Kebangkitan Brand Negeri Aing Lewat ‘LocalPride Wave’


Bisa kamu saksikan di Vision Plus. (Foto: Instagram/thewaves.series)
BERAWAL dari website blogspot di 2011, hingga e-commerce yang ramai digunakan saat ini, menjadi saksi bagaimana perjalanan brand Negeri Aing mulai diminati. Meski di zaman sekarang daya tarik fake product banyak diminati, para pelaku industri brand lokal tetap punya visi misi untuk mengajak konsumen mencintai produknya sendiri.
Perjalanan fesyen Indonesia yang cukup panjang, menarik untuk diketahui terlebih kamu yang anaknya fashionable abis. Semuanya itu dirangkum secara apik dalam docuseries berjudul The Waves yang tayang di Vision Plus Originals.
Docuseries ini menceritakan sebuah perjalanan brand sub-kultur asli Indonesia yang terbagi dalam enam episode, yakni The Distro Waves, Sneakers Head First Wave, The Denim Head Wave, Local Pride First Wave, Sneakers Head Second Wave, dan Local Pride Second Wave. Setiap episode akan menghadirkan para narasumber yang tentunya cukup terkenal di bidang fesyen.
Baca juga:

Masuk ke episode empat, yakni Local Pride First Wave, menghadirkan narasumber seperti Anton Wirjono, Saye Muhammad, Agatha Carolina, dan Nick Yudha yang membahas sejarah perkembangan brand lokal dengan menghadirkan event.
Menurut Sayed Muhammad selaku founder USS Networks, ia merasa bahwa acara-acara fesyen di Indonesia sangat berdampak bagi pebisnis pemula, terlebih fesyen.
“Gue bikin event flagship namanya LocalFest dan Local Test itu dari 2013 sampai 2016. Setiap event-nya, kita berhasil mengundang 40 ribu sampai 60 ribu dalam empat hari. Di situ banyak temen-teman pelaku UKM yang mungkin baru memulai bisnisnya, tapi bingung jualan di mana dan akhirnya ikut event kita,” kata Sayed.
“Di dalam event itu, gue seneng karena mereka bisa menjual ratusan hingga ribuan produk di dalam satu event kita. Jadi kita bisa bantu temen-temen berjualan, dan itu jadi achievement buat gue juga sih,” lanjutnya.
Sayed juga menjadi salah satu orang yang cukup berdampak di dunia fesyen Indonesia karena membuat e-commerce brand lokal pertama dengan nama localbrand.co.id di 2011. Sayed yang bukan pecinta fesyen kala itu, melihat adanya peluang karena peminat brand lokal sedang naik daun.
Baca juga:
Lip Tint Made In Negeri Aing Mampu Menyaingi Merek Lip Product Internasional

“Penjual dan peminatnya itu banyak. Tapi market-nya itu kebanyakan masih offline. Kalo sekarang mungkin sudah ada media sosial yang lain. Kalo dulu, orang jualnya di blogspot. Dan dulu karena quantity-nya susah untuk dibeli, akhirnya kita bikin e-commerce pertama,” ujar Sayed.
Di sisi lain, founder Goods Dept. Anton Wirjono mengatakan, event Brightspot Market adalah harapan atau achievement yang diimpikan para pebisnis brand lokal. Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi sesama brand, terlebih di masa pandemi COVID-19 ini.
“Kolaborasi adalah suatu value yang penting buat kita ya. Sesuatu yang dihasilkan dari kolaborasi selalu ada cerita dan interest yang terjadi. Dan itu selalu mengangkat dan mengingatkan orang-orang dengan brand-brang yang berkolaborasi,” kata Anton.
Sedikit flashback di 2016, hype dari sneakers mulai melonjak tinggi dengan kehadiran Yeezy dan Adidas merilis NMD di Indonesia. Sejak saat itu juga banyak para pebisnis hingga konten kreator yang mulai meramaikan sneakers, serta terbentuknya event Urban Sneaker Society (USS).
Dr. Tirta, sosok yang tidak asing lagi dalam industri brand lokal juga turut menanggapi mengapa brand lokal mulai diminati.
“Orang-orang yang awalnya nolak brand lokal dan akhirnya beli itu namanya copy mekanism. Jadi apa yang lagi trend, lu pakai, dia penasaran. Dia ngehujat tapi dia pake. Kayak misalnya apaan sih ini sepatu mirip petir tapi antri empat bulan, dia penasaran dan beli,” kata founder Shoes and Care ini.
Untuk menghadapi ancaman brand lokal terhadap brand asing, mereka membuat kampanye Local Pride untuk mengembalikan brand lokal di Indonesia. Dengan adanya kampanye tersebut berhasil membuat para brand baru berani menunjukkan eksistensinya hingga sampai ke luar negeri.
“Konsumen harus sadar bahwa bikinan lokal itu enggak main-main. At least dikasih opportunity maksud gue. Sekarang kelihatan banget wave-nya dan itu seru banget,” kata Yukka Harlandh, CEO Brodo.
Meski begitu jika kita jeli, kita bisa belajar dari brand luar terkait mekanisme bisnis mereka. Hal ini pun dilakukan oleh Ardila Ramadhan sebagai founder Dominate.
“Dari hulu sampai hilir, market luar sih bikin kita belajar banyak hal. Dari gimana caranya nge-grooming ide kreatif, belajar bisnisnya, shipping-nya, terus departemen apa aja yang kita lewatin. Kalo cuma kirim ke Kebun Jeruk gitu misalnya, gue jadi ga belajar gimana caranya eskpor impor,” kata Ardila.
Di 2021 ini, brand lokal tentu punya kualitas yang mampu bersaing secara internasional. Untuk apa beli yang brand luar tapi fake? Lebih baik dukung UMKM negeri kita yang desain dan modelnya layak diapresiasi.
“Harapan gue ya semakin banyak pelakunya, semakin sustain industri ini. Karena menurut gue di Indonesia ini masih sangat early banget, beda sama di luar apalagi AS, yang mungkin udah berpuluh-puluh tahun industrinya. Masih perlu banyak player untuk bisa memajukan ekosistem di Indonesia,” tutup Sayed. (and)
Baca juga:
Gaming Gear Negeri Aing Jadi Pilihan Terbaik Para Gamer Indonesia
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan

Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’

Plaza Indonesia Fashion Week 2025: Surat Cinta untuk Mode Lokal
