Kebahagiaan Datang saat Kita Membahagiakan Orang Lain


Membahagiakan orang lain bisa membuat kita bahagia (Sumber: Pexels/Matthias Zommer)
SELAMA ini kita sibuk mencari kebahagiaan dengan berusaha membahagiakan diri sendiri. Kita semua berjuang menuju keadaan kebahagiaan yang didambakan itu. Mulai dari self-love hingga self-reward, ini sering dilihat sebagai misi yang berfokus pada diri sendiri yang melibatkan pengejaran tujuan pribadi yang egois.
Namun ternyata, kebahagiaan tidak selalu datang dari diri sendiri. Kebahagiaan mungkin terletak pada melakukan hal-hal yang membuat orang lain bahagia, bukan diri kita sendiri. Demikian informasi yang ditemukan dari serangkaian penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology.
Hasil studi dari jurnal ilmiah tersebut menunjukkan bahwa melakukan sesuatu untuk orang lain meningkatkan kesejahteraan. Kita bisa memenuhi kebutuhan psikologis jika melakukan kebaikan yang berhubungan dengan orang lain bahkan jika orang itu adalah orang asing.
Baca Juga:
Penelitian yang diluncurkan oleh Liudmila Titova dan Kennon M Sheldon tersebut terdiri dari lima penelitian. Studi tersebut melibatkan kalangan mahasiswa Amerika Serikat Bagian Barat Tengah. Para peneliti menguji apakah peserta akan mengalami peningkatan kesejahteraan yang lebih besar setelah mencoba membuat orang lain bahagia dibandingkan membuat diri mereka sendiri bahagia.

Sebuah studi awal meminta siswa untuk mengingat saat mereka melakukan sesuatu untuk membuat orang lain bahagia, dan saat mereka melakukan sesuatu untuk membuat diri mereka bahagia. Ketika ditanya bagaimana perasaan mereka tentang setiap pengalaman, siswa mengingat perasaan yang lebih baik selama aktivitas yang diarahkan untuk orang lain dibandingkan dengan aktivitas yang diarahkan sendiri.
Studi kedua fokus pada interaksi sosial. Selama percobaan, siswa diminta melakukan sesuatu untuk membuat orang lain bahagia. Mereka kemudian melaporkan kesejahteraan yang lebih besar daripada mereka yang diminta untuk bersosialisasi atau melakukan sesuatu untuk membuat diri mereka bahagia.
Dalam percobaan lain, para peneliti menemukan bahwa kesejahteraan peserta tidak secara signifikan berhubungan dengan kesejahteraan orang yang ingin mereka bahagiakan. Bukan berarti saat seseorang membahagiakan orang lain ia akan balas dibahagiakan oleh orang yang bersangkutan. Kebahagiaan datang dari persepsi baik yang mereka dapatkan setelah melihat wajah orang lain bahagia. Ketika membuat orang bahagia, membuat mereka merasa baik.
Baca Juga:
Dalam studi keempat, para peneliti bertanya-tanya apakah orang akan merasa lebih baik ketika mereka mencoba membuat orang lain bahagia atau ketika orang lain mencoba membuat mereka bahagia. Mereka menemukan bahwa siswa ingat merasakan kesejahteraan yang lebih besar pada saat mereka mencoba membuat orang lain bahagia versus saat orang lain mencoba membuat mereka bahagia.

Eksperimen terakhir mengungkapkan bahwa peningkatan kesejahteraan ini terjadi bahkan ketika orang yang ditolong adalah orang asing. Secara acak para koresponden ditugaskan ke salah satu lokasi. Mereka diinstruksikan untuk menyimpan uang ke kantung mereka sendiri atau memberikan uang ke orang asing. Hasilnya, peserta melaporkan kesejahteraan tertinggi ketika memberikan uang ke orang asing.
Khususnya, penelitian menunjukkan mekanisme psikologis mengapa perilaku baik hati meningkatkan kebahagiaan. Ditemukan bahwa kebutuhan psikologis dasar untuk keterkaitan kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain memediasi efek dari aktivitas yang berfokus pada orang lain dalam kelima studi tersebut. Dengan kata lain, merasakan hubungan yang lebih besar dengan orang lain menjelaskan mengapa melakukan sesuatu untuk orang lain cenderung membuat peserta lebih bahagia daripada melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.
Titova dan Sheldon mencatat beberapa keterbatasan penelitian mereka. Misalnya, dalam studi ketiga, mereka tidak dapat menguji dengan jelas apakah perilaku baik peserta benar-benar meningkatkan kesejahteraan target.
“Akan bermanfaat untuk memeriksa efeknya dalam model aktor-mitra penuh, di mana kedua peserta memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu untuk meningkatkan suasana hati dan kebahagiaan satu sama lain,” saran penulis penelitian.
Selain itu, mereka mengatakan akan menarik penelitian di masa depan untuk memeriksa kemungkinan efek jangka panjang dari mencoba membuat orang lain bahagia. Ini artinya mengeksplorasi bagaimana hal itu diukur sebagai strategi hidup secara keseluruhan. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kondisi Mental ASN DKI Jakarta Bikin Merinding, DPRD Minta Layanan Psikologis Ada di Tiap Puskesmas

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini

Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!

Jangan Dipendam! Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis dan Rahasia Tersedia Nonstop di Jakarta, Bisa Kontak ke Nomor Ini

Maika Monroe Jadi Pengasuh Psikopat dalam "Victorian Psycho"

Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan

Dokter Neurologi Ungkap Pemicu Parkinson Dini pada Remaja dan Dewasa Muda Akibat Pengaruh Lingkungan Hingga Obat-obatan

Kesedihan Seringkali Berujung pada Impulsive Buying, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Alasan Psikologis Seseorang Jadi Fomo, Kenali Tanda-tandanya
