Butuh Duit, Taliban Minta Bantuan Donor Internasional


Istana Kepresidenan Afganistan. (Foto: Pemerintah Afganistan)
MerahPutih.com - Menyusul pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban, sebagian besar donor internasional membekukan bantuan termasuk Amerika Serikat yang membekukan aset Pemerintah dan Bank Sentral Afghanistan.
Kini, Kementerian Luar Negeri Afghanistan mendesak donor internasional untuk melanjutkan bantuan keuangan negara untuk menopang pembangunan.
"Afghanistan adalah negara yang dilanda perang dan membutuhkan bantuan masyarakat internasional di berbagai sektor, terutama pendidikan, kesehatan dan pembangunan," kata Pejabat Kementerian Luar Negeri Amir Khan Muttaqi di Kabul.
Baca Juga:
Taliban Umumkan Pemerintahan dan Menteri Baru Afghanistan
Ia menegaskan, proyek mangkrak harus diselesaikan untuk menghindari pemborosan sumber daya dan menyerukan bantuan lainnya dari donor multilateral seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) serta Bank Pembangunan Islam tetap berjalan.
Taliban berharap, masyarakat internasional tidak mempolitisasi bantuan untuk Afghanistan.
"(Kami) membantu AS sampai evakuasi orang terakhir mereka, namun sayangnya AS, malah berterima kasih kepada kami dengan pembekuan aset kami. AS adalah negara yang hebat sehingga harus memiliki kesabaran yang luar biasa, kami harus saling membantu."
Sementara itu, Uni Eropa (EU) tidak memiliki pilihan kecuali berbicara dengan pemerintah baru Taliban Afghanistan dan Brussel mencoba berkoordinasi dengan anggota pemerintah untuk menyusun kehadiran diplomatik di Kabul.
"Krisis Afghanistan belum berakhir, Untuk mendapat peluang mempengaruhi peristiwa-peristiwa, kami tidak memiliki pilihan lain selain terlibat dengan Taliban,"kata Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Josep Borrell di hadapan Parlemen Eropa di Strasbourg.
Para Menteri luar negeri telah menentukan syarat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan bantuan kemanusiaan dengan Taliban, yang menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, termasuk menghormati HAM, terutama hak kaum perempuan.

"Mungkin ini sebuah oksimoron murni untuk berbicara mengenai HAM, namun inilah yang harus kami tanyakan kepada mereka," katanya dikutip Antara.
Borrell mengatakan, kepada anggota dewan EU bahwa blok tersebut harus siap menyaksikan kedatangan warga Afghanistan di Eropa jika Taliban mengizinkan mereka pergi, meski dirinya mengaku tidak mengharapkan arus migran yang tinggi seperti 2015 yang disebabkan oleh perang saudara Suriah.
Komisi Eropa berencana mengamankan pendanaan dari pemerintah Uni Eropa dan anggaran bersama 300 juta euro (sekitar Rp 5,04 triliun) baik untuk tahun ini maupun tahun depan guna membuka jalan pemukiman kembali bagi sekitar 30.000 warga Afghanistan. (*)
Baca Juga:
Taliban Janji Bersikap Moderat, Buya Syafii: Kita 'Wait and See' Dulu
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Gempa Afghanistan, Uni Eropa Nyatakan akan Kirim Bantuan meskiJaga Jarak dari Taliban

Gempa Afghanistan, Korban Tewas Bertambah Jadi 900, Tim Penyelamat Sisir Pegunungan Cari Penyintas

Diguncang Gempa Magnitude 6, Desa-Desa di Afghanistan Timur Hancur, 800 Orang Tewas, dan 2.500 Terluka

Putin Tegaskan Taliban Sekutu Rusia

Taliban Klaim Bunuh Kepala Intelijen ISIS
