Dari Penumpas G30S PKI hingga Pahlawan Nasional: Jejak Perjuangan Sarwo Edhie Wibowo
Pahlawan Nasional, Sarwo Edhie Wibowo. (Foto: Google)
MerahPutih.com - Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo resmi menambah daftar panjang perwira TNI yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Penganugerahan gelar tersebut dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional, Senin (10/11) di Istana Negara, Jakarta.
Sarwo Edhie dikenal sebagai tokoh militer yang berperan penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam penumpasan pemberontakan Gerakan 30 September (G30S) PKI.
Ia juga merupakan ayah kandung Kristiani Herrawati Yudhoyono (almarhumah Ani Yudhoyono), sekaligus ayah mertua Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan kakek dari Menko Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Perjalanan Hidup dan Karier Militer Sarwo Edhie
Sarwo Edhie Wibowo lahir pada 25 Juli 1925 di Desa Pangenjuru, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Di usia muda, ia bergabung sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1942, dan setelah Indonesia merdeka, ia turut serta dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Karier militernya terus menanjak. Sarwo Edhie dipercaya menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945–1951), lalu menjabat Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951–1953).
Namun, peran paling besar dalam perjalanan kariernya datang ketika ia menjadi Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan terlibat langsung dalam penumpasan G30S/PKI pada tahun 1965.
Baca juga:
Soeharto Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional, dari Prajurit PETA hingga Presiden 32 Tahun
Peran Kunci dalam Penumpasan G30S/PKI
Keterlibatan Sarwo Edhie dimulai ketika Soeharto, yang saat itu menjadi Panglima Kostrad, mengirim Kolonel Herman Sarens Sudiro untuk mengabarkan situasi Jakarta dan posisi Soeharto sebagai pimpinan sementara Angkatan Darat.
Setelah mendengar kabar tersebut, Sarwo Edhie menyatakan kesetiaannya kepada Soeharto, dan segera berangkat ke Jakarta.
Ia tiba di Markas Kostrad pada 1 Oktober 1965, dan menerima perintah langsung untuk menguasai kembali Radio Republik Indonesia (RRI) serta gedung telekomunikasi.
Tugas berikutnya adalah merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, yang saat itu menjadi basis kelompok Letkol Untung.
Dalam operasi militer yang berlangsung cepat pada 2 Oktober 1965, pasukan RPKAD di bawah komando Sarwo Edhie berhasil menguasai Halim hanya dalam waktu empat jam.
Setelah itu, Sarwo Edhie mendampingi Soeharto dalam pertemuan di Bogor dengan Presiden Soekarno.
Pada 16 Oktober 1965, Soeharto resmi diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat, dan Sarwo Edhie ditugaskan untuk menangani dan menumpas kekuatan PKI di Jawa Tengah.
Peran tersebut menjadikan Sarwo Edhie sebagai salah satu figur militer paling berpengaruh dalam konsolidasi politik nasional pada masa awal Orde Baru.
Baca juga:
Jabatan Strategis dan Pengabdian di Akhir Karier
Usai masa penugasan militer aktifnya, Sarwo Edhie menduduki berbagai jabatan strategis di pemerintahan dan diplomasi, antara lain:
- Gubernur Akademi Militer (Akmil) Magelang
- Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan
- Kepala Badan Intelijen Keamanan (Bakin) Bidang Sosial Politik
- Anggota DPR/MPR RI
Pengabdian panjangnya di dunia militer dan pemerintahan menjadi bagian penting dalam sejarah pembentukan sistem pertahanan dan politik Indonesia modern. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Komnas HAM Kecewa Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Minta Kasus Dugaan Pelanggaran di Masa Lalu Tetap Harus Diusut
Menteri HAM Ogah Komentar Detail Soal Gelar Pahlwan Soeharto
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
Aktivis Reformasi Sebut Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Bentuk Pengaburan dan Amnesia Sejarah Bangsa
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Pimpinan Komisi XIII DPR Singgung Pelanggaran HAM Orde Baru