Kesehatan

Autisme Terdeteksi Lewat Kedipan Mata

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 27 Mei 2023
Autisme Terdeteksi Lewat Kedipan Mata

Tingkat kedipan mata juga dapat menawarkan cara untuk mendeteksi tanda-tanda awal autisme. (Foto: Unsplash/Annie Spratt)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DIPERKIRAKAN manusia berkedip sekitar 10 hingga 25 kali dalam satu menit. Tujuan utama mengedipkan mata adalah untuk menjaga kelembapan mata. Namun, tujuannya melampaui fungsi sederhana itu, kerena bisa memengaruhi apakah seseorang mengidap autisme. Lewat kedipan mata, autisme dapat terdeteksi.

Saat seseorang melihat sesuatu yang mereka anggap sangat menarik atau menarik, seperti saat mereka bermain video game, tingkat kedipan mereka turun menjadi kurang dari lima kedipan per menit. Mengapa ini terjadi?

Baca Juga:

Algoritma dapat Menemukan Tanda Autisme pada Bayi

"Dengan mengurangi seberapa sering kita berkedip, kita dapat memaksimalkan jumlah informasi visual yang diterima dan diproses. Ketika kita menemukan sesuatu yang kita lihat menarik, luar biasa, kita secara tidak sadar menekan kedipan kita untuk meningkatkan aliran informasi visual ke otak kita," tulis Professor of Psychiatry and Behavioral Sciences Geraldine Dawson, PhD dari Duke University di Durham, AS.

Pengaruh dopamin

Beberapa bukti menunjukkan bahwa kedipan mata diatur oleh dopamin. (Foto: freepik/master1305)

Menurut Dawson, salah satu teori mengatakan bahwa berkedip terkait dengan bagian otak kita yang diaktifkan oleh pengalaman bermanfaat. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kedipan mata diatur oleh dopamin, sebuah pemancar yang diasosiasikan dengan pengalaman akan penghargaan.

"Masuk akal jika kita menemukan sesuatu yang bermanfaat, otak kita secara otomatis meningkatkan kemampuan kita untuk memperhatikan hal yang kita sukai," lanjut Dawson yang juga menjadi Director of Duke Center for Autism and Brain Development dan Director of Duke Autism Clinic.

Menurutnya, dopamin juga dikaitkan dengan fleksibilitas kognitif, kemampuan untuk dengan cepat mengubah perhatian dan persepsi seseorang dari satu hal ke hal lain.

Baca Juga:

4 Tayangan Netflix untuk Rayakan Bulan Kesadaran Autisme

Selain itu, Tingkat kedipan telah digunakan oleh para ilmuwan untuk melacak bagaimana orang mengalokasikan perhatian mereka ketika mereka terlibat dalam berbagai aktivitas. Misalnya, tingkat kedipan mata menurun ketika seseorang menonton film yang menggugah emosi. Tingkat kedipan spontan saat menyelesaikan tugas yang membutuhkan fokus dan memori dapat memprediksi seberapa akurat seseorang dapat menyelesaikan tugas tersebut.

Mendeteksi perbedaan neurologis

Balita autis menunjukkan tingkat kedipan yang sama terlepas dari apakah mereka menonton orang atau benda. (Foto: Pexels/Ksenia Chernaya)

Para peneliti sekarang mengeksplorasi apakah tingkat kedipan dapat membantu mendeteksi perbedaan dan gangguan neurologis, seperti penyakit Parkinson dan autisme. Penyakit Parkinson adalah gangguan otak yang berkaitan dengan perubahan kadar dopamin yang menyebabkan kesulitan dalam koordinasi dan keseimbangan.

Baru-baru ini, tim Dawson di Universitas Duke menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kedipan mata juga dapat menawarkan cara untuk mendeteksi tanda-tanda awal autisme.

"Menggunakan aplikasi yang diunduh di tablet, kami menunjukkan kepada ratusan balita satu set film singkat yang menarik. Beberapa dari balita ini kemudian didiagnosis menderita autisme. Film bervariasi dalam konten mereka," Dawson menjelaskan dalam artikel Psychology Today (22/5).

Saat balita menonton film, kamera di tablet merekam wajah anak-anak. Sebuah tim insinyur di Duke kemudian menggunakan teknologi yang disebut visi komputer untuk mengukur seberapa sering balita berkedip saat mereka menonton film.

"Kami menemukan bahwa balita neurotipikal lebih menekan kedipan mereka saat mereka menonton film tentang orang, sedangkan balita autis menunjukkan tingkat kedipan yang sama terlepas dari apakah mereka menonton orang atau benda," ujarnya.

Autisme adalah suatu kondisi di mana anak sering menganggap dunia benda jauh lebih menarik daripada dunia manusia. "Dengan menggunakan cuplikan pendek perilaku ini (sekitar enam menit), kami dapat membedakan anak-anak yang kemudian didiagnosis autisme dengan akurasi 82 persen dengan memeriksa apakah mereka cenderung menghadap layar selama film sosial digabungkan dengan tingkat kedipan mereka," Dawson menjelaskan.

Ukuran perilaku objektif ini, yang disebut "penanda biologis", pada akhirnya dapat membantu kita melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mendeteksi autisme pada anak kecil. (aru)

Baca Juga:

Gagal Glowing, 5 Kesalahan Perawatan Kulit Wajah di Malam hari

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan