KOPI-KIR KAULAH SEGALANYA
NGOPI tanpa embel-embel emang bisa? Tanpa biscotti, donat, atau kue kenari. Bercerai rum, susu, dan coklat. Tak berseling perbincangan, musik, buku, kata-kata indah, bahkan senja-senjaan. Bisa? Tentu, seratus persen bisa! Namun, kegiatan itu cuma berhenti sebatas minum kopi bukan mengkreasi stori.
Daya tarik kopi sesungguhnya terletak pada keseluruhan stori. Tentang kolaborasi kopi dengan beragam hal, seperti arsitektur, seni, bisnis, fashion, dan automotif. Begitulah kolaborasi kopi atau KOPILABORASI hadir secara organik sejak kemunculan kafe di Prancis berabad silam.
Saat kopi kali pertama dikenalkan sebagai minuman rumahan di Prancis abad 17, orang-orang semula enggan beralih dari kebiasaan menenggak anggur. Mereka baru tertarik ngopi sebagai lifestyle sejak kafe bermunculan dan makin populer ketika lahir Cafe Procope.
Cafe dalam bahasa Perancis berarti kopi atau tempat untuk meminum kopi. Francesco Procopio Dei Coltelli (Francois Procope), seorang berkebangsaan Italia, membuka kafe dengan menyewa sebuah rumah untuk menjajakan kopi racikannya. Tempat itu, Cafe Procope, lantas menjadi tempat terbaik para seniman, intelektual, filsuf, dan aktivis ngopi dan membuat stori.
Para pelanggan, selaik Diderot, Voltaire, JJ Rousseau, acap bertandang menyeruput secangkir kopi, menikmati vibe ruangan, lalu berbincang tentang pemikiran hingga situasi politik. Para filsuf itu kemudian berinteraksi dan bertukar gagasan dengan para seniman dari seberang kafe, lokasi teater nan kini bernama Rue de l'Ancienne-Comédie, Paris. Kafe, tempat mengopi, lantas menjelma jadi lokasi tiap individu secara merdeka berani mengemukakan pendapat.
Di masa Louis XIV (1774-1792), Cafe Procope jadi tempat konsolidasi aktivis radikal. Termasuk Napoleon Bonaparte. Mereka ngopi sembari mengembangkan gagasan meruntuhkan monarki. Dari kafe, gagasan itu menjalar ke rumah-rumah, jalanan, dan sangat keras mengetuk pintu kerajaan. Revolusi Perancis berkobar (1789-1799). Sebermula kopi, lalu revolusi.
Kopi hingga kini masih jadi bahan bakar perubahan. Paling tidak mengubah nasib banyak orang, seiring berkembangnya lifestyle, terbentuknya ekosistem, dan meningkatnya permintaan sebesar 8.22% dari tahun 2016 hingga 2021.
Capaian itu, KOPILABORASI lahir atas dasar kencintaan seluruh ekosistem terhadap kopi. Di bulan Februari nanti penuh cinta, bertepatan dengan Valentine Day, merahputih.com menyigi kecintaan para pelaku kopi membangun ekosistem melalui beragam kolaborasi. Dengan kopi, perubahan terjadi, kecintaan tumbuh, dan karya terjalin. Jadi, jangan KOPI-KIR KAULAH SEGALANYA!
Kisah Mikael Jasin, Dari Tukang Cuci Piring Hingga Panggung Barista Dunia

5 Kota di Dunia yang Cocok Dikunjungi Para Pencinta Kopi

Harison Chandra Berbagi Teknik Brewing Terkini di Acara Kisah Kopi Volume 2

Anti Pulang Cepat, 5 Tipe Pelanggan Kafe yang Betah Nongkrong Berjam-jam

Masih Bermanfaat, Jangan Langsung Buang Ampas Kopi

Inspiratif, Pria Disabilitas Buka Kedai Kopi untuk Ubah Cara Pandang Pengusaha

Tak Cuma Bikin Kopi, Seorang Barista Juga Harus Punya 4 Skill Ini

Minum Kopi Kurang Lengkap Tanpa Camilan Lezat, Nih 4 Rekomendasinya!

Apakah Kamu Terlalu Banyak Minum Kopi?
Mencicip Kopi Gandja Racikan Jenderal Buwas

Bukan Cuma Jago Meracik Kopi, Seperti ini Sosok Barista Idaman

Yuk Buat Secangkir Kopi yang Kamu Minum Menyehatkan

ICE 2020 di Jakarta Telah Berakhir, Sampai Jumpa di Bali!

4 Kafe Berkonsep Perpustakaan Unik, Apa Saja?

Mengenal Cindy Marta, Finalis Perempuan Satu-satunya di IBC 2020
