Begini Persiapan Ketat Mikael Jasin untuk Berkompetisi di ICE 2020


Mikael Jasin siap mengikuti ICE 2020 (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)
BAGI orang awam, ia mungkin hanyalah sosok pria tampan dengan tubuh atletis. Namun, bagi para pencinta kopi di tanah air, nama Mikael Jasin lebih dari itu. Ia telah membawa industri kopi tanah air ke level selanjutnya. Saat ini dirinya tengah bersiap-siap untuk berkompetisi di Indonesia Barista Championship (IBC) 2020 pada ajang Indonesia Coffee Events (ICE) 2020 yang dihelat pada Februari 2020 mendatang di Gedung Smesco, Jakarta.
Secara mengejutkan, sebelumnya pria yang akrab disapa Miki itu berhasil membawa Indonesia menduduki peringkat empat di World Barista Championship (WBC) 2019, ajang lanjutan IBC 2019 pada ICE 2019. Setelah sebelumnya hanya puas di peringkat 30. Melejitnya posisi Indonesia tak lepas dari keseriusannya dalam mengolah biji kopi.
Baca juga:
Kedisiplinan adalah kunci utama keberhasilan Miki. Setiap harinya, ia berkomitmen untuk menggunakan 18 jam sehari untuk melakukan kegiatan yang produktif. "Dulu kan saya kerjanya nine to five, jadi saya harus benar-benar disiplin membagi waktunya," jelasnya saat ditemui di coffee shop miliknya di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Waktu 18 jam tersebut digunakan untuk bekerja harian, satu jam olahraga, dua jam perjalanan rumah ke kantor, dan sebaliknya. Lalu, enam jam untuk latihan persiapan kompetisi kopi. "Enam jam itu saya manfaatkan untuk nyobain kopi, ngolah kopi, dan segala macam," tambahnya.
Mendekati waktu kompetisi ICE 2020, Miki 'menggembleng' dirinya lebih keras lagi. "Kalau sudah mau kompetisi sudah ngga ada main atau jalan-jalan lagi. Saya mendisiplinkan diri saya untuk latihan," tutur Miki.
Di kompetisi IBC 2020 nanti, ada dua aspek yang menjadi penilaian, pengolahan biji kopi dan cara barista mempresentasikan sajian kopinya. "Saya selalu membagi waktu enam jam saya dengan seimbang, tiga jam untuk berlatih teknik mengolah kopi, dan tiga jam berikutnya untuk latihan presentasi," ucapnya
Mendekati hari H, ia lebih serius lagi mempersiapkan dirinya. Ia mengevaluasi dirinya sendiri. Jika dirasa ada aspek yang kurang, ia akan lebih mempergunakan waktunya untuk meminimalisir kekurangan tersebut.
"Kalau sudah mulai dekat waktunya dilihat apa yang salah dan apa yang masih kurang. Misalnya masih kurang eksplorasi kopinya maka saya harus lebih eksplorasi. Alokasi waktunya paling lama di bagian ekplorasi kopi sementara latihan untuk presentasi dua jam saja," bebernya.
Baca juga:
Pencarian Kopi Yang Begitu Panjang

Semua orang yang ingin mengikuti ajang kompetisi barista di ICE 2020 tentu akan mengeksplorasi berbagai varietas kopi. Jika biasanya mereka mencari biji kopi jelang kompetisi, Miki telah melakukannya setahun sebelum kompetisi di mulai. "Jadi begitu waktu kompetisi sudah dekat, tinggal menentukan mau pakai kopi apa," ujarnya.
Bicara tentang survey varietas kopi, sebagian kompetitor mungkin akan langsung fokus mencari varietas unggul kopi agar bisa tampil unggul pula di ajang kompetisi. Tak demikian dengan Miki. Bukan hanya varietasnya saja, Miki juga fokus pada proses pengolahan kopi dan mencari kopi yang ada ceritanya.
Tak hanya memilih karakteristik kopi dengan cara yang berbeda dari orang pada umumnya, Miki juga kerap kali melakukan hal yang bertolak belakang dari barista pada umumnya. "Rata-rata mereka mulai dari milih biji kopi lalu menentukan temanya. Kalau saya sih selalu mulainya dari cari tema yang ingin saya angkat, Misalnya tahun lalu tema saya fermentasi, saya cari kopi yang proses fermentasinya interesting baru dibreakdown," bebernya panjang lebar.
Miki menilai cara tersebut memudahkan dirinya saat hari kompetisi tiba. Dengan memilih topik tertentu, opsi kopi pun lebih banyak. "Kopi itu kan produk agriculture, enak atau tidak enaknya tergantung penyimpanan, pengolahan, dan banyak hal lainnya. Menurut saya kalau kita mencari topik dulu lebih fleksibel. Jika tiba-tiba harus ganti kopi santai saja. Selama kopi yang menggantikan cocok dengan tema, oke saja," ungkapnya.
Tak Pelit Ilmu

Menjadi juara di IBC 2019 dan meraih peringkat empat di WBC 2019 tak membuatnya besar kepala. Ia justru semakin merangkul rekan-rekannya sesama barista. Dirinya acapkali membagi ilmunya dalam mengolah biji kopi terbaik di Barista Guild Indonesia.
Ketika membagi ilmunya di Barista Guild Indonesia, dirinya sadar bahwa di hadapannya ada calon kompetitornya di kompetisi barista. Namun Miki tetap excited membagi pengetahuannya akan kopi.
"Buat apa sih pelit ilmu? Toh juga ngga selamanya saya ada di industri ini. Kita harus bangun ekosistem yang oke dulu supaya industri kopi di Indonesia meningkat," jelasnya.
Dengan rendah hati Miki juga mengatakan bahwa keberhasilannya masuk empat besar di WBC 2019 hanyalah indikasi kesuksesan Indonesia secara umum. "Saya rasa kemarin walaupun bukan saya yang bertanding Indonesia tetap akan menduduki posisi keempat karena memang industri kopi kita lagi melesat banget," tukasnya rendah hati. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
The Wolf Espresso Perpanjang Umur Ampas Kopi dalam Gelas Keramik

Reaksi Kesal Prabowo Ketika Stafnya Salah Sajikan Teh Bukan Kopi

Google Bikin Doodle Kopi Susu Gula Aren Cuma di Indonesia, Ada Tips Membuatnya Juga Lho

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed

Indonesia Catatkan Surplus Ekspor Kopi, Lampung Jadi Daerah Terbesar Kirim ke Luar Negeri

Kedai Kopi di Indonesia Meningkat 3 Kali Lipat, Masih Banyak Potensi

Pramono Dukung Kopi Indonesia Kuasai Dunia, Ekonomi Kreatif di Jakarta Bakal Terus Didorong

Berburu Biji Kopi dalam Pameran Kopi Internasional World of Coffee Jakarta 2025

Lewat Roemah Koffie, Jerry Hermawan Lo Bawa Misi Kembalikan Kejayaan Kopi Nusantara

Kisah 'Rambadia', Varian Kopi Teranyar dari Roemah Koffie
