 19 #Kasus Covid
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan