Bank BUMN Paling Kaku Turunkan Bunga Kredit


Layanan Bank. (Foto: Antara).
MerahPutih.com - Perekonomian dalam negeri dinilai tidak kondusif jika perbankan lamban dalam menurunkan bunga kredit. Padahal, bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan (BI7DRRR), yang saat ini dipatok 3,5 persen.
Lambatnya bank menurunkan bunga kredit membuat melebarnya spread atau selisih antara suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) dengan suku bunga dasar kredit (SBDK).
"Artinya bank-bank mencoba mendapat keuntungan yang lebih di saat seperti ini,” kata Asisten Gubernur BI Juda Agung di Jakarta, Senin (22/2).
Baca Juga:
Bunga Kredit Lambat Turun
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial ini menambahkan, spread SBDK terhadap BI7DRRR cenderung melebar dari sebesar 5,27 persen pada Juni 2019 menjadi 6,36 persen pada Desember 2020. Pada saat itu, suku bunga acuan BI mencapai 3,75 persen, sedangkan SBDK perbankan mencapai 10,11 persen.
Juda menjelaskan, perbankan baru menurunkan total 116 basis poin SBDK, sedangkan BI sudah menurunkan bunga acuan sebesar 225 basis poin sejak Juni 2019.
“Yang terjadi justru spread ini mengalami kenaikan sehingga ini salah satu faktor mengapa orang masih ragu-ragu meminta kredit dari perbankan karena suku bunganya masih cukup tinggi,” katanya.
Berdasarkan kelompok bank, bank BUMN, merupakan bank yang responsnya paling kaku atau rigid dengan besaran SBDK paling tinggi mencapai 10,79 persen pada Desember 2020 dibandingkan pada Juni 2019 mencapai 11,67 persen.
Kemudian, BPD mencapai 9,80 persen dibandingkan posisi Juni 2019 mencapai 10,58 persen, bank umum swasta nasional 9,67 persen dibandingkan Juni 2019 mencapai 10,87 persen.

Sedangkan SBDK kantor cabang bank asing, kata dia, yang paling responsif terhadap penurunan suku bunga acuan BI dengan SBDK mencapai 6,17 persen dari posisi sebelumnya mencapai 9,01 persen.
Padahal, terkait biaya-biaya yang menentukan suku bunga, sudah turun salah satu di antaranya adalah biaya overhead perbankan.
"Harapnya bank-bank merespons dengan lebih cepat, oleh sebab itu transparansi suku bunga, upaya kita kan mendorong bank lebih responsif dalam merespon kebijakan BI,” katanya.
Di sisi lain, ketika BI menurunkan suku bunga acuan, perbankan paling cepat menurunkan suku bunga deposito.
"Tapi suku bunga kreditnya yang masih sangat rigid," ungkapnya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
DP Rumah dan Mobil Bisa Nol Persen, BI Yakin Kredit Konsumsi Naik
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Menko Pangan Pastikan Koperasi Merah Putih Sudah Bisa Ajukan Kredit Dari Duit Pemerintah Rp 200 Triliun

Perekonomian Masih Dalam Tren Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Akan Rendah

Suku Bunga Acuan Kembali Dipangkas 25 Basis Poin, Ekonomi Masih Melemah

Asik Nih Bank Milik Pemerintah Mulai Dapat Kucuran Rp 200 Triliun, Harus Disalurkan Buat Kredit

Enam Bank Himbara Dapat Kucuran Dana Rp 200 Triliun, Menkeu Minta Jangan Dibelikan SRBI atau SBN

Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Kejagung Titipkan Bukti Mobil Alphard Kasus Kredit Macet PT Sritex ke Kejari Solo

Suku Bunga Bank Indonesia Sudah Diturunkan Berkali-kali, Bunga Kredit Perbankan Masih Tinggi

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat
