Bank Indonesia Tetapkan Kenaikan Suku Bunga Acuan Demi Stabilitas Ekonomi Domestik


Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat konferensi pers pengumuman BI Rate di Gedung BI, Jakarta (Foto Antara/Widodo S Jusuf)
MerahPutih.com - Bank Indonesia memutuskan kenaikan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" sebagai langkah bauran untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan kenaikan suku bunga acuan itu sebagai kebijakan untuk menghadapi tekanan ekonomi global.
Agus dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/5) mengungkapkan instrumen suku bunga acuan saat ini harus ditujukan untuk stabilisasi guna mengantisipasi peningkatan ketidakpastian keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.
"Kenaikan 'policy rate' ditempuh sebagai bagian untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian keuangan dunia dan penurunan likuiditas global," ujarnya.

Kenaikan suku bunga acuan diharapkan dapat membantu menjaga iklim investasi agar modal asing bisa kembali masuk ke pasar keuangan domestik. Modal asing yang masuk berbentuk valas akan membantu untuk memenuhi permintaan valas sehingga tidak ada kelangkaan yang dapat mengurangi nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi dari Januari hingga akhir April 2018 sebesar 2,06 persen (year to date/ytd).
"Ke depan BI akan tetep melakukan stabilisasi untuk menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya dan mendorong pengembangan pasar keuangan," kata Agus.
Agus menambahkan tekanan dari eksetrnal juga masih membayangi dari rencana kebijakan pengetatan moneter The Federal Reserve, Bank Sentral AS. Pandangan BI, kata Agus, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali lagi hingga akhir tahun sehingga terakumulasi menjadi tiga kali dalam tahun ini.
Sementara itu, secara terpisah Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai kenaikan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) perlu dilakukan Bank Indonesia untuk mengurangi risiko semakin derasnya arus modal keluar (capital outflow).
Anton menuturkan dalam kondisi penuh ketidakpastian ekonomi global saat ini, para investor tengah melakukan pergeseran dana yang sebelumnya ditanamkan di negara-negara berkembang menuju ke Amerika Serikat yang dianggap lebih aman.

"Dalam situasi seperti ini, mereka akan memilih negara mana di 'emerging market' yang lebih berisiko. Indonesia kalau mau dilihat dari beberapa ukuran, kita masih relatif lebih bagus. Yang penting, menurut kami, jangan sampai muncul risiko yang akan mengganggu 'view' tentang Indonesia secara keseluruhan. Walau fundamental kita masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain, tapi di sana sini ada titik risiko. Kurangilah risiko itu," ujar Anton saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Saat ini, suku bunga acuan BI masih berada di level 4,25 persen. Anton menilai, level tersebut sedikit agak rendah. Bank sentral perlu menaikkan suku bunga 25-50 basis poin.
"Kelihatannya kita itu agak sedikit terlalu kerendahan dibandingkan ekspektasi inflasi, bukan inflasinya ya. Itu 'gap'-nya akan jadi sangat tipis. Kenaikan itu diperlukan supaya jangan muncul risiko-risiko tambahan. Makanya, kita pikir naikkan suku bunga," ujar Anton sebagaimana dilansir Antara.
Pada Kamis ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan apakah tetap dipertahankan di level 4,25 persen atau dinaikkan mengingat kondisi nilai tukar rupiah yang terus melemah dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah pihak banyak memprediksi bank sentral akan menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, RDG BI pada pertengahan April 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7DRRR tetap sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga "deposit facility" tetap sebesar 3,5 persen dan "lending facility" tetap sebesar 5 persen.
Bank Indonesia pun tetap mewasapadai sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian domestik, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Rupiah Terpuruk, Bank Indonesia Siapkan Paket Kebijakan Penyesuaian Suku Bunga
Bagikan
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat

Apa Itu Payment ID Yang Disorot Karena Ditakuti Memata-Matai Transaksi Keuangan Warga

Solo Raya Alami Lonjakan Transaksi QRIS, Volume Capai 51,91 Juta

Bank Indonesia Bongkar Rahasia Mengapa Ekonomi Jakarta Melaju Kencang di Kuartal III 2025

Pedagang Tolak Transaksi Uang Logam Rp 100 dan Rp 200 Bisa Dipidana, BI Sebut Hukumannya 1 Tahun Bui

KPK Telusuri Dugaan Aliran Dana CSR BI dan OJK ke Partai Politik

Staf Dinas, Guru, Ibu Rumah Tangga Jadi Saksi Kasus Dugaan Korupsi Dana CSR BI

Bank Indonesia Segera Luncurkan Payment ID, Bakal Pantau Transaksi Keuangan Masyarakat
