Bisnis Tetap Aman di Masa Pandemi
Bisnis dengan menjalankan langkah-langkah baru dapat bertahaan di tengah pandemi COVID-19. (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
PANDEMI COVID-19 memberi tantangan bagi dunia bisnis untuk beroperasi secara cepat di tengah keterbatasan mobilitas, sambil tetap fokus melindungi para pekerja.
Survei Navigator HSBC terbaru menunjukkan bahwa meski dampak virus terhadap bisnis di Indonesia sama dengan yang dirasakan di belahan dunia lainnya. Namun bisnis di Indonesia memperlihatkan dampak yang lebih kuat dibanding rata-rata pasar.
Baca Juga:
Mereka meyakini bahwa struktur manajemen yang gesit (46%) sangat penting untuk membangun ketahanan nilai tertinggi. HSBC Navigator Resilience 2020 yang mensurvei 2.600 perusahaan di 14 pasar di seluruh dunia menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (63%) bisnis di Indonesia beroperasi dengan melakukan sejumlah adaptasi.
Di sisi lain, kurang dari seperlima (19%) dari bisnis di Indonesia menilai infrastruktur dan budaya bisnis mereka cukup mampu untuk mempertahankan stabilitas, sedikit lebih rendah dari rata-rata pasar (22%).
Bahkan setelah pelonggaran PSBB, dampak pandemi diperkirakan masih akan terasa. Lebih dari sepertiga bisnis merasa bahwa diperlukan solusi baru terutama berkenaan dengan lokasi kantor atau tempat produksi di mana dua dari lima merasa perlu adanya solusi baru.
Tak heran bahwa bisnis di Indonesia merasakan dampak COVID-19, seperti halnya perusahaan lain di seluruh dunia. Letak perbedaannya adalah pada rencana mereka membangun ketahanan untuk masa depan. "Mereka yang mengembangkan struktur manajemen yang gesit akan berada pada posisi terbaik untuk menghadapi badai dan membuktikan operasi mereka di masa depan," jelas Commercial Banking Editor PT Bank HSBC Indonesia, Eri Budiono.
Baca Juga:
Twitter Tengah Survei Fitur Layanan Berbayar, Simak Daftar Lengkapnya
Selain itu, bisnis Indonesia melihat empat platform utama untuk ketahanan yakni penghargaan pada pelanggan, neraca yang kuat, memperlakukan karyawan dengan baik dan kemampuan beradaptasi dengan peristiwa eksternal.
Dari sentimen ini, sebuah proporsi yang jauh lebih besar di pebisnis Indonesia melihat investasi untuk pemahaman pasar, pelanggan dan pesaing sebagai sesuatu yang penting dalam membangun ketahanan.
Survei ini juga menunjukkan bahwa pembiayaan adalah tindakan yang paling banyak disebutkan oleh para
pebisnis di Indonesia sebagai bagian dari rencana membangun ketahanan dalam satu dua tahun terakhir. Mereka
harus memastikan bahwa mereka memiliki cadangan keuangan yang cukup untuk digunakan saat diperlukan.
"Mereka juga perlu berinvestasi pada pada teknologi baru agar tenaga kerja lebih produktif, inovatif dan untuk meningkatkan komunikasi yang lebih cepat," ujar Eri.
Di berbagai aspek, bisnis di Indonesia cenderung melihat dampak pandemi sedikit lebih positif daripada rata-
rata pasar. Peristiwa 6 bulan terakhir telah menjadikan bisnis di Indonesia lebih dekat dengan karyawan
mereka, pelanggan, dan mitra rantai pasokan dibanding negara lain. Ini lebih jelas terlihat untuk pelanggan dan mitra rantai pasokan untuk korporasi dan bisnis barang.
Sementara itu, 99% bisnis di Indonesia telah mengambil tindakan untuk mendukung bisnis tempat mereka bekerja. Jenis tindakan yang paling banyak dilakukan adalah berbagi informasi, tempat, dan keahlian dengan orang lain. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Alasan Prahara Banyak Startup Bangkrut & Gagal Versi BRIN
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
FLEI 2025 Dorong Jenama Lokal Tembus Pasar Global, Kadin Sebut Potensi Ekspor maki Terbuka
Dharma Jaya Catat Lonjakan Bisnis 190 Persen Sambil Jaga Ketahanan Pangan
‘KPop Demon Hunters’ Mewarnai Lorong Camilan di Korea Selatan, dari Mi Instan hingga Cake Bikin Perusahaan Cuan Besar
Tersangkut Kasus Pajak, Ketua Ferrari Jalani Hukuman Kerja Sosial
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting
Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024