Pasang Surut Sepatu Cibaduyut, Dari Cicit Sampai Buyut
Monumen Sepatu Cibaduyut. (Instagram @parlin_pakpahan_)
DUA sepatu besar berwarna hitam nangkring di tengah Jalan Raya Cibaduyut, Bojongloa Kidul, Bandung. Sepatu pantofel pria berjenis Oxford Shoes enam lubang dengan tali terikat berada di pucuk. Sementara, di bawahnya, terpampang sepatu hak tinggi berjenis Cone Heels.
Kedua patung sepatu raksasa di dekat lampu lalu-lintas tersebut menjadi ikon sentra pengrajin sepatu paling ikonik di Indonesia, Cibaduyut.
Baca juga:
Mengapa Produk 'KW' Jadi Musuh Ekosistem Lokal Made In Negeri Aing
Tak hanya dikenal di dalam negeri, produk dari sentra pengrajin sepatu Cibaduyut kebanyakan terbuat dari kulit sapi, domba, ular, dan buaya bahkan laris ke mancanegara.
Warga Cibaduyut di tahun 1920-an mula-mula merupakan pekerja pabrik sepatu di Bandung. Setelah tak lagi bekerja, lantaran tutup, mereka mulai mencoba membuka usaha sendiri berbekal pengalaman kerja di pabrik. Pekerjanya pun melibatkan keluarga dekat.
View this post on Instagram
Para pangrajin sepatu di cibaduyut pada tahun 1940 ada sebanyak 89 orang. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah pesanan. Pada tahun sekitar 1950, jumlah usaha sepatu menjadi meningkat menjadi 250 unit usaha. Para pemesan tentu melihat kualitas sepatu CIbaduyut tak main-main dan memang bisa bersaing dengan produk sepatu terbaik kala itu.
Sampai banyaknya jumlah unit usaha sepatu Cibaduyut, menjadikan daerah cibaduyut menjadi sentral pembuatan sepatu terbesar dibandung pada tahun 1978. Setelah itu pada sekitar tahun 1989 Cibaduyut dinobatkan menjadi salah satu destinasi wisata sebagai pasar penjual sepatu terpanjang di dunia.
Baca juga:
Ketersohoran sepatu buatan Cibaduyut membuat pemerintah menetapkan lokasi tersebut sebagai objek wisata pada 1989.
Pada masa kejayaannya di tahun 80-an, eksistensi sepatu kulit Cibaduyut menjangkau dari Afrika hingga Amerika, bahkan sampai 27 negara lain.
Kegemilangan Cibaduyut mereda setelah dihantam badai krisis moneter pada 1998. Selain itu, turunnya penjualan sepatu Cibaduyut di pengaruhi dari faktor banyaknya produk sepatu impor masuk ke dalam negeri dan menurunnya tren untuk menggunakan produk negara sendiri menjadi alasan utamanya.
Ketika perkembangan ekonomi Indonesia mulai merangkak naik, industri sepatu di Cibaduyut kembali berdenyut. Pada 2007 dilakukan studi kebijakan Litbang unit usaha di kawasan Cibaduyut. Hasilnya, tercatat ada sebanyak 835 unit usaha dengan menyerap sebanyak 2.556 orang tenaga kerja.
Selain itu, produksi sepatu dan alasan kaki lainnya dihasilkan Cibaduyut sebesar 4.056.700 pasang per tahunnya dengan nilai produksi sebesar 323.736.000.000 rupiah. Jenis-jenis produksi dihasilakan di kawasan ini antara lain adalah sepatu, sandal, dompet, tas, topi, jaket, dan ikat pinggang. Pemasaran produk meliputi wilayah dalam kota, luar kota, bahkan sampai ke luar negri.
Berdasarkan data Statistik Daerah Kecematan Bojong Kidul tahun 2015, jumlah unit usaha pada industri sepatu dan produk kulit lainnya terdiri dari 646 industri kecil menengah menyerap 2.799 orang tenaga kerja, dengan rata-rata produksi per bulan sebanyak 202.910 pasang sepatu. sedangkan jumlah unit usaha perdagangan sepatu sebanyak 165 buah toko dengan seluruh investasi 15.015.475.000 rupiah.
Cibaduyut masih bertahan sampai sekarang. Penjualannya pun meningkat setelah Presiden RI Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kala pada tahun 2014 menggunakan sepatu dari Cibaduyut. Masyarakat kembali membidik sepatu-sepatu keluaran Cibaduyut. (jhn)
Baca juga:
Mengapa Produk 'KW' Jadi Musuh Ekosistem Lokal Made In Negeri Aing
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Thrifting makin Digandrungi, Industri Tekstil dalam Negeri Ketar-Ketir
Tumbler Viral, Lebih daripada Gaya Hidup Sehat tapi Fashion Statement
Panduan Thrifting Jakarta, Rekomendasi Seru dari Blok M Square hingga Pasar Santa
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
USS 2025 Kembali Digelar di JICC, Lebih dari 300 Brand Bakal Ikut Berpartisipasi!
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air