Berhenti Gunakan Kata Ganti untuk Penis dan Vagina, Bun!
Menerangkan nama kelamin (Foto: Pexels/Nicola Barts)
PENDIDIKAN seks masih menjadi hal yang tabu di Indonesia. Para orang tua masih enggan untuk menjelaskan detil tentang organ reproduksi dan bagaimana fungsinya. Yang lebih parahnya, mereka enggan menyebut alat kelamin sesuai nama sebenarnya.
Alih-alih menyebut 'penis' para orang tua lebih nyaman menyebutnya 'burung'. Demikian pula pada vagina di anak perempuan. Mereka menganggap, alat kelamin sebagai benda yang jorok dan menjijikan. Menyebutnya sama dengan tindakan yang tidak sopan.
Baca Juga:
Dari berbagai organ tubuh, mengapa hanya alat kelamin yang dianggap tidak sopan dan memalukan? Infant-Toodler Specialist, Endinda Krista mengatakan, penggunaan kata-kata yang lebih halus untuk menggantikan nama kelamin justru bisa menimbulkan kebingungan dalam diri si kecil.
"Kalau kita menggunakan kata lain yang dianggap lebih halus karena kita merasa malu. Anak akan belajar bahwa beberapa anggota tubuhnya memalukan dan mereka tidak patut dibicarakan," urainya.
Di satu sisi, kita tentu ingin anak memahami bahwa tubuhnya berharga dan mereka perlu melindunginya. Tapi di sisi lain, itu bertentangan dengan akar yang kita tanamkan, bahwa anggota tubuh mereka memalukan.
"Justru ketika anak mampu menyebutkan nama anggota tubuhnya dengan nama aslinya mereka mendapatkan lebih banyak hal positif. Salah satunya, bisa menjelaskan keluhan ke dokter atau orang tua apabila mereka merasa sakit atau tidak nyaman di bagian tertentu," jelasnya.
Baca Juga:
Yang lebih membahayakannya lagi, kalau anak malu menyebutkan anggota tubuh (alat kelamin) adalah menimbulkan potensi pelecehan seksual.
"Mereka enggak akan cerita kalau ternyata ada orang yang pegang-pegang bagian tubuh (alat kelamin) tersebut karena merasa itu memalukan," lanjutnya.
Hal berbeda justru terjadi jika kita terbiasa memakai nama sebenarnya untuk alat kelamin. Anak akan leluasa menyebutkan nama kelamin. Itu sama dengan memberikan perlindungan ekstra dan meminimalisir kemungkinan anak menjadi korban pelecehan seksual.
Menjelaskan anak tentang anggota tubuh, termasuk alat kelamin juga memupuk body positivity pada anak. Anak juga akan lebih percaya diri dan terbuka untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Diskusi antara orang tua dan anak pun berjalan lancar.
Yuk, mulai sebut penis dan vagina dengan benar bun! (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pemprov DKI Luncurkan Kanal Aduan Lengkap untuk Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak
Kecanduan dan Broken Home, Paket Kombo Anak Rawan Direkrut Jaringan Teroris
Hidup Ditengah ‘Kepungan’ Gunung Sampah, Anak-Anak di Seputar TPA Bantar Gebang Didorong untuk Bermimpi dan Menjadikan Hidup Lebih Baik di Masa Depan
Masalah Anak Picky Eater Ternyata Bisa Diatasi Lewat Permainan Sensorik
Mengintip Keseruan Anak-anak Bermain Air Aliran Sungai Ciliwung Jakarta
Suka Cita Ratusan Anak Ikuti Sunatan Massal di Gedung DPR Jakarta
Atiya Purnomo Rilis Lagu ‘Ayo Garuda’, Persembahan Semangat untuk Timnas Indonesia
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang