BNPB Minta Status Bencana di Jayawijaya Segera Beralih ke Rehabilitasi


Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nelwan Harahap ketika diwawancarai sejumlah wartawan di Wamena. (ANTARA/Yudhi Efendi)
MerahPutih.com - Posko Satgas Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Longsor Kabupaten Jayawijaya 2025, 34 distrik dan 203 kampung dikabarkan terdampak banjir dan longsor. Sebanyak 16.785 kepala keluarga (KK) terdampak dan 832 jiwa yang mengungsi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan status tanggap darurat banjir dan tanah longsor di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan harus sesuai dengan prosedur kebencanaan.
Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB, Nelwan Harahap di Wamena, Sabtu, mengatakan status tanggap darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya telah sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini.
"Kami pikir sudah pas, cepat dan tepat status tanggap daruratnya. Ini menjadi pintu masuk untuk mengerahkan seluruh sumber daya yang ada, baik nasional maupun daerah untuk sama-sama menanggulangi bencana banjir dan tanah longsor di Jayawijaya," katanya.
Baca juga:
Waspada Bencana Hidrometeorologi, Tana Toraja Tetapkan Tanggap Darurat Akibat Longsor
Menurut dia, dengan situasi tanggap darurat, sumber daya, di antaranya TNI-Polri, aparatur sipil negara (ASN) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di bidang kemanusiaan dapat turun langsung menangani korban bencana banjir dan tanah longsor.
"Kami juga memberikan apresiasi kepada TNI-Polri, ASN dan LSM kemanusiaan yang turun memberikan dukungan kebutuhan dasar masyarakat Jayawijaya yang terdampak banjir dan tanah longsor," ujarnya.
Ia menjelaskan, waktu tanggap darurat pun relatif, di mana sampai 33 distrik di Kabupaten Jayawijaya benar-benar aman dan tidak mengalami banjir dan tanah longsor.
"Jika ancaman bencana banjir dan tanah longsor sudah berakhir serta masyarakat sudah tertangani semua, segera dicabut status tanggap darurat supaya dapat melanjutkan penanganannya kepada rehabilitasi dan rekonstruksi setelah banjir dan longsor," katanya.
Ia menambahkan sekecil apapun dampak yang ditimbulkan pasti akan berdampak kepada pemenuhan kebutuhan dasar setelah banjir dan tanah longsor di Kabupaten Jayawijaya.
"Kami pastikan akan gagal panen, dan yang mulai menanam dan tidak bisa menanam ini akan menjadi masalah sosia,” ujarnya.
Dia menilai setelah masyarakat yang terdampak mulai menanam, enam bulan ke depan baru mereka memanen.
"Ini menjadi perhatian kami (BNPB) supaya status tanggap darurat segera dicabut ketika sudah berakhir supaya dapat dilanjutkan ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” katanya.
Penanganan setelah musibah itu jauh lebih penting dan utama untuk membantu masyarakat yang terdampak banjir dan tanah longsor di Kabupaten Jayawijaya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Hampir 1000 Orang Meninggal Akibat Banjir di Pakistan, 1 Juta Penduduk Kehilangan Tempat Tinggal

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Parigi, Rangkaian Susulan Gempa Magnitudo 4,8

Gunung Ibu Erupsi Setinggi 700 Meter, PVMBG Naikkan Status Menjadi Waspada

Tanah Longsor Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang di Sudan, hanya 1 Orang yang Selamat

Diguncang Gempa Magnitude 6, Desa-Desa di Afghanistan Timur Hancur, 800 Orang Tewas, dan 2.500 Terluka

Gunung Marapi Kembali Erupsi, Waspada Lahar Dingin Mengancam Warga

Magma Gunung Lewotobi Laki-laki Masih Bertumbuh, Erupsi Hampir Setiap Hari

254 Rumah Warga Rusak Akibat Gempa Poso, Tersebar di 19 Desa

PT KCIC Pastikan Sistem Pendeteksi Gempa Berfungsi di Sepanjang Jalur Whoosh

Ada 13 Gempa Susulan di Karawang-Bekasi hingga Pagi ini, Dipicu Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat
