Cengengesan Melawan Rejim Tiran Melalui “Mati Ketawa Cara Daripada Soeharto”


Soeharto mendapat tangkapan ikan besar. (ciricara)
DESAS-DESUS keterlibatan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) di balik kelihaian memancing Presiden Soeharto tersebar luas. Paspampres konon berada di bawah laut bertugas mengaitkan ikan besar pada kail pancingan penguasa Orde Baru tersebut.
Panglima TNI, Feisal Tanjung tak mau kecolongan. Maklum, namanya masuk dalam daftar peserta lomba memancing di Kepulaun Seribu bersama sang presiden dan para menteri. Dia meminta para pasukannya menjaga perairan sekitar lokasi lomba, memastikan agar pertandingan berjalan fair.
Di atas geladak kapal, Feisal Tanjung, Menristek BJ Habibie, dan Menpan Harmoko tercekat ketika sang presiden berteriak strike! Nampak ikan besar termangu di mata kailnya. Tak lama kemudian, teriakan serupa semakin sering terdengar.
Penasaran, Feisal Tanjung lantas menghampiri sang presiden. “Pak, terus terang kami kagum dengan kemampuan bapak. Bisakah bapak berikan rahasianya kepada kami?” tanya sang panglima.
“Lho. Kamu selama ini belum tahu tho. Itu kan gampang saja. Ini lho, “ ujar Soeharto tersenyum kecil sembari menarik mata kail dan menunjukan sebuah plastik kecil bertuliskan, “Pilih: Makan Kail, Ikut P4, atau Ikut Pembekalan”.
Humor mengenai penguasa Orde Baru, Soeharto, beserta para pembantunya di kabinet, hadir pada kumpulan anekdot Mati Ketawa Cara Daripada Soeharto. Poros humor atau lelucon di dalam buku tersebut, menurut aktifis Tri Agus Siswowihardjo, pada dokumentasi diskusi Menyindir di Moncong Senapan, rangkaian simposium Cara Orde Baru Menciptaken Manusia Indonesianya,15 Juni 2016, mengisahkan Soeharto, menterinya; Harmoko, Moerdiono, dan kebijakan-kebijakannya.
“Masyarakat kala itu berada di bawah tekanan, berusaha melawan melalui humor,” ungkap Agus Siswowiharjo.
Kumpulan anekdot sumbangan para aktifis, jurnalis, dan pelaku humor di tanah air, lanjut Agus Siswowiharjo, terinspirasi dari buku humor Mati Ketawa Cara Rusia pada paruh pertama tahun 1980-an. Gus Dur memberi kata pengantar buku humor berjudul asli Russia Dies Laughing, memuat humor segar, bahkan tak kalah lucu dengan kelakar-kelakar di dalam isi buku berisi lelucon tentang Komunisme di Russia dan Eropa Timur.
“Buku itu sangat berpengaruh dan mengilhami pembaca di Indonesia.Ternyata lelucon anti komunis bisa diadopsi untuk menertawakan rejim Orde Baru yang anti komunis,” imbuh Agus Siswowiharjo.
Lahirlah buku humor politik Mati Ketawa Cara Daripada Soeharto, untuk membuktikan , “Tidak semua manusia Indonesia telah ‘mati pikir’ di negerinya sendiri. Ada sejumlah orang masih kreatif dan berotak sehat. Buktinya mereka bisa membuat humor. Dan lewat humor-humor bikinannya itu mereka berhasil mengundang orang lain untuk tersenyum. Meski kada sini dan menyakitkan,” tulis Penerbit Pustaka GoRo-GoRo pada kata pengantar buu humor Mati Ketawa Cara Daripada Soeharto.
Buku humor politik tersebut kemudian beredar secara bawah tanah di masa rejim Orba. Media massa alternatif turut pula berpartisipasi menyebarluaskan humor tersebut dengan memberi pemanis sketsa karikatural.
Humor menjadi pelepasan suasan sumpek, ketika saran kritik atau saluran unek-unek pada masa Orba tersumbat, atau kalau pun ada, melalui penyeleksian (screening) panjang dan melelahkan, dengan hasi akhir tak lebih dari sekadar puja-puji.
“Lelucon juga dapat berfungsi sebagai kritik terhadap keadaan tidak menyenangkan atau kebosanan di tempat atau negara sendiri,” sebut mendiang Gus Dur dalam rekaman kaset diskusi “Humor dalam Budaya Indonesia,” di TIM Jakarta, September 1992, dinukil dalam makalah “Humor: Sosialisasi Kebencian Terhadap Rejim”.
Melalui humor, kekuasaan absolut bahkan berjarak, menjadi bahan tertawaan ringan dan renyah. (*)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
40 Nama Calon Pahlawan Nasional Resmi Diajukan, Ada Marsinah, Ali Sadikin, Hingga Soeharto

Rapat Komisi X DPR Ricuh, Koalisi Sipil Tolak Pemutihan Sejarah dan Gelar Pahlawan untuk Soeharto

Tolak Usulan Gelar Pahlawan Soeharto, Aktivis 98 Tegaskan Demokrasi Tidak Lahir Gratis

Pro-Kontra Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Wamensos: Masih Dikaji TP2GP

Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto

Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!

Polemik Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba

Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan

Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar

Respon Istana Soal Pengusulan Mantan Presiden Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Semua Punya Jasa
